Mika kembali menuju kantin dengan tas di punggungnya, setelah mengetahui hukumannya untuk apa lagi ia masih berada di sekolah? Lebih baik pulang lalu cari pekerjaan, ya kali Mika terus bergantung kepada keluarganya yang sama sekali tidak mempedulikan keberadaannya.
Disepanjang jalan Mika banyak murid menatapnya bingung, melihat pipi merah cap tangan dengan sudut bibir robek dan mata bengkak seperti habis menangis.
Sampai di kantin Mika melihat para sahabatnya masih berada di tempat sebelumnya.
Brushh
Mutia yang lagi minum jusnya langsung menyemburkan jus tersebut ke wajah pacarnya saat melihat kedatangan sahabat mungilnya dengan penampilan menyedihkan.
"Muka lo kenapa beb?! Bibir semok lo juga napa jadi gini?! Lo dibully?! Siapa yang bully lo sini gue gampar balik!" pertanyaan beruntun dikeluarkan Mutia, mencengkeram pundak Mika dan mengguncangnya kuat.
"Oi samson! Remuk anak orang lu goncang gitu, terus liat noh pacar lu ngambek" ujar Gilang melihat raut wajah Bima yang merengut akibat semburan dari Mutia.
"Eh, iya maaf beb gak sengaja tadi reflek, jangan ngambek ya ntar imut-- cakepnya ilang" Mutia melepaskan Mika dan beralih membujuk Bima.
Gilang menarik tangan Mika untuk duduk disebelahnya, "Cerita gih"
Mika menatap sahabatnya dengan wajah masam, "Gue kena skors 2 minggu" jelas Mika.
"APA/WHAT/NANI?!" oh, itu yang ngomong Nani Gilang, biasalah budak wibu.
Murid satu kantin melihat ke meja mereka.
"Biasa aja kali gak usah lebay gitu!" kesal Mika, ia malu ditatap banyak pasang mata. Bisa malu juga nih anak.
"Dari mana kata yang bisa mendeskripsikan 'biasa' aja? Diskors dua minggu lama banget beb! Lo gak protes gitu?!"
"Ngapain protes? Gue malah seneng diskors dua minggu, lumayan lah buat cari pekerjaan. Oh, iya kalian ada lowongan pekerjaan gak? Apa aja sih"
Gilang menempelkan telapak tangannya di dahi Mika mengecek apakah sahabat satunya ini demam atau tidak sampai bicara seperti itu.
"Gak demem"
"Lu pikir gue sakit?!" kesal Mika.
"Lagian kok lo bisa santai ngomong gitu"
"Terus mau gimana? Gue nangis kejer sampe guling-guling dilantai gitu?"
"Setidaknya tunjukin muka sedih kek, jangan bahagia! Terus untuk apa lo nanyain lowongan kerja?" tanya Bima.
"Kalo orang nanyain lowongan kerja untuk apa dong?" Mika balik tanya.
"Iya untuk kerja sih, tapi maksud gue tuh kenapa lo mau kerja?" Bima menjitak kepala Mutia yang menghabiskan jusnya padahal dia belum minum.
"Gue butuh duit la"
"Lah, lo kan sultan, ortu lo kaya" ucap Mutia.
"Sejak kapan gue punya ortu? Ortu gue dah mati, gue cuma hidup sendiri makanya nanya lowongan sama kalian"
Mereka bertiga seketika diam melihat raut wajah sedih dari sahabat mungil mereka ini. Mereka tahu tentang orangtua Mika yang pilih kasih kepadanya.
"Gue gak papa kok, kalian gak perlu kasihani gue kayak gitu, gue gak suka"
Mika -Candra- dikehidupan sebelumnya sangat tidak menyukai dengan tatapan mengkasihani karena setelah kepergian Ayahnya.
"Ekhem! Kalo lo butuh banget pekerjaan, abang gue lagi butuh karyawan di Cafe. Lo mau?" tawar Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Juga Berhak Bahagia!✔️ (TERBIT)
Teen Fiction[Beberapa part dihapus] Candra namanya remaja nakal yang hobi tawuran dan memiliki mulut cerewet saat pulang sekolah ia membeli sebuah novel karena tertarik dengan sampul covernya. Namun setelah dibaca novel tersebut ternyata tidak semenarik dari c...