Pagi harinya di mansion Agraham mereka semua sudah berkumpul di meja makan hanya menunggu dua orang lagi untuk memulai acara sarapan bersama.
"Abang sama Mika kok lama ya, Mom?" tanya Zidan terus melihat ke arah lantai 3.
"Mungkin sebentar lagi turun, Zidan udah laper ya?" Zidan hanya mengangguk mendengar pertanyaan Cintara.
Sedangkan Sagantio menatap Zidan dengan tatapan julid khas emak-emak, 'Memang anak babi' batinnya lalu menatap menantunya yang terlihat sangat peduli pada anak itu.
"Menantu, jangan urus anak itu terus, urus juga anak kandungmu yang lagi sakit! Kamu Ibunya atau bukan?!"
Cintara mengangguk patuh dan menjawab, "Baik Pa" mustahil untuk membantah jika suaminya saja kalah.
Derix melihat istrinya diperlakukan seperti itu tentu saja marah dan ingin membalas jika saja kembarannya tidak menatapnya dengan senyuman lebar yang membuatnya diam seketika. Cukup kemarin sore punggungnya mendapatkan hadiah dari kembarannya itu dan sekarang masih terasa sakit.
Tak lama kemudian dua orang yang ditunggu akhirnya turun, terlihat Aslan sedang menggendong Mika dengan satu tangannya saja dan Mika menyandarkan kepalanya di leher Aslan tubuhnya masih terasa hangat dan lemas namun karena hari ini dia akan pergi belanja sama Aslan jadi harus terlihat sehat, demi menguras duit Aslan!
"Apa Mika masih sakit? Kalau iya mending tiduran aja" ujar Levi.
Mika langsung menyahut, "Udah sehat cuma masih ngantuk" ntar kalo dibilang masih sakit malah gak jadi pergi.
"Kalo gak sakit kenapa harus digendong abang Aslan?" tanya Zidan.
"Suka suka lah, iri lo?"
"Zidan kan cuma nanya..."
Mika berdecih melihat ekspresi melas Zidan yang membuatnya jijik. Ketahuan banget capernya.
"Zidan nanya baik-baik lo jawab ketus, sopan begitu?" dan Arga pun terbuai oleh ekspresi Zidan.
"Terserah gue lah! Cepat bang sarapannya terus kita pergi!"
"Mau ke mana?" tanya Zidan penasaran.
"Ke mall, napa mau ikut?" Zidan mengangguk, "Pergi sendiri!" Mika puas melihat raut kecewa Zidan yang tentu saja hanya akting demi mencari simpati orang lain.
"Aslan, ajak juga Zidan pergi" ujar Derix yang terdengar seperti perintah.
"Idih emang dia siapa? Gak ada ya, yang pergi cuma Mika sama bang Aslan doang kalo dia mau pergi juga anda saja yang mengajaknya pergi!"
"Mi--" perkataan Derix terpotong.
"Cukup! Berhenti bicara, sekarang makan!" perintah Sagantio.
(enaknya panggil Opa aja atau sagantio?)
Skip selesai makan.
"Mika, mau ikut Opa tinggal di mansion utama?"
Mika yang sedang menikmati puding karamel melirikkan matanya menatap pria paling tua di sini.
"Gak"
"Lah kenapa? Tinggal bareng Opa lebih enak dibanding tinggal di mansion ini. Kamu mau apa aja nanti Opa kabulin, lagian gak ada yang sayang sama kamu di sini" Sagantio mengompori cucunya agar mau tinggal bersamanya.
"Ada kok yang sayang sama Mika, bang Aslan nih, kalau yang lain Mika gak peduli sih. Mika akan tinggal sama Opa di saat bang Aslan gak nepatin janjinya, jadi untuk sekarang Mika masih mau tinggal di sini"
Mendengar perkataan Mika membuat beberapa orang merasakan perasaan aneh.
Aslan mengusap surai pirang Mika, dia janji tidak akan mengabaikan adiknya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Juga Berhak Bahagia!✔️ (TERBIT)
Teen Fiction[Beberapa part dihapus] Candra namanya remaja nakal yang hobi tawuran dan memiliki mulut cerewet saat pulang sekolah ia membeli sebuah novel karena tertarik dengan sampul covernya. Namun setelah dibaca novel tersebut ternyata tidak semenarik dari c...