Samsara (09)

218 48 2
                                    

Hal yang Klein impikan benar-benar terjadi satu minggu kemudian. Setelah rumahnya yang diterobos monster, banyak juga rumah lain yang mengalami nasib sama meski mereka tak memiliki benda mistis sekalipun.

Klein dalam hati sangat senang karena pada Nighthawk tidak memperhatikannya lagi sehingga ia bisa hidup lebih santai tanpa takut terekspos.

Untuk menghindari banyaknya korban, Klein beberapa kali memberi sedikit petunjuk pada beberapa Beyonder resmi yang memiliki tugas menjada komplek perumahan. Ia terus memberi sugesti, seolah dirinya adalah mahasiswa yang takut akan bencana gerombolan monster yang mungkin tiba-tiba menyerang.

Dengan begitu para personel menjadi lebih waspada dan berhasil mencegah sebagian dampak kerusakan. Meski setengah kota tetap hancur dalam prosesnya. Setidaknya korban yang meninggal tidak terlalu tinggi seperti apa yang dia lihat di mimpi.

Klein melihat Benson dan Melissa yang masih pucat. Dirinya juga masih merasakan adrenalinnya yang berpacu saat melihat ratusan monster yang datang dari jauh. Mungkin kenangan 3 jam yang lalu akan terus tercetak dalam waktu yang lama.

Meski dirinya adalah seorang Beyonder, ia merasa perlu untuk meningkatkan kekuatannya. Ia merasa tak berguna karena terlalu lemah sampai-sampai tak bisa melakukan apapun.

Benson menghirup napas panjang, lalu menarik Melissa dan Klein dalam pelukan hangat. "Tenanglah kita pasti bisa selamat. Meski kota hancur kita masih bisa tinggal di tempat lain yang lebih aman." Suaranya terdengar sedikit parau, wajahnya yang pucat kini telah membaik dengan rasa teguh yang terpancar dari sorot matanya.

Melihat ekspresi Benson yang telah kembali normal, Klein merasa bahwa sudah waktunya ia memberitahu mengenai kepindahannya ke ibukota kekaisaran. "Ayo tinggalkan Tingen."

Melissa dan Benson sedikit mengerjap seraya menatap Klein. Keduanya memiliki kening berkerut, memandang Klein dengan ekspresi sama persis. Ya, ekspresi seolah tengah mendengar hal aneh yang tak akan pernah saudaranya itu sebutkan.

Yah, mau bagaimana lagi. Toh, aku bukan Klein asli. Komentarnya dalam hati.

Klein memasang raut serius, ia mencoba meyakinkan kedua saudaranya untuk menyetujui rencananya. "Meski Tingen selamat dari bencana, akan butuh waktu beberapa tahun agar situasinya kembali seperti semula. Apalagi banyak orang yang ketakutan akan ancaman monster. Mereka tak akan ingin tinggal lagi disini dalam waktu dekat." Mata emasnya melirik ke arah pengungsi lain yang masih meringkuk ketakutan.

Benson dan Melissa mengikuti pandangan Klein, melihat orang-orang yang ketakutan dan bersumpah untuk segera pergi dari Tingen.

"Akan lebih baik jika kita pindah ke Ibu kota kekaisaran, Backlund. Selain merupakan tempat teraman selama ribuan tahun tanpa serangan monster. Di sana banyak peluang untuk membuka bisnis. Melissa juga bisa bersekolah di universitas bergengsi."

Mendengar perkataan Klein, kedua saudaranya terdiam. Mencoba mencerna pro dan kontra. Sesaat bayangan monster terlintas dan cukup membuat mereka cukup takut. Apa yang dikatakan Klein ada benarnya, meski mereka enggan untuk meninggalkan kampung halaman mereka. Keduanya tak bisa melupakan ancaman monster yang bisa membahayakan kelangsungan hidup.

"Baiklah, ayo kita bicarakan kepindahan kita ke Backlund." Benson berkata dengan sedikit semangat, senyum mulai mekar kembali menghiasai wajahnya.

Klein tersenyum melihatnya. Ia tak segan untuk memberikan semua ide yang dia punya.

"Klein! Kau tahu berapa harga di Backlund bukan? Tapi kau masih ingin membeli rumah? Kenapa kita tidak menyewa saja?" Melissa memprotes.

Klein tersenyum tak berdaya pada karakter Melissa yang tidak suka membuang-buang uang. "Awalnya aku juga berpikir seperti itu. Hanya saja aku ingin memperbesar bisnis dan menanam beberapa pohon buah. Maka dari itu kita hanya bisa membeli rumah yang ada halamannya dengan beberapa tembok untuk menjaga kerahasiaan."

"Tapi--"

Sebelum Melissa berdebat lebih jauh, Benson menepuk bahu sang adik. "Aku tahu kau tidak setuju. Tapi aku percaya pada kemampuan Klein. Lagipula dia sedang membangun pekerjaan tetapnya. Kau harus menghormati pilihannya."

Melissa mendengus, ia terlihat masih tidak senang dengan kondisi itu. "Baiklah tapi sebagai gantinya, aku hanya akan melamar universitas disana dengan beasiswa yang kudapat!"

"Dan Klein, jika kau ingin menyembunyikan identitasmu sebagai pedagang. Sebaiknya kau juga mencari pekerjaan alternatif lain." Benson berkata tegas. "Aku juga berniat untuk memindahkan pekerjaan lamaku ke ibu kota."

Klein hanya bisa setuju, lalu dia mencoba memikirkan pekerjaan apa yang cocok bagi dirinya.

.

.

.

Langit berbintang menjadi hal pertama yang Klein lihat. Ia duduk di atas hamparan rumput lembut. Matanya menyapu seluruh padang rumput tanpa ujung yang berwarna hijau muda.

Tubuhnya sedikit tersentak saat melihat sekumpulan gagak hitam terbang di atasnya. Klein yang masih memproses apa yang sedang terjadi lalu tersadar. Ini mimpi, mimpi dari kemampuan Seer.

Bersamaan dengan sadarnya Klein, ia mendapati sebuah benda terjatuh di depannya. Benda yang terlihat berkilap di bawah cahaya bulan.

Mengangkat benda itu Klein tertawa, ia teringat pada seri anime yang sering ia tonton dulu.

Sebuah monocle dengan gantungan berbentuk pola empat daun semanggi.

Monocle yang sering dipakai Kaito KID saat melakukan pencurian.

Sebelum Klein sempat memikirkan apa hubungan mimpi itu dengan masa depannya. Ia terbangun oleh guncangan dan melihat Melissa yang menyodorkan larutan energi padanya.

"Kita akan sampai besok malam. Ini waktunya makan, sampai kapan kau akan terus tertidur."

Klein tersenyum kecil, ia menerima larutan itu dan meminumnya. Segera wajahnya berubah enggan, jika saja dia bisa memasak di kapal ruang angkasa. Maka dirinya tidak perlu memakan benda menjijikan ini lagi.

Melissa mendengus menahan tawa, ia selalu terhibur ketika melihat Klein yang enggan meminum larutan energi. Ekspresinya sangat lucu hingga membuatnya terkikik. Dirinya memang merasa kalau kakaknya itu berubah. Namun ia hanya berpikir jika Klein sudah dewasa setelah lulus kuliah, sehingga terlihat lebih ceria. Sama sekali tak pernah terpikirkan, jika tubuh Klein telah berisi orang lain.

Klein melirik Melissa yang memalingkan muka menahan tawa. Ia kemudian tersenyum tak berdaya, sebagai seseorang yang sering memakan makanan enak di dunia asalnya. Lalu diberi makanan seperti jus sayuran tanpa rasa. Tentu saja dia enggan, apalagi setelah dia terbiasa memasak makanan sendiri.

Meski perutnya kenyang, dirinya tidak tahan.

Mengalihkan perhatiannya ke arah jendela, Klein tak bisa menahan takjub. Meski dirinya sudah berada di dalam kapal selama 2 hari. Pemandangan luar angkasa yang dipenuhi warna hitam masih membuatnya terkejut akan kecantikannya.

Ia tak pernah membayangkan bahwa suatu hari dirinya akan bisa menaiki pesawat luar angkasa dan bepergian antar planet seperti novel-novel yang dibacanya.

Pemandangan yang ia lihat sangat indah, jauh lebih cantik dari apa yang dia baca dulu.

Saat dirinya tengah asyik memperhatikan pemandangan diluar, sepintas ingatan lewat lalu membuatnya sedikit termenung. Ia memang merasa aneh pada mimpi yang ia dapatkan barusan.

Karena mimpi tersebut tidak mencerminkan bahaya apapun, Klein pun bersantai. Kembali menikmati keindahan luar angkasa sambil diam-diam memakan buah strawberry yang dia simpan di cincin ruang.

TBC

Penulis : Klein, itu mimpi soulmate-mu.

Thanks for reading~ ❤️
-Yoru

[Finished : 29 Des 2021]
[Published : 13 Jan 2022]

Amon & Klein: Samsara 🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang