chapter 11 - defend

657 123 25
                                    

Latihan basket pada sore hari ini telah selesai dilakukan. Lapangan sudah mulai sepi, hanya tinggal beberapa orang saja yang sedang beres-beres.

Giselle yang walaupun sebenarnya tidak banyak berkontribusi dalam latihan, tetap saja merasa sangat lelah. Dibuktikan dengan posisinya sekarang sedang tidur terlentang dipinggir lapangan basket.

"Sel, ini minum," tawar Yeji yang kemudian duduk disebelahnya. Giselle mengangguk lalu dengan sisa-sisa tenaga, ia pun ikut duduk dan meneguk air mineralnya hingga habis setengah.

"Sumpah, aku kayanya gak cocok deh sama kegiatan fisik kaya gini," keluh Giselle sembari menatap lurus kearah lapangan kosong didepannya.

Yeji terkekeh. "Baru juga latihan pertama, jangan nyerah dulu dong. You're doing great so far, kok," hibur Yeji.

"Ya, ya, ya. I know that," canda Giselle yang kemudian disusul dengan tawa. Yeji juga terbawa suasana untuk ikut tertawa hingga matanya menjadi segaris.

Obrolan ringan antara Giselle dan Yeji harus berhenti tiba-tiba karena ada dua pasang sepatu terlihat berada dihadapan mereka. Giselle mengangkat kepalanya dan mendapati seorang senior yang tak asing.

"Disuruh daftar cheers, malah ikut basket. Mau sok-sokan apa gimana?" celetuk gadis dengan pakaian ketat dan pendek berwarna pink ala cheerleader, tak lain adalah senior yang mengenakan blazer chanel di kantin beberapa hari yang lalu.

Giselle hanya diam selama beberapa saat. Hendak menanggapi sang senior, tapi tenaganya hanya tinggal tersisa sedikit. Saat ini ia sedang berada di mode charging.

"Daritadi kulihatin bisa basket aja gak, tapi sok-sokan gabung. Mendingan bikin klub sendiri aja deh, merajut mungkin cocok buat kamu hahaha," tambah seniornya lagi. Satu senior yang lain hanya diam berdiri sedikit dibelakang kawannya.

Merasa bahwa dirinya sekarang sudah mulai diremehkan, Giselle tidak bisa tahan lagi. Ia pun bangkit berdiri untuk menghadapi kedua senior yang sejak tadi terus menunduk dengan kedua tangan terlipat didepan dada, seakan sedang memandangnya rendah.

"Aku gak ada masalah sama kalian berdua ya, kak. Terus merajut juga gak seburuk itu, jadi stop bicara kaya gitu." Giselle benar-benar berusaha semaksimal mungkin untuk menekan amarahnya.

"Well, but I won't stop. Coba telepon dong kak Doyoung kalau emang kamu beneran adeknya, dia harusnya dateng kesini buat belain KAMU kalo emang beneran 'kan?" tantang senior itu dengan menekankan kata 'kamu'.

"Puncak komedi," gumam Giselle diikuti dengan kekehan kecil. "Kak, beneran nih mendingan kakak berhenti sebelum makin malu nanti kedepannya."

Kedua senior itu langsung tertawa usai mendengarkan Giselle.

"Huh? Basi tau gak! Semua anak disini tiap kali di tegur pasti bilangnya: I'm his sister. Tapi, pas disuruh telepon gak berani," ujar gadis itu dengan logatnya yang sangat amat nyinyir.

"Tegur? Sikap merendahkan orang termasuk dalam menegur? Aku gak ngerti deh, kenapa kakak sampai ribet ngurusin beginian. Emang urusannya apa sama kakak? If you like him play fair dong, kaya kak Doyoung mau sama kakak aja," bantah Giselle.

Adu mulut mereka rupanya berhasil menarik perhatian orang disekitarnya yang memang sejak tadi berada disana, yaitu Yeji, Jihoon, Jaemin, dan Mark.

"Sel, udah gak usah diladenin," tutur Yeji. Gadis pemilik mata mirip kucing itu menyentuh pundak Giselle dan hendak mengajak pergi temannya dari sana, namun Giselle menyentuh tangan temannya itu dan melepaskannya perlahan.

Sedangkan disisi lain, dalam waktu yang sama, ada Mark Lee yang masih diam sembari memperhatikan. Ia hendak melerai keduanya, namun di lain sisi juga tidak ingin mencampuri urusan mereka.

A Sky Full of StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang