10

24.3K 1.2K 120
                                    

Dilan meregangkan tangannya. Setelah memastikan pekerjanya selesai, ia mulai membereskan barang-barang bawaannya. Melepaskan jas putih, melipat lalu menentengnya di tangan

"Suster. Shift saya sudah selesai nanti tolong sampaikan pada pak Ronald untuk menggantikan saya. Oh iya kalau ada keadaan darurat langsung telpon saya".

"Baik dok". Ucap suster yang berjaga di depan ruangannya. Dilan mengangguk puas.

Suasana rumah sakit malam hari memang cukup sepi apalagi kalau melewati bangsal kamar mayat auranya itu kadang membuat bulu kuduk berdiri. Apalagi di tambah cerita-cerita mitos horor tentang penampakan sosok hantu.

Dilan memasuki mobil dan mulai melaju membelah jalan raya yang cukup lenggang. Suara decitan ban yang beradu dengan aspal jalan terdengar nyaring saat Dilan Mengerem mendadak.

Jantungnya berdetak kencang karena kaget saat melihat orang yang menyebrang sembarangan hampir tertabrak olehnya. Untung saja refleks nya bagus. Kalau tidak?! Pasti terjadi tabrakan. Kan tidak lucu kalau nanti ada headline berita 'Seorang dokter rumah sakit terkenal menabrak pejalan kaki yang akan menyebrang'.

Membuka mobil, Dilan berjalan kearah sang tersangka. Keningnya berkerut melihat sosok itu yang terduduk dengan posisi wajah yang menunduk membuat wajahnya tertutup helaian rambut. Tapi melihat dari postur nya. Ia yakin kalau sosok itu perempuan apalagi di lihat dari wajahnya.

"Hei. Apa yang kau lakukan. Kalau bosan hidup jangan membuat orang lain susah. Bagaimana kalau tadi kau tertabrak. Bisa-bisa aku di bui di penjara karena di jadikan tersangka kasus penabrakan". Celoteh Dilan kesal. Ayolah ia sangat lelah ingin segera beristirahat.

Ia berjongkok di depan sang tersangka.

"Hey kau tuli". Kesal Dilan karena dari tadi tidak mendengar sahutan apapun.

Dilan mendekat kan wajahnya. Ia mendengus kesal saat mencium bau alkohol. Sial ternyata orang ini mabuk.

"Sialan. Sekarang apa yang harus ku lakukan padamu hah".

Dengan masih mendumel kesal Dilan membopong tubuh itu untuk memasuki mobilnya. Setelah memastikan sosok itu duduk dengan benar, Dilan langsung melajukan kembali mobilnya. Tadinya ia akan meninggalkan orang di sebelah nya ini. Tapi jiwa kemanusiaan nya tidak setuju. Apalagi ia seorang dokter yang moto hidupnya menolong orang yang membutuhkan.

Tiba-tiba terdengar suara erangan dari samping. Dilan berjengkit lucu saat orang itu dengan seenaknya menyimpan tangannya di atas benda pusakanya.

"Hey orang cabul. Singkirkan tanganmu aku sedang menyetir. Kau bisa di tuntut pasal pelecehan seksual". Tegur Dilan.

Bukannya menyingkirkan tangannya. Orang itu malah meremas milik Dilan membuat erangan lolos dari bibir nya. Di tambah dengan miliknya berdenyut linu dan menggeliat bangun.

"Sialan. Lepaskan, kau cabul sekali". Dilan menepis tangan itu. Sial adiknya jadi bangunkan umpat Dilan dalam hati.

Bukannya berhenti orang itu malah bergelayut manja di tangan Dilan sambil merancau tidak jelas. Tidak lama juga terdengar isakan tangis membuat Dilan jengah seketika.

Dilan mengutuk dewi keberuntungan nya malam ini. Karena harus ada di posisi aneh seperti sekarang.

****

"Ayo turun".

"Iya pak ".

Abila mengekor di belakang Azka seperti anak itik yang takut tertinggal oleh sang induk. Matanya sedari tadi tidak bisa berhenti terpukau melihat sebuah rumah sederhana tapi terkesan elegan. Sebuah rumah yang ukurannya tidak terlalu besar dan tidak bisa di sebut kecil. Dengan halaman yang cukup luas membuat siapa saja terkesima melihatnya. Ada juga sebuah air mancur kecil yang terletak di sebelah kiri taman.

Hipoterlove [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang