chapter 1 - in rush

2K 198 21
                                    

Suara denting ponsel menandakan adanya notifikasi masuk, membuat Karina maupun Giselle langsung merogoh tasnya. Mereka langsung terpaku menatap layar ponsel.

[ANNOUNCEMENT for 24th] Short Trip Informations. tap for read more.

"This is crazy! Sebelumnya gak pernah kaya gini kan Rin?" protes Giselle.

Tidak hanya Giselle saja, tapi hampir seluruh siswa yang berada di ruangan auditorium juga terkejut dengan pengumuman ini.

Karina terus melanjutkan membaca, sedangkan Giselle mengunci kembali layar ponselnya sambil stress melihat anak-anak disekitarnya yang juga terlihat stress.

"All free. Akomodasi, penginapan, dan makanan semuanya udah disiapin sekolah. Kasarannya, tinggal bawa diri aja sih... sama niat." Karina menoleh kearah Giselle. Dia mengerti, bahwa teman sejak kecilnya itu malas dengan hal seperti ini.

"Kita berangkat jam berapa?"

"Seven o'clock in the morning by plane. Berarti sekitar jam 6 pagi udah harus siap di bandara sih."

"WHAT???? Pagi banget!! Terus, pulangnya?"

"The day after, eight o'clock in the night by plane."

"HAHHHH."

Sudahlah, Giselle rasanya frustasi banget. Padahal baru senang masa orientasi selesai, lalu sudah membuat rencana besok akan menghabiskan waktu sendiri dirumah, dilanjut lusa jalan-jalan bersama Karina, dan hari berikutnya mengurus keperluan sekolah tapi semuanya berakhir sia-sia.

Memang lebih enak memiliki rencana dadakan saja, kalau planning gini malah ada saja yang menghalangi.

"Kalau gak ikutan, ada sanksinya gak?" Giselle bertanya lagi, sedangkan sebagian besar siswa sudah meninggalkan ruang auditorium. Padahal sebenernya Giselle bisa baca sendiri pengumumannya, tapi baru baca judulnya aja dia sudah malas.

"Ada. Bikin essay."

Giselle langsung bangkit berdiri. Tasnya yang berada dipangkuan sampai jatuh kelantai. Sanksinya tidak sebanding banget ya. kalau kaya gini, mau tidak mau harus ikutan.

Walaupun malas, tapi Giselle masih lebih memilih untuk melakukan aktivitas fisik daripada harus berdiam didepan laptop memikirkan essay.

Mau tau kenapa Giselle malas ikut acara seperti ini?

Selain karena sudah ada rencana sendiri, dia juga sudah ada feeling kalau acara dua hari satu malam itu akan terasa lebih melelahkan dibandingkan dengan kegiatan masa orientasi tiga hari terakhir.






🌠

"GISELLE WAKE UP, YOU'RE LATE."

Begitu selimutnya ditarik, Giselle baru benar-benar bangun. Masih setengah sadar dan masih meracau tidak jelas, tapi saat melihat jam dinding langsung panik.

"MAMA KOK BARU BANGUNIN AKU JAM SEGINI."

"Mama baru balik dari jogging. Kamu udah dibangunin bibi SEJAK SATU JAM YANG LALU TAPI GAK BANGUN-BANGUN."

Giselle langsung loncat dari tempat tidur dan masuk kedalam kamar mandinya. Yang biasanya butuh waktu sekitar 30 menit buat mandi, sekarang terpaksa dipangkas jadi 10 menit aja.

Selesai mandi langsung siap-siap, bahkan dia gak sempat pakai make-up dan langsung turun dari kamarnya pergi ke ruang tamu. PANIK BANGET. Apalagi Karina daritadi udah nelponin Giselle nanyain kok dia belum sampai di bandara.

"BIBI TAS GISELLE DIMANA YA?" tanya Giselle dengan suara menggelegar, di hari Jumat pagi pukul 6 lewat 20 menit.

"Disini non!" Asisten rumah tangga keluarga itu berjalan tergopoh-gopoh untuk membawakan tas nona mudanya tersebut.

"Berisik banget dek. Mau berangkat trip satu malam aja ribet banget," keluh kakak Giselle yang masih menggunakan pakaian tidur turun dari tangga.

"Ya, ini gara-gara adek osismu sih kak! Pakai ngide short trip segala," protes Giselle sambil memasukkan airpods dan mini pouch make-up kedalam tas gendongnya.

Rencana mau pakai make-up di pesawat aja, karena kalau dilakukan diperjalanan menuju bandara masih kurang lama waktunya. Yang ada belum selesai make-up udah sampai duluan di bandara.

Rumah Giselle ke bandara tidak sedekat itu, kira-kira membutuhkan waktu lima belas menit kalau tidak macet. Tapi, Gisellenya tuh yang kalau pakai make-up gak bisa cepat. Apalagi kalau udah berurusan dengan alis.

Akhirnya setelah urusan ini itu selesai, Giselle dan sopirnya berangkat. Doakan saja semoga tidak macet jadi Giselle bisa sampai disana tepat waktu.

Untuk menyembunyikan bare-face-nya, Giselle menggunakan masker dan juga kacamata tanpa lensa. Oh, ya. Saat diperjalanan menuju bandara, Giselle sempat memakai lipbalm biar tidak terlalu terlihat pucat.

Sesampainya di bandara, Giselle belum terlalu telat. Masih ada waktu untuk mengurus koper, tiket, dan lain sebagainya walaupun iya waktunya mepet banget. Buktinya pas urusannya selesai, temen-temen Giselle udah pada jalan buat masuk ke pesawat.

Karina panik-panik ajaib didekat pintu masuk pesawat, daritadi udah ditanyain, "Ada yang bisa saya bantu?" sama pramugarinya tapi jawabannya cuma gelengan kepala.

"KARINA!"

Melihat kedatangan sang kawan, Karina langsung memberikan tiket pesawatnya ke pramugari. Giselle juga langsung melakukan hal serupa karena tidak mau membuang waktu.

"Karina, I'm sorry!"

"Cari tempat duduk dulu deh, mana sih kok gak ada yang kosong!"

Karina sedikit ngegas, tapi gak marah kok. Dia cuma geregetan aja dan masih deg-degan. Overthinking gitu kalau nanti dia ketinggalan pesawat gimana, kalau Giselle telat dan berakhir gak ikutan short trip terus dia harus sama siapa dua hari ini.

Giselle menuruti Karina dan mencari tempat duduk. Bener-bener deh. Ini pesawatnya cuma diisi sama kakak osis kelas sebelas, anak baru, dan beberapa guru sekolahnya saja jadi tidak ada sistem penomoran tempat duduk alias siapa cepat dia dapat.

"Giselle, ada satu kursi kosong disana. Kayanya kita harus pisah deh buat flight berangkat ini."

Giselle melihat kearah yang ditunjuk Karina. Sepertinya benar, mereka harus pisah tempat duduk karena sebentar lagi pesawat akan lepas landas.

"Yaudah gakpapa! Nanti tungguin aku di pintu pesawat kaya tadi ya," ujar Giselle yang disambut anggukan oleh Karina.

"Tapi kamu gakpapa waktu take-off nanti?"

Giselle mengangguk, padahal khawatir banget dalam hatinya sekarang. "Nanti merem aja ya," saran Karina lalu keduanya berpisah arah.

Disisi lain, ada satu lelaki yang terlihat sibuk mencari sesuatu didekat bagian bawah kursinya. Sampai akhirnya, dia melihat Giselle yang sedang bingung mencari kursi.

"The seat next to me is empty," ujar lelaki itu.

Giselle yang merasa diajak bicara langsung menoleh. "Oh, iya? Aku duduk disana ya!" seru Giselle yang langsung putar arah untuk duduk di kursi yang masih kosong itu.

Sekarang Giselle sudah duduk, sedang mempersiapkan dirinya untuk take-off. Suara pramugari yang menyatakan bahwa mereka akan segera lepas landas juga sudah terdengar, tapi lelaki tadi masih sibuk nyariin sesuatu.

"Nyari apa sih?" Geregetan banget Giselle, sedikit ngegas karena dia lagi super nervous.

Lelaki itu mendongak. "Kue."

Giselle melirik pada meja didekat layar LCD lelaki itu, setelah melihat wadah kue yang terbalik itu dia paham maksudnya.






🖤

Gimana ceritanya?
Kira-kira siapa ya laki-laki yang buka wadah kue aja remed? 🤔🤔


Vote and comment are much appreciated! ♡

A Sky Full of StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang