15

20.3K 818 24
                                    

Hari senin, hari yang sangat di hindari oleh sebagian orang. Lantaran hari Senin adalah tanda kalau berakhir nya hari libur. Pada hari senin semua orang saling berlomba untuk cepat-cepat pergi menjalankan aktivitas nya. Ada yang sekolah, bekerja dan lainnya.

Seperti Abila saat ini. Ia berlari memasuki perusahaan. Angkutan kota yang ia naiki terjebak macet. Lantaran banyak orang yang berangkat untuk menjalankan aktivitas nya. Abila merutuk kesal, kenapa pagi tadi ia menolak ajakan Azka untuk pergi bersama sih.

Tapi kalau Abila berangkat bersama Azka. Gosip buruk tentang dirinya akan semakin banyak. Ayolah ia tidak ingin menjadi bahan gosip seantero perusahaan. Cukup waktu sekolah dasar dan menengah ia jadi korban bully tanpa sebab. Jangan sampai ia jadi korban bully di perusahaan nya. Itu sungguh mimpi buruk. Meski tidak melukai fisik. Tetap saja bully secara lisan lebih berdampak berat bagi kesehatan pikiran dan hatinya.

Abila langsung merebahkan dirinya di kursi kerjanya. Nafasnya masih ngos-ngosan karena takut telat absen. Bisa-bisa bonus tahunan nya di potong.

Oh iya Abila sudah pernah bilang tidak? Kalau saat ini Abila sudah resmi menjadi asisten nya Azka. Sekretaris ke 2 setelah Ethan. Sudah hampir 1 bulan Abila menjalani profesi barunya ini. Abila jadi ingat saat pertama kali ada pemberitahuan kalau ia naik jabatan. Para teman kantor nya langsung heboh. Khususnya Lala, Mba Desi dan Mas Edo. Mereka langsung memberondong dengan banyak nya pertanyaan kepada Abila. Seperti bertanya 'Apa Abila pakai pelet sampai bisa naik jabatan'

Mendengar berbagai pertanyaan Absurt mereka. Abila berjanji akan menceritakan nya saat ia siap. Dan untungnya mereka mau memaklumi nya. Dan untuk jawaban pertanyaan ia pakai pelet dan hal aneh lainnya. Abila dengan tegas menjawab tidak.

Abila mengerjap saat segelas hot capuccino di sodorkan kearahnya. Di sana berdiri Azka dengan setelah jas hitam yang terlihat pas melekat di badannya. Aroma nikmat kopi menguar, menggelitik indera penciuman Abila.

"Buatku?". Tanya Abila. Ya memang pertanyaan yang terkesan bodoh. Sudah jelas Azka juga memegang segelas kopi di tangan kirinya. Berarti gelas yang satunya, Azka sodorkan itu berarti untuk Abila. Tapi ia hanya ingin basa-basi sebelum menerimanya.

Azka mendengus mendengar ucapan Abila. "Minumlah. Aku tau kamu habis berlari jadi sekalian aku bawakan."

"Terima kasih kalau begitu."

"Tak masalah."

"Oh iya tolong cek Anggaran dana investasi pembangunan Hotel kita yang baru. Kalau sudah kirimkan kepadaku." Ucap Azka sambil melihat jam tangannya.

Abila mengangguk mengerti. Azka lantas berjalan kearah meja kerjanya untuk menandatangani beberapa dokumen yang sudah menumpuk tinggi.

Abila lantas menguncir rambutnya untuk menghilangkan kesan gerah karena habis berlari. Ia mulai menghidupkan laptopnya. Da mulai menyusun anggaran berdasarkan perhitungan yang sudah ada di cetak biru yang di berikan oleh para arsitek.

Setelah itu Abila mulai menghitung perkiraan harga jual dan keuntungan yang akan di dapat, tidak lupa Abila memasukkan BEP (Break Event Point) atau sering di sebut Titik impass (adalah keadaan dimana tingkat penjualan atau pendapatan yang diperoleh dan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba berada dalam posisi yang sama. Dengan kata lain, titik impas terjadi ketika total pendapatan dari penjualan sama persis dengan total biaya produks)

Abila dengan teliti menghitung keuntungan serta kerugian yang bisa saja terjadi dengan teliti.

Saking fokusnya menghitung Abila tidak sadar kalau Azka berjalan keluar ruangan. Sudah hampir 4 jam Abila fokus dengan kerjaanya. Dan akhirnya selesai.

Hipoterlove [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang