1

2.4K 56 9
                                    

Hallo guys,,
Saya ingatkan sekali lagi cerita ini adalah cerita mature,, bagi bocil-bocil di bawah umur yuk keluar baik-baik dari lapak saya.

Mohon jangan mereport cerita ini dengan sembarangan ya. Membuat karya itu susah. Saya sangat terbuka dengan kritik maupun saran, jadi kalo ada kejanggalan atau apa mohon dibicarakan baik-baik, kalian bisa komen secara langsung di lapak saya ini atau DM saya. Bebas tapi sopan.

Kuy langsung aja..
Happy reading guys
.
.
.
.
.

"Pekerjaan apapun, jabatan apapun semua manusia memiliki derajat yang sama di mata Tuhan"
-sanglangit-
.


.
.
.
.
Pagi itu, seperti hari-hari biasanya setelah membantu mbok Jum, Lastri membersihkan area belakang rumah keluarga Kuncoro. Sedangkan semua penghuni rumah masih asik dengan kegiatan sarapan mereka di ruang tengah dekat dengan tangga lantai dua.

"Aku merindu, ku ingin kau tau, tanpa batas waktu- Astagfirullah hal adzim" sedang asik-asiknya menyapu, tak lupa gumaman lirik ost ikatan cinta, Lastri memekik  kaget saat merasa ada yang menepuk bahu kirinya.

"Aduhh ya Allah ,, pak Dim ngagetin aja sih jadi orang" ditatapnya pelaku yang membuat jantungnya hampir copot dengan kesal.

Pak Diman -tukang kebun- yang ditatap tajam sama Lastri pun hanya cengengesan memperlihatkan giginya yang tidak begitu putih efek dari kebanyakan minum kopi dan merokok

"Alay kamu Tri, mosok ngunu wae kaget" cibir Pak Dim

"Yo kaget loh pak, wong sampean teko e kyok setan kok"

"Parah kowe iki Tri, aku ganteng e kayak ngene kok diwara kayak setan" rutuk Pak Diman yang tidak terima diolok kayak setan alias jelek. Padahal menurut Lastri pak Dim ini tidak ada ganteng-gantengnya sama sekali. perawaknnya kurus cungkring, kulitnya coklat gelap, potongan rambutnya begitu asal-asalan dan jangan lupa giginya yang agak maju ke depan alias tonggos.

"Helehh,, tak iya kan saja wes, biar sampean seneng"

"Uwes jangan ganggu aku, gak selesai iki ntar nyapune"lanjutnya

"Kan aku cuma pengen nyapa aja toh, kali wae kamu kangen karo aku" Pak Dim ini tipe kali-laki yang mudah GeEr dan tidak sadar diri, sudah berkali-kali ditolak Lastri tapi masih aja mikir kalo Lastri itu sebenarnya naksir dia cuma malu-malu kucing hanya karena Lastri pernah bantu nyari kan -pacul- ketika ia mau menanam pohon di kebun khusus samping rumah. Padahal mah, emang Lastri aja yang emang sudah membantu.

"Emboh lah pak, sak karepe panjenengan, sampon kulo tak lanjut nyapu riyen" pasrah Lastri, percuma juga ngeladeni omongan Pak Dim, gak bakal selesai yang pastinya gak baik untuk batin dan pekerjaannya.
Melihat respon Lastri, Pak Diman hanya terkekeh aja, konyol memang tapi memang begitulah, sehari tidak menggoda Lastri rasanya makan sayur tanpa garam alias hambar.

Lastri sendiri setelah selesai bersih-bersih bagian belakang, ia langsung bergegas membersihkan lantai atas, setelah itu barulah Lastri membersihkan area kamar.

Setelah membersihkan kamar yang terletak di dekat ruang keluarga di lantai atas, Lastri bergegas membersihkan kamar yang ada di ujung lorong, kamar milik salah satu cucu Kuncoro yang memiliki pribadi yang begitu sombong dan songong.

Dibukanya pintu kamar tersebut, keadaan di dalamnya sangatlah gelap.
Lastri langkahkan kakinya kearah tirai yang masih masih tertutup, kemudia dia tarik sehingga cahaya luar masuk melalui kaca cendela, kamar menjadi terang dan betapa terkejutnya Lastri, dilihatnya kamar itu begitu acak-acakan, seprai dan selimut acak-acakan, bantal dan guling pun jatuh di bawah kasur serta ada beberapa bungkus snack serta beberapa botol minuman.  "Duhh banyak banget kerjaan ku"batin Lastri

SULASTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang