Saat Sungchan dan Xiaojun terpaksa kembali ke kota, mereka memeluk Taeyong erat-erat dan berjanji akan sering-sering pulang.
Taeyong sedih, tapi sudah mengira semua ini sejak awal. Meski dunianya terasa berhenti begitu suaminya meninggal, dunia anak-anaknya masih berjalan. Taeyong berjanji tetap akan menjadi ayah yang baik bagi ketiga anaknya. Ia bersikeras tidak mengubah jadwal pernikahan Xiaojun dan Hendery meski Jaehyun tak lagi ada di sisinya.
"Buat apa? Mari kita perjuangkan kebahagiaan orang-orang yang hidup," ujarnya dengan suara pura-pura ceria saat Ten dan Johnny dengan hati-hati mengusulkan untuk menunda pernikahan dua anak mereka.
"Xiaojun dan Hendery sudah menanti lama untuk hal ini. Aku yakin Jaehyun juga akan bahagia melihat mereka bahagia." Maka dengan haru, Ten dan Johnny pun setuju.
Hendery yang bisa bekerja dari rumah tinggal di rumah Taeyong. Xiaojun berterima kasih kepada tunangannya yang dijawab Hendery dengan tawa jahil.
"Aku bisa bonding dengan Papap sebelum resmi jadi menantu." Seolah ia tidak dianggap anak oleh Jaehyun dan Taeyong sebelumnya.
Ia tidak sendiri, Om Doyi yang bisa bekerja dari rumah juga tinggal di rumah mereka. Pendeknya, semua ingin menunjukkan pada Taeyong bahwa ia orang yang dikasihi. Mereka tak ingin kekosongan karena kepergian Jaehyun membuat Taeyong terus-menerus tenggelam dalam kesedihan meski mereka tahu, sekuat apapun mereka mencoba, takkan ada yang bisa mengembalikan sinar di mata Taeyong karena suami tercintanya.
Meski ia berpura-pura tegar dan dengan cepat berusaha beradaptasi dengan menggantikan peran Jaehyun di pertanian dan peternakan, semua orang tetap bisa melihat bagaimana ia lebih sering terdiam dan melamun. Begitu berbeda dengan sosoknya dahulu sebab Jaehyun selalu ada di sekitarnya. Kini ketiga anaknya harus menahan sesak tiap melihat ayah mereka itu berdiri di pagar yang menghadap pertanian, seolah bisa melihat Jaehyun sedang menginspeksi pertanian di sore hari.
Dari ketiga anak Taeyong, hanya Jaemin yang belum pergi. Kakinya sudah sembuh dan mobilnya sudah kembali seperti sedia kala, bahkan lebih baik. Setiap hari ia berkomunikasi dengan murid-muridnya yang lucu via teleconference. Acara seni yang ia ajukan sudah diselenggarakan beberapa waktu lalu dan ia merasa sedih karena tidak bisa melihat proses berkarya murid-muridnya secara langsung.
Anak-anak lucu itu selalu berebut mendekat ke layar setiap kali Jaemin menghubungi, lalu silih berganti menceritakan apa yang terjadi hari itu. Hati Jaemin selalu menghangat melihat mata besar dan wajah polos itu merindukannya.
"... Teacher Nana, when will you be back?" tanya Dongpyo. Bibirnya mengerucut. Jaemin baru saja memuji potongan rambut barunya dan ia mengembang seperti putri malu.
"Soon, kids. Okay?" jawab Jaemin selalu.
"We miss you!" seru Mimi.
"I miss you too. So much." Jaemin memajukan bibirnya, seolah berusaha mencium kamera. Anak-anak langsung berebut melakukan hal yang sama.
"Eunsang-ie," panggil Jaemin saat tawa mereka mereda dan melihat kilatan satu sosok di sudut kamera yang hanya sanggup mengintip dengan takut-takut. Mr. Moon membantu Eunsang mendekat ke kamera dan teman-temannya memberi jalan. Anak itu terkenal pendiam dan hanya mau terbuka kepada beberapa orang, salah satunya Jaemin.
"Hi, baby," sapa Jaemin sambil tersenyum. "Nice shirt," pujinya melihat Eunsang mengenakan kemeja bermotif kotak-kotak berwarna kuning yang tak pernah dilihatnya.
Pujian itu membuat alis Eunsang terangkat, wajahnya berseri. "Dada yang memilihkan–eh..." ia menjawab antusias, tapi tiba-tiba tersadar dan menutup mulut rapat-rapat sambil melihat teman-temannya takut-takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Eternal | NOMIN
FanfictionRibuan-jutaan tahun yang lalu, sebuah benda berbentuk pipih persegi mengawang dan membawa serombongan penyelamat untuk membantu makhluk dengan intelegensi tertinggi, yang kemudian disebut manusia, bertahan hidup. Musuh-musuh manusia berevolusi, berm...