18

883 61 13
                                    

"Aku hanyalah wanita biasa yang jika boleh memilih.. Aku ingin dilahirkan dengan sempurna ala kehidupan dunia"
-starlangit-

Happy reading
.
.
.
.
.
.

Langit semakin tenggelam oleh waktu, hampir semua penghuni rumah telah beranjak tidur. Berlalunya hari seakan tidak berlaku untuk wanita hamil itu. Di dalam kamarnya yang kecil tubuh Lastri terbaring dengan tak berdaya.

Sayup-sayup terdengar suara erangan lirih dari bibirnya yang kering. Tanpa menghiraukan darah kering disudut bibirnya, sesekali bibir itu ia gigit demi menahan rasa sakit yang amat pedih. Sekujur tubuh wanita hamil itu telah ditumbuhi keringat yang tak sedikit.. Tak ayal sudah hampir sejam lamanya tubuhnya terbaring tak berdaya menahan rasa sakit di perutnya.

Rasa melilit itu sesekali terasa, beberapa kali wanita itu mencoba menggerakkan tubuhnya. Apa daya rasa sakit itu semakin menyiksa, mungkin jika bisa memilih Lastri lebih baik mati.

Setetes demi setetes air mata itu jatuh membasahi pipi, seakan hanya itulah yang mampu ia lakukan demi merapi nasibnya.

"Maafkan ibu nak... Ibu mohon kamu kuat" ucapnya lirih

"Jang... Jjangan pergiii" kesadaran wanita hamil itu pun tenggelam dalam kesunyian.

Flashback on

Seperti biasa, siang itu sehabis membersihkan halaman belakang, Lastri beristirahat duduk di salah satu bangku yang ada di taman.
Lastri arahkan tangannya ke arah perutnya yang mulai terasa membuncit. Elusan demi elusan diberikan untuk sang calon bayi.

Senyuman kecil hadir dibibir Lastri tatkala sebuah bayangan dimana bayinya lahir dengan sehat hadir di benaknya. " Sehat-sehat ya sayang.... Ayo bahagia bareng ibu."

Sedetik kemudian senyuman kecil itu hilang digantikan rasa tak enak dalam dirinya tatkala bayangan bahwa sang anak akan tumbuh tanpa seorang ayah yang menyayanginya.

Memang... Belum bisa dipastikan bahwa anaknya yang akan lahir nanti berjenis kelamin perempuan, bisa saja laki-laki. Hanya saya lastri berharap anaknya berjenis kelamin perempuan meskipun resiko yang dirinya tanggung lebih besar, namun setidaknya mereka bisa tetap bersama. Lastri bisa bisa merawat anaknya dan hidup bahagia bersama dirinya tanpa seorang Andhara Jacky Kuncoro.

"Ibu harap... Ibu harap kamu jangan pernah mengharapkan laki-laki itu ya dek." Ujar Lastri sedih

"Ayo bahagia bersama,, tidak perlu berharap pada sesuatu yang tidak bisa diraih."

Lastri sadar, tumbuh kembang seorang anak sudah sepatutnya bersama dengan orang tua yang lengkap. Dirinya sendiri tau dan merasakan betapa susahnya tumbuh tanpa seorang ayah, menjadi seorang yatim diusia dini sangat mempengaruhi kepribadiannya saat ini. Apalagi saat itu keluarganya hanyalah fakir miskin yang harus bersusah payah untuk sesuap nasi.

Pandangan yang merendahkan dan hinaan tidak lepas dari kehidupan Lastri kecil. Sekecil apapun kesalahan yang dia lakukan masyarakat selalu mengaitkan dengan kehidupannya yang tidak beruntung. Apalagi kasus calon anaknya ini.

Sudah terbayang apa yang terjadi dalam kehidupannya nanti. Tidak sedikit pun Lastri menyalahkan kehadiran calon bayinya ke dunia, perempuan itu sadar bahwa dirinyalah yang bersalah karena tidak bisa menjaga tubuhnya dengan baik.

Lastri pun siap jika masyarakat menganggap dirinya kotor dan melabeli dirinya perempuan tidak benar, terpenting dalam hidupnya saat ini hanyalah tidak terpisah dengan anaknya nanti dan bisa hidup bersama selamanya meskipun tanpa sosok seorang suami di sampingnya.

Hanya saja dalam kehidupan masyarakat.. Ketika ketahuan hamil diluar nikah, mereka tidak hanya menyalahkan perbuatan orang tuanya saja, namun juga menganggap bahwa bayi yang lahir sangatlah kotor dan tak jarang sang anak menjadi bullyan "anak haram" baik dari teman sebayanya maupun orang yang sudah dewasa.

SULASTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang