Na . . kisah kita sangatlah rumit, bermula dari kau yang menumpahkan sampah ke baju ku, lalu berakhir dengan tatapan mu yang penuh ketakutan ketika memandangku.
Jujur saja, kau aneh. Selalu menunduk dan meminta maaf berulang kali. Aku tidak tuli, aku mendengar ucapan mu. Tak perlu mengulangnya sampai puluhan kali.
Orang-orang mencibir tentangmu, juga diriku. Na, sadarkah kamu aku yang brengsek ini tidak pantas mendapatkan cinta dari mu?
Sorot matamu menyejukkan, dapat membuatku terbuai akan perangai manis mu. Tapi kau datang di waktu yang tak tepat. Ada dia di sampingku.
Kau bagai air yang telah aku cemari, bagai kain sutra yang sempat aku robek menjadi beberapa bagian, dan bintang jatuh yang sempat aku abaikan. Jaemin? Bersedia kah apabila aku memperbaiki itu semua?
Air keruh tak bisa ku sucikan, robekan kain masih bisa aku jahit walau bentuknya mungkin buruk. Dan bintang jatuh memang sulit untukku kejar, tapi apa salahnya aku berharap lagi?
Berharap kamu, kembali membuka hati. Hanya untukku seorang.
-
-
-
Duduk di bangku kelas dua SMA dengan penuh beban yang ia pikul. Luka lebam terlihat dari sudut bibir tipisnya. Jeno meringis ketika Renjun membersihkan luka di wajahnya.
Ini ulah Ayah nya sendiri. Kata orang tua itu, Jeno terlalu sibuk mengurusi kehidupan orang tuanya dan malah membiarkan tugas sekolahnya terabaikan.
Bukan maksud Jeno untuk ikut campur. Tapi, bagi seorang anak satu-satunya tentu saja Jeno menginginkan kehidupan keluarga yang normal. Seperti teman-teman yang lain nya.
"Kau melakukan hal apa sampai Ayah Donghae tega memukulmu seperti ini?" tanya Renjun di sela-sela kegiatannya mengobati luka Jeno.
Jeno tersenyum simpul. Berusaha meyakinkan kekasihnya bahwa dia baik-baik saja. "Ini cuman luka kecil"
"Tapi tetap saja, aku khawatir"
"Beneran Ren" kekehan terdengar dari mulutnya.
Sepulang nya dari sekolah, Jeno menuju parkiran. Renjun di jemput oleh orang tuanya. Dan Jeno hanya pulang sendiri. Di kejauhan ada si aneh yang tengah mengotak-atik ponsel bututnya. Jeno ingin mengejek, tapi sudah ada yang mewakilinya.
Jaemin di ejek, ponsel nya di buang ke tong sampah membuat anak itu terdiam dengan bulir air mata yang menggenang di pelupuknya. Jaemin memunguti ponselnya di antara sampah-sampai. Tangan nya kotor dan bau, tapi Jaemin tidak masalah dengan itu. Dia pergi untuk mencuci tangan di tempat cucian yang ada di depan sekolah.
Mencuci tangan nya hingga bersih. Senyum memancar dari wajah sedihnya. Alis Jeno menukik. Dia iri dengan Jaemin.
Di ambang kesulitan, anak itu masih senantiasa menunjukan senyum sempurnanya.
-
Keributan terjadi di kantin keesokan harinya. Biang onarnya adalah Guanlin, Bangchan, serta Felix. Dan tentu saja Jeno yang hanya menyimak. Sedangkan Renjun tengah pergi ke ruang guru.
Tangan mungilnya memunguti makanan miliknya yang berserakan di lantai. Dia bersih kukuh menahan tangisnya, walau dapat Jeno lihat anak itu ingin menangis.
![](https://img.wattpad.com/cover/296237325-288-k988775.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Ineffable - nomin ft jisung
Fiksi Remajan. ceritanya bikin nguras emosi. jadi kalau gamau emosi ya jangan baca ngehe. Hiruk pikuk kehidupan itu memang lah sangat menyesakkan dada. Setiap manusia mempunyai kesabaran nya masing-masing, namun hal itu tidak menutup kemungkinan jika kesabaran...