Kalian tau harus apa kalo cerita ini mau lanjut sampai ada tanda centang nya.
-
-
-
Pria itu kembali menghantui pikirannya. Sejak kapan dia pulang? Bagaimana kabarnya? Dan yang lebih buruk lagi soal, dia adalah Ayah dari Jisung anak nya. Jaemin menetralkan deru napasnya yang sejak tadi memburu, di guncang dengan berbagai prasangka yang jauh dari kata baik - baik saja.
Bahwasanya ini memang takdir, kenapa dia malah di pertemukan lagi dengan pria menakutkan seperti Lee Jeno?
Jaemin tidak sadar kalau dirinya sejak tadi berdiam diri di kamar mandi. Air dingin selalu membuatnya tenang, tapi tidak berlaku untuk kali ini. Raut wajah kesedihan sangat terlihat jelas dari wajahnya.
Di luar hujan. Menambah kesan sepi dan sunyi bagi dirinya. Memejamkan matanya perlahan, berharap apa yang dia lihat beberapa jam lalu hanyalah mimpi atau khayalan nya yang tak masuk di akal.
Jaemin mengernyit. "Ini bukan mimpi"
"Jeno kembali . .
-lagi".
Tubuhnya merosot ke lantai yang basah. Kemudian dia terisak pelan, dada nya sesak seolah kejadian itu baru saja terjadi barusan. Ketika Jeno meninggalkannya, Jeno yang menolak kehadiran serta calon bayi nya.
"J-jeno . . hiks"
-
-
-
"Nana-!!" Renjun melambai dari arah koridor lain. Jaemin yang baru saja keluar dari ruang tata usaha akhirnya mendongak dan melihat ke arah Renjun yang tentu saja sedang bersama Lee Jeno.
Meneguk ludah nya susah payah, Jaemin balas melambai. Dia dapat merasakan bagaimana benda tumpul nan keras itu menyentuh tenggorokannya. Sakit.
"Hai" sapa Jaemin canggung. Berada dalam situasi sulit seperti ini membuat Jaemin merasa bahwa dirinya adalah seorang pendosa besar. Mengkhianati teman nya? Hah . . bahkan yang dirinya lakukan jauh lebih buruk dari itu semua.
"Baru bayar uang bulanan?" tanya pemuda cantik itu. Mereka berjalan secara beriringan. Jeno menyeringai ketika pandangannya bertemu dengan Na Jaemin.
"Ha?" Jaemin mengerjap. "Maaf Renjun, apa kau bisa mengulangi ucapan mu barusan?"
Renjun mendengus sebal. "Kau habis bayar uang bulanan ya Nana?"
"O-oh itu . . sebenarnya belum, belum sepenuhnya" ralat Jaemin di waktu yang bersamaan. Renjun mengangguk paham.
"Kalau butuh bantuan atau pinjaman dari ku, aku bersedia untuk membantu kapanpun Na. Jangan sungkan, kita kan teman" selalu seperti itu, Renjun terlalu baik untuknya.
Jaemin tersenyum samar, menunduk lalu menggeleng pelan. "Ahh itu tidak perlu. Aku akan mencari pekerjaan baru hehe"
"Loh?? Bukannya kamu udah kerja di salah satu cafe ya?" Renjun mengerutkan keningnya heran.
"Waktu ku masih tersisa banyak. Jam malam ku kosong, aku akan coba mencari pekerjaan di taman"
"Taman?" alisnya semakin berkerut menatap pemuda yang sedikit lebih tinggi darinya. Jaemin nyengir kuda.
"Jadi maskot kan lucu Njun" kekeh Jaemin seolah mengabaikan Jeno yang sejak tadi memerhatikan dirinya.
"Tapi kerja malam-malam itu bahaya-! Aku nggak mau ya, kalau sampai ada orang jahat yang ngapa-ngapain kamu Na" pemuda itu terdengar memekik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Ineffable - nomin ft jisung
Fiksi Remajan. ceritanya bikin nguras emosi. jadi kalau gamau emosi ya jangan baca ngehe. Hiruk pikuk kehidupan itu memang lah sangat menyesakkan dada. Setiap manusia mempunyai kesabaran nya masing-masing, namun hal itu tidak menutup kemungkinan jika kesabaran...