10. JUJUR

4.2K 195 0
                                    

10. JUJUR

Mentari sudah muncul dari sebelah timur. Aldi, Reyga serta Galang juga sudah keluar dari tenda. Mereka melakukan beberapa gerakan pemanasan untuk melemaskan otot-otot mereka yang terasa kaku.

“Seger banget baru bangun langsung lihat pemandangan alam begini.” Reyga menarik nafasnya dalam-dalam lalu dihembuskan perlahan.

“Iya, biasanya baru bangun langsung siap-siap ke sekolah.” Aldi menatap langit biru, terlihat sangat segar apalagi air pantai yang ada di hadapannya.

“Ke sekolah, tapi gak belajar.” Galang mengangkat alisnya sambil senyum.

“Yoi bener banget!” Aldi mengacungkan jempolnya.

“Angga sama Loli pules banget jam segini belum bangun,” kata Reyga.

Aldi menghadap ke arah Reyga. “Mereka begadang kali semalem.”

“Semalem gue lihat mereka lagi berduaan, terus kepala Loli nyender di bahu Angga. Romantis banget pokoknya,” ujar Galang.

“Lo lihat di mana, Lang?” Dahi Reyga mengkerut, dia kurang percaya dengan ucapan Galang. Mana mungkin Angga mengijinkan cewek menyender di bahunya.

“Iya Lang, lo lihat di mana?” timpal Aldi.

Galang menggaruk keningnya. “Di mimpi kali ya, gue lupa.”

Kejadian ini sering terjadi dalam kehidupan Galang. Dia sering pergi saat tidur tanpa menyadarinya, kadang juga dia melihat sesuatu secara nyata tapi dia menganggap semua itu hanyalah sebuah bunga tidur. Mungkin kemarin juga dia memang melihatnya, hanya saja ia tidak menyadarinya.

Aldi dan Reyga menghembuskan nafas pasrah sambil mengelus dada mereka. Harus banyak-banyak istighfar supaya mereka tidak melempar Galang ke kolam yang berisi ikan piranha.

Tidak lama kemudian Angga dan Loli keluar dari tenda mereka masing-masing. Kegaduhan yang diciptakan tiga makhluk itu membuat tidur mereka terganggu.

“Kalian ngomongin apa sih? Berisik banget,” tanya Angga dengan suara khas orang baru bangun tidur.

Loli ikut bergabung bersama empat cowok yang berkumpul di sana. Dia hanya berdiri di sana tanpa mengatakan apa pun. Sesekali cewek itu menguap.

“Eh Angga, udah bangun aja.” Galang nyengir kuda, Angga meliriknya tanpa minat.

“Ga, Galang tadi cerita katanya semalem dia lihat Loli nyender di bahu lo sambil lihat bintang.” Aldi menyahut tanpa disuruh. Cowok itu senyam-senyum meledek Angga.

Angga dan Loli yang tadinya malas membuka matanya kini mendelik setelah mendengar ucapan Aldi. Jadi semalam ada yang mengintip mereka?

“Tapi di dalam mimpi,” lanjut Aldi.

Angga dan Loli menghela nafas lega setelah itu. Bukan apa-apa mereka hanya malu saja kalau ketiga temannya ini mengetahui kejadian semalam. Meski yang mereka lakukan bukan macam-macam tapi ini malam pertama jadian men, gengsi dong.

“Kalau itu beneran terjadi romantis banget sih pasti,” timpal Reyga.

“Iyalah pasti, semoga aja terjadi di lain waktu.” Galang menyahut, Aldi serta Reyga mengangguk setuju dengan penuturan Galang tadi.

Mereka sangat ingin melihat Angga memiliki kekasih. Tapi bukan cara seperti ini yang mereka mau. Sebenarnya mereka bertiga kurang setuju dengan rencana Angga yang menjalin hubungan palsu dengan Loli. Namun setelah mengetahui alasannya melakukan ini, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Karena yang Angga lakukan menyangkut kebahagiaan banyak orang, termasuk Loli sendiri.

ERLANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang