bonus chapter

604 51 2
                                    

Parfume? Sudah.
Lip tint? Sudah.
Tisue? Handsanitizer? Sudah semuanya.
Powerbank? Aman.

Apalagi yang belum?

Giselle merentangkan tangannya, menatap kearah pantulan dirinya di depan cermin. Ia berputar sekali untuk memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna, tidak ada yang kurang.

“Ini seharusnya gak berlebihan kan?” monolognya. Dress berwarna merah muda yang melekat pada tubuhnya mengikuti pergerakan pelan ketika gadis itu bergerak ke kanan dan ke kiri.

Tok, tok, tok.

“Mark udah datenggg

Suara Doyoung sang kakak terdengar dari balik pintu kamar. Sudah tidak ada lagi waktu, pikirnya. Oleh karena itu, Giselle pun menyambar tas yang berada di atas kasurnya dan membuka pintu.

Matanya otomatis melotot ketika melihat siapa yang berada di balik pintu. Ia kira kakaknya sudah pergi.

“Tumben?”

Pertanyaan singkat itu hanya direspon oleh Giselle dengan pukulan pada dada sang kakak menggunakan tasnya.

Iya, tumben.

Tumben sekali Giselle menggunakan dress cantik seperti ini. Biasanya gadis itu hanya akan menggunakan gaun cantik ketika ada makan malam formal maupun saat harus menghadiri acara formal lainnya. Itu pun harus dipaksa dulu oleh mamanya.

Namun sekarang? Tidak ada yang meminta dan Giselle menggunakan gaun cantik selutut secara sukarela.

Jika Nyonya Kim mengetahuinya, sudah pasti beliau akan memberikan banyak pertanyaan dan bereaksi lebih heboh daripada Doyoung, juga mengeluh kesana kemari terkait Giselle yang selalu sulit diminta menggunakan gaun.

“Mau ketemu calon mertua ya?”

Giselle yang sudah mendahului sang kakak untuk turun dari lantai dua, berhenti di anak tangga nomor 5 dari bawah dan menoleh kearah kakaknya. Doyoung yang membuntuti Giselle dari belakang juga ikut berhenti, terpaut 2 anak tangga dari posisi Giselle.

Tatapan yang diberikan oleh Giselle seakan mengisyaratkan agar kakaknya itu diam. Giselle benar-benar sedang gugup, tapi malah Doyoung terlihat tenang dengan menggodanya seperti itu.

Sementara itu, Mark menoleh ke arah tangga dan melihat kekasihnya yang tengah berjalan ke arahnya bersama dengan Doyoung.

Have fun,” ujar Doyoung dengan senyuman lebar, melirik ke arah adiknya untuk menggoda si anak tengah keluarga Kim.

Doyoung mengantarkan keduanya hingga ke pintu gerbang, padahal sebelumnya tidak pernah begini.

“Nanti kayanya bakal pulang agak telat kak—”

“Oh iya gapapa, gapapa,” celetuk Doyoung cengengesan, padahal Mark belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Mark dan Doyoung terkekeh, sementara Giselle mendengus dengan tatapan tajam ke arah kakaknya.

Perjalanan yang ditempuh oleh Mark dan Giselle menuju ke lokasi makan malam cukup jauh, kurang lebih menghabiskan waktu 45 menit. Jalanan juga cukup ramai, sehingga membuat perjalanan menjadi dua kali lipat lebih lama.

Giselle sejak tadi hanya diam karena gugup sembari mendengarkan lagu yang terputar di playlist mobil Mark. Ia menatap ke luar jendela, tidak berani menatap ke arah kekasihnya itu. Sementara itu, Mark juga lebih banyak berfokus pada jalanan sehingga mereka tak banyak bicara.

Empat roda mobil berputar perlahan ketika memasuki area perumahan. Mobil berbelok pada rumah dua tingkat minimalis dengan warna putih dan abu-abu yang mendominasi, kurang lebih sama seperti rumah lain disekitarnya.

A Sky Full of StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang