25. PERMAINAN DI MULAI

6.5K 289 36
                                    

Haiii👋👋

.........

"Rak, kamu percaya gak kalau dia balik lagi?" tanya Jaksa. Sekarang mereka sedang makan siang di cafe.

Raka yang sedang sibuk memakan makanannya pun mendongak menatap Jaksa.

"Dia, siapa?"

"Digar."

Lantas Raka langsung membulatkan matanya setelah mendengar jawaban dari Jaksa.

"HAH?!" teriaknya lantang dan menggema yang membuat pengunjung cafe langsung menatap kearahnya.

Jaksa mengusap pangkal hidungnya dengan mata tertutup. Setelah paham apa yang sedang terjadi, Raka menatap kembali orang orang yang menatapnya lalu dia menyengir tanpa dosa.

"M—maaf semua, maklumin ya." Raka kembali duduk di kursinya.

Orang orang yang tadi menatapnya pun menggelengkan kepalanya dengan tatapan aneh. Sungguh! Kenapa Jaksa mempunyai sahabat seperti Raka si?

Jaksa menatap tajam Raka, yang di tatap pun kelabakan Raka mengalihkan pandangannya dan berusaha bersikap tenang dan santai.

"Kamu kalau bukan sahabat saya, sudah saya penggal kepala kamu dari dulu!" ucap Jaksa pelan namun penuh dengan tekanan.

Raka menyengir. "Y—ya jangan atuh, saya kan belum nikah, belum ngerasain anuan juga."

"Oh iya, omong-omong kamu udah an

Jaksa mengangkat satu tangannya. "Shh... Saya gak mau bahas itu."

"Tapi kan—

"Diam!" tegur Jaksa dengan tatapan laser.

Raka memilih menutup rapat-rapat mulutnya.

"Itu gak penting, yang penting sekarang adalah waspada! Kamu kasih tahu Riyan sama Bagas kalau Digar kembali."

Raka belum membalas ucapan Jaksa, dia menggaruk kepalanya bingung. "Katanya Digar udah mati?"

Jaksa menaruh tangannya di dagu. "Ternyata benar dugaan Ayah, jasad yang waktu itu bukan jasad nya Digar."

"Dan kemarin malam, saya di ikuti sama seseorang yang tidak saya kenal. Dia berusaha menghadang, dan untungnya saya bisa lolos dari mereka." lanjutnya dengan wajah serius.

"Saya juga yakin seratus persen bahwa sekarang anak buahnya bertambah semakin banyak, dia mungkin akan hancurin kita satu persatu. Dan itupun secara perlahan, dan saya juga yakin kalau Digar itu di bantu oleh seseorang yang berotak pintar untuk ngehancurin kita." tambah Jaksa panjang.

"Saya tebak, pasti korban pertamanya itu istri kamu. Saya yakin!" tekan Raka.

Jaksa mengangguk. "Iya, dia ngincer Vella sekarang."

"Ketatin lagi penjagaan di rumah kamu, dan di rumah Ayah kamu. Saya khawatir mereka nyerang orangtua kamu dulu sama adek kamu itu yang agak nyusahin."

"Saya belum kasih tahu Ayah tentang ini." ucap Jaksa.

"Lebih baik jangan dulu."

Jaksa mengangguk lalu dia menyeruput kopinya, dan tiba-tiba notifikasi HP nya berbunyi, matanya langsung melirik ke arah HP nya lalu tangannya terulur untuk melihat siapa seseorang yang mengirimnya pesan.

(+62) 818xxxxx

|permainan di mulai...

Rahang Jaksa mengeras setelah membaca pesan tersebut tangannya menggemgam erat HP yang ada di tangannya itu, giginya beglemetuk tanda amarahnya semakin memuncak.

ARJAKSANA || Perjodohan (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang