Matahari telah bersinar dengan terang yang menandakan pagi hari telah terlewati.
Di ranjang king size terlihat seorang pemuda masih tertidur tanpa mengetahui waktu telah menunjukkan pukul 9 lewat dan jam kerjanya sudah lewat.
Padahal ini hari weekend yang seharusnya dipakai untuk bercanda bersama keluarga. Seperti itulah seharusnya.
Tapi tidak untuk pemuda bernama Mika ini, dilihat dari raut wajahnya yang menunjukkan kesakitan dilengkapi dengan keringat dingin sebesar biji jagung hingga membasahi bantal putih tersebut.
Wajahnya yang semula memang putih pucat kini makin pucat dengan bibir kebiruan itu terlihat menggigil. Sepertinya Mika sekarat sebab ulahnya tadi malam.
Mika membuka kelopak matanya pelan, memandang langit-langit yang terlihat kabur di pandangannya.
"Ukh... Memang sih gue berdoa supaya bisa buka mata lagi tapi gak harus disambut sama rasa sakit kayak ini!"
Mika bangun perlahan dan mendudukan dirinya sambil memijit dahi nya yang terasa berdenyut dan sepertinya ia demam.
Menoleh ke samping melihat ponselnya berada di atas meja kecil, mengambil untuk mengirimkan pesan ke pada Bima, beruntung saja ia sempat meminta nomor Bima agar mudah memberi kabar kepada abangnya karena Mika tidak memiliki nomor Denis -abangnya Bima-
Setelah selesai mengirim pesan, Mika kembali termenung.
"Baru sehari kerja masa iya minta libur? Semoga aja gak dipecat... Hahh laper, mau gak mau harus minum obat sebisa mungkin besok udah mendingan"
Dengan lemas Mika turun dari ranjangnya, berjalan sempoyongan dengan meraba dinding dan benda disekitar sebagai bantuan jalan.
****
Coba terberat pagi hari Mika, harus menuruni puluhan anak tangga dikala ia sedang sakit! Mika takut bagaimana jika ia jatuh terus menggelinding sampe ke bawah dan mati? Baru juga 2 hari hidup di dunia novel ini.
Sebenarnya Mika melihat diruang keluarga semua keluarganya berkumpul di sana, bukan hanya keluarganya tapi ada beberapa orang yang tidak dikenalnya dan Mika tidak tahu siapa mereka. Mungkin hanya tamu?
Dan sepertinya Mika melupakan jika di mansion ini ada lift yang berada tidak jauh dari tangga, tidak terlihat karena terhalang pilar besar.
Berakhirlah Mika menuruni satu persatu anak tangga tentunya dengan perlahan, maunya sih meluncur di pegangan tangga tapi takut kebablasan mental karena gak bisa berhenti.
"Nasib orang tampan memang banyak cobaan"
Mereka yang berada di ruang keluarga melihat kedatangan Mika yang terlihat sedang tidak sehat. Sebenarnya tamu yang datang tidak lain merupakan keluarga Derix.
"Mika!"
Mendengar namanya dipanggil Mika menoleh ke sumber suara dan tanpa menyadari kakinya salah menginjak posisi anak tangga hingga tergelincir.
Mika sudah menutup matanya erat menunggu reaksi tubuhnya berguling-guling di anak tangga, tapi tidak kunjung terjadi dan menyadari ada tangan besar menarik tangannya.
Melihat kebelakang ternyata Aslan yang menyelamatkannya. Mika menghela nafas lega dengan detak jantungnya berdetak cepat karena terkejut dan itu membuat perutnya terasa sakit.
Sedangkan Aslan mengerutkan dahinya merasakan panas dari tangan adiknya. Aslan menempelkan tangannya di dahi Mika dan ternyata benar sangat panas.
Mika terkejut saat tubuhnya diangkat tiba-tiba oleh Aslan karena reflek kaget menyebabkan pusing menyerang kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Juga Berhak Bahagia!✔️ (TERBIT)
Teen Fiction[Beberapa part dihapus] Candra namanya remaja nakal yang hobi tawuran dan memiliki mulut cerewet saat pulang sekolah ia membeli sebuah novel karena tertarik dengan sampul covernya. Namun setelah dibaca novel tersebut ternyata tidak semenarik dari c...