15

8.8K 707 42
                                    

Pagi ini Jaemin sudah boleh pulang ke rumah, Jeno tidak sempat mampir karena dia harus pulang ke rumahnya. Dan tentu saja Jaemin yang menyuruhnya. Walau bagaimanapun keluarga Jeno tetap lah yang nomor satu.

Renjun tidak pernah mengambil tindakan kasar padanya, hanya saja . . malam itu berbeda. Mungkin dia sudah keterlaluan.

"Pagi" seseorang di balik pintu pagar sebatas dada orang dewasa menyeru pada Jaemin yang tengah menyapu teras rumahnya.

"P-pagi" ia menimpali dengan ragu. Hyunjin membuka pintu pagar dan menghampiri Jaemin.

"Hehe, udah lama ya enggak berkunjung kemari. Apa kabarmu dengan Jisung?" tanyanya ramah. Jaemin mempersilahkan Hyunjin duduk di kursi kayu yang terbuat dari rotan.

Ia mengulas senyum simpul. "Iya, aku dan Jisung baik"

"Tapi luka mu tidak terlihat baik-baik saja Na Jaemin" Hyunjin memicingkan mata sipitnya. Jaemin tertegun kemudian menunjuk ke sebuah amplop jingga di tangan Hyunjin.

"Itu?"

Hyunjin tersadar, dia datang kemari untuk mengundang Jaemin ke acara pertunangannya dengan Yeji yang akan di adakan dua minggu lagi. "Aku berencana untuk mengundangmu ke acara pertunangan" ia menyeru penuh antusias. Jaemin mengangguk paham.

"Kau akan datang kan Na?"

"Aku tidak bisa janji"

"Kenapa gitu? Kamu benci?"

"Tidak" Jaemin menggeleng. Jisung masih tertidur pulas di kamarnya, ini hari minggu. Dan semalam anak itu terus mengoceh dan tidur terlalu larut. Alhasil sampai jam tujuh pagi seperti ini dia masih tertidur di ranjang barunya. Pembelian Jeno.

"Maaf" Hyunjin bergumam. Menarik tangan Jaemin untuk di genggam. "Maaf Na" tentu, Hyunjin merasa bersalah karena selama ini dia amat meyakinkan Jaemin akan ketulusan hatinya. Namun setelah mendengar kabar tentang Jeno, dia sendiripun ragu. Apakah Jaemin akan balik menyukainya atau tidak? Dan malah kembali kepada Jeno.

Dia yang hanya bermodalkan ketulusan bisa kalah dengan cinta pertama. Hyunjin akhirnya menyerah. "Ini bukan salahmu" pungkas Jaemin, melepas tangan nya dari genggaman Hyunjin. "Jangan lancang, orang-orang bisa membuat gosip miring tentang mu"

Pandangannya meredup. Hyunjin menarik napasnya dalam-dalam kemudian memeluk tubuh Jaemin.

"H-hyunn . ."

"Hanya sebentar"

"Na Jaem-"

Keduanya menoleh ke arah yang bersamaan. Jeno dengan style kantornya berada tak jauh dari mereka. Pandangan Jeno menajam.

"Jen"

"Ponselku ketinggalan, lanjutkan" kata pria itu dingin. Berjalan tanpa seijin Jaemin dan masuk ke rumahnya. Seolah mengabaikan kehadiran Jaemin dan Hyunjin.

Sesampainya di dalam rumah itu, Jeno meringis pelan. Mengambil ponselnya yang tergeletak di meja kayu yang berada di ruang tengah. Lalu keluar dan melihat Jaemin yang mungkin masih terkejut akan kedatangannya.

"Ini tidak seperti yang kau lihat" Hyunjin berujar.

Jeno menyeringai. "Kalau begitu, jangan salahkan mataku yang sedang bermasalah" katanya. Menoleh ke arah Na Jaemin yang diam mematung. "Benar begitu Jaemin?" sambungnya.

"J-jeno ti-"

"Aku harus kembali, selamat pagi" Jeno pergi setelah berpamitan. Tubuh tegap yang berada di balik jas hitam itu menghilang bersamaan dengan suara mobil yang mulai menjauh. Jaemin memegangi dadanya yang nyeri.

[ ✔ ] Ineffable - nomin ft jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang