16

8K 673 24
                                    

Jaemin menggigit bibir bawahnya gelisah. Dia tidak menginginkan Jeno pergi dari nya. Tapi ini bukan urusannya, dan Jeno pasti akan tetap pergi walaupun Jaemin memohon untuk tetap memohon padanya.

Tepat pukul jam dua belas malam Jaemin terbangun. Dia terus memikirkan Jeno. China? Itu terlalu jauh. Atau bahkan sangat jauh.

-

-

-

"Aku akan berangkat" ujar Jeno kepada keluarga kecilnya. Chenle dari tadi menangis dan memeluk tubuhnya. Namun sekarang anak itu sudah di tenangkan oleh Doyoung yang mampir ke rumahnya.

"Kau akan pulang kapan?" tanya Renjun dengan suara lembutnya. Melepas pelukan dari sang suami.

"Paling lambat satu atau dua bulan"

"Itu terlalu lama!"

"Akan ku usahakan Ren"

"Hem" Renjun menghela napas panjang. "Yasuda, hati-hati. Jangan telat makan"

"Iya, baik"

Pagi itu Jeno pergi ke bandara untuk melakukan penerbangan ke China. Selama di perjalanan tidak terjadi kendala apapun, atau bisa di bilang sangatlah lancar.

Jeno bergegas ke apartment miliknya. Semua barang-barang miliknya di bawa oleh pelayannya. Mark Lee pun juga ikut andil. Padahal sebentar lagi dia akan menikah dengan Haechan.

Namun pekerjaan ini sangatlah penting. Sehingga dia rela mengambil tindakan untuk mengundur pernikahannya.

"Kau yakin pria tua itu akan mempermudah masalah kita?" tanya Mark dengan ragu. Mereka satu apartment, Jeno sengaja memesannya.

Si pemilik obsidian kelam itu terlihat gusar. Kemudian menutup layar laptopnya. "Bagaimanapun, kita harus bisa"

"Dia penyusup Jen. Dan dia adalah seorang bandar narkoba terbesar. Bagaimana bisa paman Donghae terjebak bisnis ilegal bersama orang itu"

Jeno semakin menukikkan alisnya. Dia mendesah ringan. "Kenapa jadi kita yang kena imbasnya"

"Karna kau penerus!" sungut Mark Lee yang merasa bahwa atasannya ini amat lah bodoh.

Jeno menunjukan cengiran khas nya, membentuk eye smile tanpa dosa di hadapan Mark Lee yang tersulut emosi.

"Kau rela mati?" tanya Jeno.

Pria blasteran Kanada itu tercekat. "Apa?? Aku baru saja melamar seseorang! Kau tau itu!"

"Aku kan tanya!!" jengah Jeno.

Mereka sering beradu mulut. Padahal umur mereka bukan anak SMA lagi. Tapi sikapnya masih sama seperti dulu.

"Hah, entahlah. Kalau ini soal hidup dan mati, aku menyerah saja" keluh Mark, pria yang beberapa bulan lebih tua dari Jeno.

"Aku tidak tau, mungkin untuk beberapa saat kita akan putus komunikasi dengan orang rumah"

"Ya, aku yakin itu terjadi"

"Lalu bagaimana?" tanya Mark.

"Apanya?"

"Keberadaan Ayahmu dimana?"

Jeno terdiam, lalu menggeleng. "Pemakaman mungkin" katanya asal. Mark menggeram.

"Aku serius!!"

"Aku tidak tau!!"

"Ya!"

"Ck"

-

-

[ ✔ ] Ineffable - nomin ft jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang