13. PASAR MALAM

3.6K 217 3
                                    

13. PASAR MALAM

Ketika malam minggu, Angga dan kawan-kawannya menginap di rumah Rudy. Seperti biasa. Malam ini mereka hanya duduk-duduk saja sambil memainkan ponsel masing-masing.

Reyga melihat beberapa foto di beranda instagramnya. Ia lantas bergeser dari tempatnya semula agar berdekatan dengan Angga.

“Ga, liat nih di lapangan Jaya ada pasar malem,” ucap Reyga seraya menunjukkan foto di ponselnya.

“Terus gue harus apa?” Angga mengangkat alisnya.

“Lo bawa Loli ke sini, sekalian PDKT gitu. Biar makin akrab, iya gak bro?” balas Reyga.

“Yoi, lagian pacaran kok gak ada romantis-romantisnya,” sahut Aldi.

“Kita tau kalau lo itu lagi bohong sama Loli, tapi setidaknya romantis dikitlah,” timpal Galang.

“Udah gak ada bohong-bohongan lagi, gue udah bilang sama Loli kalau gue pacaran sama dia itu pengin ngenalin dia lebih dalem.” Angga menjawab dengan santainya sementara ketiga temannya melotot.

“Ya Allah Angga! Kok bisa sih lo lakuin itu?” Reyga meraup wajahnya frustrasi.

“Kalian juga pasti tau kalau gue itu gak bisa bohong. Jadi ya udah gue jujur aja, lagian Loli juga gak masalah kok.”

“Kayaknya,” lirih Angga.

“Tapi justru bagus sih menurut gue. Karena dengan cara Angga jujur, pastinya Loli gak akan sakit hati nantinya pas tau kalau Angga pura-pura suka sama dia.” Aldi menyahut.

“Beneran suka juga gak masalah, Ga. Gue lihat-lihat lo sama Loli itu cocok. Jadi perjuangin aja, jangan sampe lolos. Modelan kayak Loli banyak yang ngincer,” ujar Galang.

“Kali ini gue dukung lo, Lang. Mending sekarang lo pergi terus ngajak Loli jalan, ke pasar malem atau makan di cafe gitu.” Reyga menaik turunkan alisnya.

Aldi, Reyga, dan Galang menarik tangan Angga agar berdiri. Mendorong Angga sampai keluar dari rumah.

“Lah kok gue diusir?” tanya Angga heran sendiri. Ini kan rumah Omnya.

“Semangat, Ga. Kita tau lo bisa!” Itu adalah kata-kata terakhir yang Angga dengar dari mulut ketiga temannya sebelum pintu rumah tertutup rapat.

“Bisa-bisanya gue nurut aja didorong keluar begini tanpa memberontak sedikit pun,”  gumam Angga.

“Sekarang gue harus ke mana? Masa iya gue beneran ke rumah Loli terus ngajakin dia jalan.”

“Udahlah yang penting pergi,” ucap Angga. Ia tetap akan pergi walau entah ke mana. Gabut juga di rumah.

****

Angga menepikan motornya, sudah setengah jam ia lontang-lantung di jalanan. Cowok itu melepas helmnya, menghela nafas perlahan lalu menoleh ke sebelah kiri.

“Eh bukannya ini gang rumah Loli, ya?” tanya Angga pada dirinya sendiri.

“Kok gue bisa sampai ke sini? Perasaan tadi gue gak pergi ke arah sini,” gumam Angga. Ia malah tersenyum geli setelahnya.

“Kayaknya emang udah seharusnya gue jalan sama Loli malem ini,” ucap Angga. Ia langsung memakai helmnya kembali dan menjalankan motornya menuju rumah Loli.

Rumah Loli tidak jauh dari gang, hanya membutuhkan waktu satu menit untuk sampai ke sana. Angga turun dari motornya, melepas helm lalu merapikan rambutnya.

Cowok itu lantas mengetuk pintu rumah Loli tanpa ragu. Ia sendiri tidak tahu kenapa bisa senekat ini. Tapi ia yakin perbuatannya kali ini akan membuat hubungan Angga dan Loli semakin dekat. Hubungan palsu maksudnya.

ERLANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang