"Ren, hentikan. Aku bisa sendiri" ujarnya ketika melihat Renjun tengah membersihkan luka di sudut bibirnya. Dia merasa tak enak dengan Renjun yang selalu memperlakukan nya seperti ini, sedangkan dia malah menyukai Jeno.
Renjun menggeleng. "Biar aku bantu, jangan menolak" sergah Renjun, tetap pada pendiriannya.
Di ruang UKS hanya ada mereka berdua, dan Jeno yang berdiri di ambang pintu. Dia enggan melihat Na Jaemin, dan tentu saja yang menyuruhnya berjalan ke arah atap itu dia. Menyerahkan Jaemin kepada Guanlin dkk.
Bel istirahat berbunyi, di saat orang lain pergi berhamburan dia malah menyibukkan diri untuk mencari lowongan pekerjaan di ponsel butut nya. Segerombolan siswa datang menghampiri Na Jaemin. Tatapan nya berubah menjadi sendu dan penuh rasa takut.
"Masih punya nyali buat dateng ke sekolah ternyata" pekik Felix di sertai seringai di wajahnya.
Bangchan menumpahkan soda ke baju Jaemin. "Haha sorry, gw se-nga-ja" tukasnya lalu menunjuk-nunjuk kepala Jaemin dengan telunjuknya.
Dua orang lain nya masih terlihat santai, membiarkan Felix dan Bangchan saja yang mengerjai anak ini kali ini. Baju Na Jaemin yang basah membuat seragam nya sedikit transparan. Lengket, bau soda. Membuat penampilan Na Jaemin sangat berantakan.
"Denger ya, jangan mentang-mentang Renjun itu berteman dengan mu dan kau malah memanfaatkannya" Felix menjambak rambut Jaemin, ia meringis sakit. Bukannya Jaemin tidak bisa melawan, tubuhnya masih lemah dan lagi dia tidak mau mempunyai urusan dengan empat orang ini.
Jeno berdehem. "Bel masuk bentar lagi bunyi, kita cabut sekarang" serunya, yang di balas oleh anggukan ketiga teman nya.
Matanya memerah, berlinang oleh cairan bening yang ada di pelupuk matanya. Jaemin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dan tentu saja, menangis disana.
Sejak saat itu Jaemin memutuskan untuk menghindari Renjun. Menolak setiap kali Renjun mengajaknya main, atau makan bersama di kantin. Ini demi dirinya sendiri. Dia tidak mau melukai orang sebaik Renjun.
Jaemin berjalan dengan langkahnya yang gontai, dia ingin protes. Kenapa harus selalu dirinya yang pergi ke gudang buku? Ahh, mengingat kejadian tempo lalu membuat Jaemin sedikit meringis. Tiga orang itu menyiksanya, walau tidak ada luka yang serius. Tapi lebam kebiruan ada di sekujur tubuhnya.
Bahu nya merosot, beberapa kali Jaemin mendesah ringan. Dia tidak menyadari kalau ada orang yang mengikutinya sejak tadi. Itu Lee Jeno.
Manik rusanya menangkap siluet yang tentu saja dia kenal. Jaemin mengerjap, pintu gudang sudah menutup rapat. Meneguk ludahnya gusar, Jaemin mengambil langkah mundur. "J-jeno? Ada apa?"
Setiap kali Jeno mendekat, bau alkohol itu semakin tercium dan menyengat. Jaemin menutup hidungnya. Jeno belum legal untuk meminum alkohol di umurnya yang masih dini.
"Berlutut" perintah Jeno.
"T-tapi??"
"Ku bilang berlutut-!" lelaki itu membentak serta menjambak tubuh Jaemin. Memaksa anak itu untuk berlutut di depannya.
Matanya membola sempurna kala Jeno malah mengeluarkan kejantanan miliknya yang sudah menegang sempurna. Jaemin menggeleng cepet.
Rabu siang Na Jaemin menjadi korban pelecehan. Walaupun bukan tentang kehormatan. Jeno hanya memuaskan hasratnya dengan bantuan mulut Na Jaemin.
"Akhh" erang Jeno saat pelepasannya sudah selesai. Jaemin menangis dan berusaha untuk mengeluarkan cairan yang tadi dia telan karena terpaksa.
Melihat hal itu Jeno tidak terima, menampar kedua pipi Na Jaemin hingga meninggalkan bekas cap lima jari. "Kau melakukan apa hm?" intonasi yang teramat datar itu cuman bisa Jaemin jawab dengan gelengan. Menangis tanpa suara, lalu Jeno malah mendekap erat tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Ineffable - nomin ft jisung
Teen Fictionn. ceritanya bikin nguras emosi. jadi kalau gamau emosi ya jangan baca ngehe. Hiruk pikuk kehidupan itu memang lah sangat menyesakkan dada. Setiap manusia mempunyai kesabaran nya masing-masing, namun hal itu tidak menutup kemungkinan jika kesabaran...