chapter 27 - confess or not?

459 71 3
                                    

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih satu jam di ruang rawat Giselle, Mark akhirnya berpamitan untuk kembali ke sekolah. Ia harus ikut melatih para anggota ekstrakulikuler basket yang sedang mempersiapkan seleksi tim.

Tak lama setelah itu, Karina datang bersama dengan Yeji dan Lia. Mereka bercengkerama satu sama lain, lebih banyak membahas Yeji dan Giselle yang terus bercerita. Yeji bercerita tentang gosip seorang adik kelas, dan Giselle bercerita tentang pengalamannya ke Italia.

Mereka menghabiskan waktu bersama hingga petang dan akhirnya berpamitan setelah Lia mendapatkan telepon dari orang tuanya.

Jam besuk memang sudah cukup lama berakhir, namun itu semua tidak berlaku untuk pihak keluarga Kim. Sudah lebih dari jam 9 malam, namun Doyoung datang ke kamar rawat Giselle dengan pakaian yang rapi. Sepertinya pemuda itu baru saja pulang dari kampus.

"Ngapain kesini?" tanya Giselle heran.

"Nemenin kamu lah," celetuk Doyoung yang terlihat tidak terganggu sama sekali dengan ucapan Giselle yang agak terdengar ketus.

"Maksudnya, ngapain kesini masih pakai baju kaya gitu? 'Kan bisa mandi dulu gitu," protes Giselle. Bukan karena ia tidak suka melihat kakaknya datang, namun ia hanya mengkhawatirkan si sulung.

"Nih mau mandi," ujar Doyoung seraya menyampirkan handuk pada pundaknya dan membawa tumpukan pakaian untuk masuk ke dalam kamar mandi.

Giselle hanya bisa menghela napasnya, ia menunggu kakaknya untuk selesai mandi dengan memeriksa sosial media yang belum tersentuh olehnya seharian ini.

Beberapa menit berselang, Doyoung keluar dari kamar mandi dengan rambut yang setengah basah. Pemuda itu berjalan kearah jendela, membukanya sedikit yang kemudian dilanjutkan dengan pergerakan untuk mengeringkan rambutnya.

"Udah makan belum?" tanya Giselle tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.

"Udah."

"Bohong atau gak?"

"Beneran, makan sushi."

Ponsel yang sejak tadi dalam genggaman langsung ia letakkan asal diatas kasurnya. Giselle menoleh dengan cepat kearah Doyoung. "Ah, males banget daritadi yang dateng kesini pada pamer makanan," gerutu Giselle kesal.

"Kan kamu yang tanya."

Benar juga, batin Giselle.

Giselle terduduk di kasurnya, bersandar pada bantal dan memindahkan ponselnya ke atas meja nakas.

"Kamu tidur aja, kakak mau ngerjain laporan praktikum. Don't mind me. Kalau butuh apa-apa bilang aja." Handuk yang basah itu dijemur oleh Doyoung di dekat balkon, lalu pemuda itu membereskan pakaiannya sebelum beralih untuk bergelut dengan laptop.

Nona Kim mendengarkan saran dari Doyoung. Lagipula, Giselle juga merasa lelah dan butuh istirahat. Ia pun menyamankan letak bantalnya dan mulai berbaring sesuai yang dititahkan oleh Doyoung. Pemuda itu juga sudah mulai menekan papan keyboard laptop dan menutup lubang telinganya dengan earphone.

Kedua mata Giselle terpejam. Satu menit, dua menit... Sudah 20 menit mencoba untuk tidur, tapi Giselle tidak segera terlelap. Ada beberapa pikiran yang mengganjal, namun apakah membicarakan dengan kakaknya adalah pilihan yang tepat?

"Kakak." Giselle mengajukan tanya, tubuhnya belum bergerak sedikitpun dan masih membelakangi kakaknya.

Doyoung yang mendengar samar suara Giselle melepaskan earphonenya, lantas melihat kearah Giselle yang terdengar seperti mengigau.

Giselle berbalik badan, saat ini ia terlentang dengan kepala yang menoleh kearah kakaknya. "Tolong dong," ujar Giselle menunjuk kearah tombol untuk menaikkan bagian atas kasurnya.

A Sky Full of StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang