chapter 22 - rainy night

437 82 8
                                    

Kapten basket untuk pertandingan pada bulan ini akhirnya benar-benar berganti dari Jihoon menjadi Mark.

Setelah dihubungi Giselle saat itu, Jihoon merasa tidak keberatan sama sekali dan mengatakan pada sang kekasih bahwa dirinya baik-baik saja.

Mendengar hal itu Giselle merasa lega. Setidaknya ia bisa mendukung Jihoon dan Mark dengan netral karena menurutnya dua lelaki itu sama-sama keren dalam basket.

Dari total lima pertandingan yang dilewati oleh tim basket putra Saint Joseph, hanya satu pertandingan basket yang bisa didatangi oleh Giselle, yaitu pertandingan final pada malam hari ini.

Itupun tidak mudah untuk mendapatkan izin pergi sebab Giselle harus menambah waktu belajarnya demi mengganti waktu yang ia gunakan untuk menonton pertandingan.

Walaupun saat ini bukanlah minggu-minggu ujian, namun Giselle selalu ditekan untuk belajar dan belajar mengingat dirinya yang paling tertinggal dibandingkan dua saudara kandungnya.

Bersama dengan para supporter, Giselle mulai bersorak ketika tim basket Saint Joseph mulai bertanding. Ia meneriakkan nama Jihoon, namun karena suasana sangatlah ramai si pemilik nama tidak mendengar teriakan tersebut.

Malam ini juga Giselle ditemani oleh Yeji dan Yeri, namun kedua temannya itu memilih untuk duduk di tribun sebelah karena mereka ada janji temu dengan teman-teman diluar sekolah mereka.

Giselle sebenarnya bisa saja bergabung dengan mereka, sudah ditawarin juga, namun gadis itu memilih untuk duduk di tribun supporter dengan harapan Jihoon bisa melihatnya.

Namun, ekspektasinya itu sepertinya terlalu tinggi.

Pertandingan musim ini ditutup dengan kemenangan Saint Joseph dengan skor tipis, 75-72 poin. Ini adalah kemenangan pertama oleh Saint Joseph pada laga tersebut, setelah mendapatkan posisi kedua pada musim yang lalu. Biasanya boro-boro bisa menembus ke final, bisa maju sampai perempat final saja sudah bagus.

Tim basket mereka memang mengalami banyak peningkatan setelah angkatan 24, yaitu angkatan Mark dan Jihoon bergabung dengan tim.

"Wuihhh gila!! Mau minta traktiran ke tim cowok hari senin besok," seru Yeji ditengah keramaian para supporter yang sudah mulai meninggalkan tribun.

Giselle menghampiri sang kawan, melihat dua orang lain juga yang belum pernah ia lihat sebelumnya. "Hai," sapa Giselle seraya duduk disamping Yeri.

Melihat kedatangan Giselle, Yeji dan Yeri pun memperkenalkan temannya pada Giselle. Mereka mengobrol selama beberapa saat, sampai tribun sudah mulai sepi.

"Kamu pulangnya naik apa, Sel? Dijemput?" tanya Yeri seraya perlahan turun melewati tangga tribun. Kini hanya tersisa mereka berdua karena Yeji dan temannya sudah pulang lebih dulu.

"Belum tau sih. Tergantung nanti gimana, mau ketemu Jihoon dulu. Kamu?"

"Ohya bener, ngucapin selamat dulu ke Mark bocil satu tadi. Coba yuk kebawah siapa tau masih pada belum pulang," ajak Yeri seraya menggandeng lengan Giselle. Mereka pun turun sampai pada pintu akses keluar masuk lapangan.

"Sel, coba kamu telepon Jihoon, aku telepon Mark. Kita kayanya gak boleh masuk kedalam sih," usul Yeri.

Giselle yang setuju pun langsung menelepon Jihoon.

Satu panggilan...

Dua panggilan.

Tiga panggilan, namun tidak ada jawaban dari Jihoon.

Tak lama setelah panggilan ketiga ia lakukan, pintu terbuka dan menunjukkan Mark serta Jihoon yang keluar dari dalam gedung.

Yeri langsung tertawa melihat Mark. "Oh lihatlah kapten kita yang satu ini," celetuknya tidak percaya, diikuti dengan gumaman Mark yang tidak jelas dalam bahasa Inggris.

A Sky Full of StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang