19

1.8K 97 30
                                    


"Hemmm" berkali-laki pria itu hembuskan napas berat, sebagai tanda betapa lelah tubuhnya. Hari ini pekerjaannya sangat menumpuk. Salah satu  investor besarnya menolak untuk melanjutkan kerjasama, ditambah lagi salah satu orang kepercayaannya yang memegang perusahaan di malaysia melakukan korupsi dengan jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit sehingga keinginannya untuk pulang cepat pun tidak bisa dia realisasikan dengan baik.

Jacky sampai rumah tepat setengah sebelas malam, seperti biasa keadaan rumah begitu sepi, penghuni rumah pasti sedang tidur nyenyak di dalam kamar masing-masing.

Jacky sempatkan mampir kearah dapur, berharap wanita yang sedari pagi mengganggu pikirannya masih berada di sana, namun dirinya harus menelan kekecewaan karena ternyata dapur dalam keadaan sunyi dengan lampu yang padam tanpa satu makhluk apapun.

Selepas membersihkan diri, Jacky mencoba untuk menunda kebiasaanya yang setiap malam ke kamar Lastri karena memang tubuhnya begitu lelah malam ini dan lagi dirinya tidak mau menganggu malam wanita hamil itu -sungguh Jacky tidak yakin kalo malam ini ia bisa menahan diri untuk tidak menerkam wanita kampungnya itu-.

Beberapa menit Jacky pejamkan matanya, bukannya langsung tertidur, malah bayangan Sulastri tampil setiap  ia memejamkan mata.

Sedikit kesal dengan tubuhnya yang begitu gampangan hanya karena seorang gadis -wanita- kampung, Jacky pun bergegas dengan cepat ke pavilliun dimana wanita hamil itu berada. Betapa kagetnya Jacky setelah membuka pintu kamar, sesosok wanita berdiri tepat di depan kamarnya.

"Eh setannn" celetuknya reflek

"Astaga... Santiii..." pekiknya ketika sadar siapa yang ada di depan pintu kamarnya. Santi hanya menatapnya dengan senyum kikuk, sedikit pucat juga raut wajah wanita itu.
"Mmaaf den"

"Kamu... Ngapain kamu malam-malam di kamar saya?" tanyanya

"Anu den... Anu"

"Anu-anu,, apanya yang anu?" sembur Jacky kesal.  Wanita didepannya saat ini sangat membuang waktunya yang berharga. Bukannya menjelaskan, Santi sibuk memilin ujung baju yang ia kenakan "persis seperti wanita itu"batin Jacky.

"Kalo gak ada yang mau kamu omongin, sudah kembali ke kamar... saya sibuk" dengus Jacky seraya berjalan melewati Santi.

Baru beberapa langkah, Jacky mendengar gumaman santi, sehingga dirinya pun reflek berhenti dan menoleh kearah Santi.

"Kamu ngomong apa? Kalo ngomong yang jelas"

"Anu den,, anu.. Tolong"

Alis Jacky terangkat, menahan rasa jengah kepada salah satu asisten rumah tangganya itu, Jacky bertanya lagi "Tolong apa? Kalo ngomong yang jelas.. Mulutmu berfungsi dengan baik kan?" cetusnya lagi

" Tolongg Lastri den" ujar Santi seraya menatap mata tuan mudanya itu.

Jacky menatap Santi bingung, "Maksudnya?" tanya nya masih tidak mengerti. Meski di dalam hatinya tiba-tiba terbesit rasa cemas dan khawatir

" Sa.. Saya tidak bisa jelasin"
"Tolong Las..." Tanpa menunggu ucapan Santi selesai, Jacky langsung larikan kakinya ke pavilliun dimana Sulastri tinggal.

Tokk.. Tokk.. Tokk...
Bagaikan orang bodoh Jacky ketok pintu Lastri dengan keras, padahal dirinya memiliki kunci kamar wanita itu.

"Woy,, buka pintunya" teriaknya
"Isstt.. Goblokk" Makinya setelah sadar akan kebodohannya.
Dengan tubuh sedikit gemetar, Jacky ambil kunci kamar Lastri di dalam saku baju tidurnya dan membuka pintu itu dengan sedikit membanting.

Tubuh Jacky gemetar, jantungnya berdetak sangat cepat.  Sasa takut menyelimuti tubuhnya ketika melihat pemandangan di depannya. Sulastri.. Wanita itu tertidur dengan posisi  meringkuk. Wajah istrinya itu begitu pucat dengan keringat membasahi tubuhnya.

"Woyy,,, bangun" tegurnya seraya menepuk wajah Lastri. Panggilan itu dia sematkan berkali-kali namun tidak ada respon dari wanita hamil itu.

"Woyy bangun... Gak usah drama,, cepat bangun"

Sekali lagi Jacky tersentak, kedua matanya seakan melotot ketika melihat bercak darah di daster yang dikenakan istrinya. Tanpa babibu lagi pria itu langsung mengangkat tubuh Sulastri kearah mobil.
.
.
.
.

Jalanan yang licin tak membuat pria itu mengurangi kecepatan mobilnya. Gelapnya malam membuat jalanan begitu sepi, memudahkan mobil sport keluaran terbaru itu melaju dengan cepat. Maklum jam dinding sudah menunjukan pukul dua belas malam, apalagi beberapa waktu lalu hujan deras mengguyur bumi, membuat orang-orang malas untuk keluar.

Sekali lagi, pria itu menekan pegas mobil dengan keras, rasa panik dan ketakutan membuat Jacky tidak memperdulikan keselamatannya.

Sesekali Jacky arahkan pandangannya ke belakang, tempat dimana istrinya terbaring lemah di kursi penumpang.

"Brengsekk..." makinya kesal, entah makian itu untuk siapa yang jelas raut wajahnya kini sangat tegang.

Sesampainya di rumah sakit, tanpa memperdulikan teguran satpam untuk memakirkan mobil dengan benar, Jacky membopong tubuh wanita itu ke dalam dengan cepat.

"Dokterr... Mana dokternya brengsek"ujarnya kepada salah satu perawat yang menghampirinya.

"Suruh ke sini cepat atau saya tuntut rumah sakit ini" teriaknya

Perawat itu mengarahkan Jacky ke salah satu ruang UGD yang tersedia di rumah sakit itu. "Mohon bapak keluar sebentar"

Jika mengikuti kehendak  hati Jacky tidak ingin beranjak dari tempatnya, akan tetapi dia sadar bahwa keberadaannya hanya akan menjadi pengganggu sehingga dengan  langka berat Jacky langkahkan kakinya untuk meninggalkan ruangan darurat tersebut. Tak lama seorang dokter paruh baya memasuki ruangan di mana Sulastri berada.

Jacky dudukan tubuh lelahnya disalah satu bangku yang telah disediakan, sesekali ia arahkan pandangannya kearah pintu UGD yang tertutup. Hembusan napas lelah dan sapuan kedua tangannya di muka tidak sedikitpun menghilangkan rasa resah dan takut yang dia rasakan.

Harusnya tidak seperti ini.. Harusnya dirinya tidak mengkhawatirkan wanita itu. Harusnya...-

Kemelut batin yang dia hadapi begitu besar, melebihi masalah perusahaan yang sedang ia hadapi. Jujur,, sebenarnya Jacky tidak tau apa yang dia lakukan saat ini.

Takut,, resah dan sakit dihatinya menjadi satu. Siapa wanita itu untuknya? Bukankah wanita itu hanya gadis kampung yang telah merusak masa depannya?

"Apa ini hanya bentuk tanggung jawab?" gumamnya

"Hahahah" sedikit terkekeh lucu Jacky menertawakan dirinya, selama ini tidak pernah sedikitpun Jacky merasa pernah melakukan kewajibannya sebagai seorang suami. Jangankan tanggung jawab, menganggap wanita itu sebagai istrinya pun tidak pernah.

"Is...istri"gumamnya pelan, saking pelannya seakan kalimat itu tidak pernah ada.  Baru pertama ini Jacky menyebut wanita itu sebagai istri. Padahal selama ini dirinya hanya senang akan tubuh candu Sulastri.

Jacky gelengkan kepalanya,, sangat konyol pemikirannya "Yahh.. Mungkin ini rasa khawatir akan calon anak laki-lakinya."

Meskipun tidak yakin, Jacky rasa pemikirannya itulah yang paling masuk akal untuk orang logis seperti dirinya.

Tanpa Jacky sadari di dalam hatinya yang paling dalam terbesit kalimat yang tanpa sadar dia gumamkan di kesunyian malam itu"Jangan pergi.. Please." Setetes embun bukti perasaan itu turun membasahi pipinya.

Dalam kesunyian malam di depan ruang UGD yang dingin, Andhara Jacky menangisi wanita yang ia anggap tidak penting dan hanya sebagai pengganggu. Selama menunggu setiap detik yang ia lewati tidak pernah lepas ia gumam kan doa terbaik atas nasib wanita yang menjadi tumpuhan hidup calon anaknya.
.
.
.
.
Segini dulu ya guys..
Terimakasih atas dukungannya.
Cinta kalian banyak-banyak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SULASTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang