Akhir-akhir ini Klein mulai terbiasa dengan kehadiran Amon di sekitarnya. Selama ia tidak terlalu menunjukan ekspresi berlebihan, pria raven itu hanya akan bermain dengan benda-benda aneh yang dibawanya (hasil curian entah dari mana), menggertak Xiao Mu (Klein minta maaf sebanyak-banyaknya untuk hal ini), dan menatapnya tanpa henti.
Ditatap dalam waktu lama tentunya membuat Klein tidak nyaman. Namun, ia harus ekstra sabar dalam menghadapi orang seperti Amon. Karena jika ia terus menjawab percakapan yang dilempar Amon secara acak, dirinyalah yang akan mati pusing karena menahan rasa jengkel untuk menendang soulmate-nya.
Terkadang Klein bertanya-tanya mengapa Amon senang sekali untuk menatapnya lama. Wajahnya terlihat biasa-biasa saja dengan aura kutu buku. Apalagi Klein sering memakai kacamata saat melakukan pekerjaan detektifnya. Menambah kesan orang pendiam.
Melemparkan pikiran tak berguna itu, Klein mulai mengoperasikan beberapa program di AI yang telah ia buat. Meskipun program ini tidak seberapa, dirinya yang lulusan teknik informatika masih bisa mengerti sistem program. Dia hanya perlu belajar satu minggu dan berhasil memasang program hack miliknya yang telah diupgrade sesuai era ini.
Meski telah ribuan tahun berlalu, kode-kode program tidak banyak berubah.
Mencari beberapa komentar mengenai orang hilang, Klein terkejut saat sebagian komentar itu telah menghilang. Hal ini menyatakan jika seseorang telah menghapusnya dan ingin menyembunyikan fakta.
"Aku curiga kasus ini berkaitan dengan eselon atas. Jika tidak, pasti akan banyak berita yang menyiarkannya. Selain itu beberapa postingan juga dengan cepat dihapus mengartikan...," Klein bergumam sambil menganalisis beberapa informasi lain yang ia temukan.
Amon yang tiba-tiba muncul, berdiri di belakang Klein dengan pandangan minat. "Aku ikut menghapus beberapa komentar karena terlihat menyenangkan."
"..."
Asisten detektif itu reflek menoleh dan memasang raut tak percaya, mata cokelatnya seolah berkata-apa kau bercanda?
Membuat Amon tertawa melihat wajah imut Klein.
"Aku tak menyangka kau bisa meretas, jadi aku membantumu menghapus sebagian komentar orang hilang." Amon menunjukan wajah tak bersalah, ia menggerakkan jemarinya dan menghapus beberapa komentar yang mengandung informasi tepat di depan Klein.
"Membantu...," Klein berusaha untuk tidak menggertakkan giginya marah. Membantu ibumu! Itu namanya menambah pekerjaan. Setidaknya kau tidak perlu menghapusnya di depan mataku! Ia merutuk dalam hati.
Melihat Klein yang cemberut dengan mulut mengerucut, Amon tertawa kecil. Ia lalu memegang sebuah buku familier. Sontak Klein langsung bergerak dan merebut buku itu seraya memeluknya. Melindunginya dalam pose defensif.
"Oh?" Amon menaikan alisnya, senang akan reaksi Klein yang berlebihan. Membenarkan kacamata lensanya. Amon duduk di sofa seraya menatap Klein lekat. "Beberapa orang telah mengintip karena merasakan aura buku itu."
Ekspresi Klein berubah pucat, jemarinya menggenggam buku itu erat sampai kukunya memutih. Rasa marah dan jengkel lenyap seketika, menjadi tegang dan waspada.
"Tidak biasanya kau terlihat seperti itu. Tenang saja, aku tidak tertarik pada buku dari jalur Seer. Hanya saja aku tidak suka saat orang lain menatap barang-barangku. Jadi, mereka sudah diselesaikan." Amon menatap wajah Klein yang memucat dengan penuh minat, ia menyangga dagunya sambil memikirkan sesuatu.
Klein yang sibuk dalam pikirannya sama sekali tidak mendengarkan perkataan Amon yang menandai Klein sebagai 'barangnya'. Ia nampak serius seolah mempertimbangkan permasalahan buku ini.
Mau bagaimana lagi, buku ini satu-satunya hal yang berkaitan dengan kematian mantan Klein. Ia masih ingin menemukan pelakunya dan motif apa yang mereka inginkan.
Jika mereka tahu bahwa dirinya masih menyimpannya. Kenapa tidak langsung datang padanya dari awal dan malah menghilang?
Tiba-tiba bergerak mengunjunginya setelah sekian lama. Tentunya membuat Klein merasa tidak nyaman, seolah dirinya telah masuk ke dalam panggung yang direncanakan oleh seseorang.
Kehidupan damainya saat ini, seolah terlihat seperti waktu istirahat sebelum semuanya berputar kembali pada jalan yang telah ditentukan.
"Setakut itu?" Amon menjulurkan jemarinya untuk menyentuh pipi Klein. Kulitnya halus dan lembut, terasa hangat dan membuat jemarinya menghantarkan panas yang entah kenapa terasa menyengat.
Klein terkesiap, ia menatap Amon yang berdiri di depannya. Jarak mereka cukup dekat, membuat Klein entah kenapa memalingkan mukanya.
Sentuhan lembut di pipinya lalu menghilang, Amon mundur dan kembali ke sofa.
Jantung Klein berdetak lebih keras sesaat yang lalu, bahkan suasananya terasa ambigu hingga membuatnya hampir tersipu. Meski Klein tahu sentuhan itu hanya karena ini tepat satu minggu, ia masih merasa tak nyaman akan perasaan aneh yang ia rasakan pada Amon.
Ikatan soulmate, benar-benar mengerikan. Satu sentuhan saja, praktis menenangkan hatinya yang kacau.
"Simpan saja buku itu, aku sudah menambah beberapa trik agar tidak diketahui oleh orang lain."
Klein menatap Amon dengan pandangan rumit. Soulmate-nya sangat menyebalkan dan senang membuatnya menderita. Tapi terkadang 'baik' dan sering membantunya.
Permainan berbagi informasi yang Amon sarankan pun, Klein lah yang selalu mendapatkan untung. Ia kini lebih mengetahui soal Beyonder dan sejarahnya. Sementara Amon sering bertanya hal random seperti bagaimana jika gagak dan kucing bertarung, memaksanya bermain Beyonder Battle, menginginkan beberapa buah baru atau menanyakan rakitan mecha dan beberapa program yang jelas tak ia ketahui.
Meskipun Klein beberapa kali kalah argumen dan pusing akibat pemutar balikan kata oleh soulmate-nya. Klein merasa hal ini tidak buruk, setidaknya Amon telah berhenti untuk melukai fisik dan jiwanya.
"Hidupmu cukup menarik." Amon menatap ke arah jendela dengan seringai lebar, monocle-nya berkilau diterpa cahaya. Sementara iris onyx-nya menggelap dengan kilatan dingin.
Klein entah kenapa merasa hatinya dingin, rasa bahaya yang sudah lama tak ia rasakan kembali menyelimutinya dengan tekanan udara yang terasa memberat.
"Ingin aku menyelesaikannya?" Amon bertanya dengan senyuman.
"Mereka...,"
"Ya, mantan pemilik buku itu. Mereka sepertinya menginginkanmu." Senyuman Amon kini berubah menjadi seringaian lebar. Mata hitamnya terlihat lebih gelap, hingga membuat Klein bergidik.
Jantung Klein kini kembali berdetak lebih kencang, ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dirinya hanya merasa benci karena terlalu lemah.
Jika saja dia sudah tingkat 4, mungkin tidak akan seperti ini.
"Selesai. Mereka tak akan menggangumu untuk saat ini." Amon berkata santai, ekspresinya telah kembali normal dengan nada riangnya. "Itu bukan pelakunya, jadi kau masih bisa membalas dendam."
"Kenapa kau membantuku?"
"Sarapan dan makan malam." Amon berkata santai.
Klein lalu tersenyum tanpa ia sadari. Dirinya memang tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh Amon, anehnya sang raven selalu tahu apa yang dipikirkannya atau diinginkannya. Hal itu terlihat jelas dengan barang-barang baru yang entah sejak kapan terletak di rumahnya.
Sebagian orang mungkin akan merasa kalau hal yang dilakukan oleh Amon itu terlihat manis dan perhatian. Akan tetapi, Klein masih harus tetap waspada. Meskipun pencuri itu sedikit masuk ke dalam kehidupan personalnya.
Saat Klein ingin mengucapkan terima kasih, ia melihat Amon yang tengah memegang benda kecil di tangannya.
"Jarang melihatmu tersenyum ramah, aku akan menyimpannya di dalam video."
Oke, Klein tarik kembali pujiannya!
TBC
Thanks for reading~ ❤️
-Yoru[Finished : 3 Jan 2022]
[Published : 17 Feb 2022]
KAMU SEDANG MEMBACA
Amon & Klein: Samsara 🍀
Fanfiction[BL] Lord of the Mysteries FanFiction Blasphemer Amon x Klein Moretti . . . ["Tak ada yang tahu hasil dari permainan saat kedua orang terjerumus, tak bisa lepas hingga membuat candu yang berakhir dengan kegilaan."] . . . ⚠️WARNING!⚠️ Sebagian mengan...