Mentari pagi mulai memancarkan sinarnya menghangatkan seluruh makhluk yang berada di bumi. Pantulan sinar memasuki kaca balkon yang tidak ditutup gorden mengenai wajah remaja yang masih nyenyak tidur, namun perlahan terganggu dan terbangun.
"Eunghh"
Bangun dari tidurnya dan mulai meregangkan otot tubuhnya merasakan tidurnya kali ini sangat nyenyak apa mungkin karena kasur yang dia tempati teramat empuk meskipun kasurnya di dunia sebelumnya empuk juga.
"Tidur gue nyenyak bener dah. Jam berapa ini?"
Menatap ke depan melihat jam dinding besar terpajang di atas TV menunjukkan pukul 6.15
"Tumben gue bangun jam segini, biasanya paling lambat setengah 8. Oh iya gue lupa, Mika asli memang rajin bangun pagi. Kasihan bener anak pinter, rajin, baik, dan gak nyusahin cem Mika malah diabaikan demi anak pungut mirip babik itu!"
Tidak ingin membuang waktu lebih banyak lagi, Mika beranjak dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Hanya butuh 10 menit Mika sudah keluar dari kamar mandi lengkap seragam sekolah yang sebelumnya telah dia bawa ke kamar mandi.
(Baru balik dari RS dah sekolah aja nih anak)
Mika menatap pantulan bayangannya di kaca fullbody ukuran besar yang berada di samping meja rias.
"Bukan maen seragamnya bagus banget dah. Makin cakep lu ndra, ehh Mika maksudnya"
Celana putih panjang bahan dasar, kemeja putih lengan pendek, dan blazer abu-abu dengan sulaman benang emas berbentuk singa di sisi atas lengan kiri, berhubung ini hari senin jadi seragam yang di pakai seperti saat ini karena setiap hari seragam berbeda.
Menyemprotkan parfum aroma citrus berpadu hutan, setelah itu memakai pomade menyugar surai pirang aslinya ke belakang hingga menampakkan jidat uwaw miliknya.
Saat ingin beranjak Mika mengurungkan ketika pandangannya tak sengaja melihat kotak persegi kecil warna hitam di atas sana. Mengambil dan membuka ternyata berisi sebuah cincin berwarna perak yang teradapat ukiran nama miliknya di bagian dalam.
"Inikan cincin khusus anggota Agraham, cincin ini juga yang bakal diambil Zidancuk nanti mana pake ngerengek lagi. Kali ini gak bakal gue biarin nih cincin seharga 3 rumah mewah diambil anak pungut itu!"
Mika memakai cincin itu di jari telunjuk -karena kebesaran di jari manis- kemudian mengambil tasnya setelah memeriksa tidak ada barang yang tertinggal dan keluar dari kamar.
****
Ting
Lift terbuka dan Mika keluar dengan telinga disumpal earphone dan satu tangan memasuki kantong celana lalu matanya melirik anggota keluarganya sedang sarapan bersama tanpa menunggunya lagi.
Mika hanya bisa menunjukkan senyum mengejek dan berjalan mendekati Aslan yang sedang makan.
"Umm, bang As boleh minta tolong antar Mika ke sekolah? Eh, kalau abang sibuk gak masalah Mika bisa naik bus"
Semua mata menatap Mika sedangkan sang empu yang ditatap hanya bodoh amat gak peduli, melirik mereka pun Mika gak mau.
"Jangan mau bang, nanti bisa kecelakaan bawa anak sial kayak dia!" mulut siapa tuh? Siapa lagi kalau bukan Arga.
Alih-alih menatap Arga, Mika bahkan seakan tidak mendengar suara siapa itu, fokusnya hanya kepada Aslan.
Sedangkan Aslan menatap tajam Arga tentu saja Arga mendapatkan tatapan tajam Aslan langsung diam ketakutan.
"Duduk" perintah Aslan pada Mika dan Mika duduk di samping Aslan yang memang kosong.
Mereka kembali melanjutkan makan, Mika mengeluarkan ponselnya inginnya mau makan tapi mau makan apa jika piring saja tidak ada di hadapannya. Bisa makan dikantin saja nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Juga Berhak Bahagia!✔️ (TERBIT)
Teen Fiction[Beberapa part dihapus] Candra namanya remaja nakal yang hobi tawuran dan memiliki mulut cerewet saat pulang sekolah ia membeli sebuah novel karena tertarik dengan sampul covernya. Namun setelah dibaca novel tersebut ternyata tidak semenarik dari c...