Bab 13 : Parodi
***
Hari-hari telah berjalan dengan biasanya. Di mana kelas yang ramai, penuh banyak tawa, hingga disirami berbagai macam ulah. Semua itu mungkin lebih baik, dari beberapa hari terakhir yang membuat kelas terasa sunyi. Di mana ketika itu, kelas dihujami beberapa harapan dan berakhir dengan kekecewaan, serta membuat mereka tampak bersedih.
Suasana kelas pada saat itu teramat sepi, dan juga membosankan. Berbeda pada kali ini, mereka telah melewati hari yang suram itu, dan kembali menjadi diri mereka seperti semula. Dengan adanya tingkah laku Aldo dan Rinal, beberapa ocehan dari geng Four Jamet's, batle dance para murid, teriakan histeris dari para gamers, suara merdu para biduan kelas, dan lain sebagainya.
Hal itu kembali menampakkan wujudnya, sehingga membuat kelas semakin bergairah. Ini lebih baik, ketimbang kelas yang sunyi layaknya kuburan.
Sekarang mata pelajaran matematika akan segera berakhir, hal tersebut membuat seluruh murid sedikit kegirangan. Namun penjelasan dari pak Agung belum usai, dan sedikit menjengkelkan. Padahal dua menit lagi mata pelajaran akan berakhir.
Mungkinkah bapaknya terlalu nyaman pada kelas ini? Atau memang penjelasannya tidak mudah untuk berakhir?
"Ekhem, dua menit lagi." sindir Rinal dari tempat duduknya.
Hal itu membuat pak Agung yang tengah menulis di papan datar berwarna putih, menoleh ke arah sumber suara. Dia melihat jam di tangannya, dan sedikit mengangguk-anggukan kepalanya.
Lelaki yang diperkirakan sudah menginjak usia setengah abad itu, kembali menuliskan angka demi angka di papan tulis. Hal itu kembali membuat murid kelas jengkel.
Tak lama kemudian, bel pergantian pelajaran pun berdering. Namun pak Agung masih saja setia pada aktivitasnya. Sial, kapan guru itu mengakhiri pelajaran ini?
Ide konyol mulai melintas di benak pikiran Aldo.
"Bangun ... terima kasih, Cikgu!" ujarnya dengan memeragakan sebuah kartun Malaysia.
Perilaku Aldo sungguh membuat seseorang yang melihatnya menggeleng-geleng tak habis pikir. Bagaimana ia seberani itu? Apalagi terhadap sosok yang paling mulia, guru!
"Aldo, kamu mau cepat-cepat saya berikan tugas, ya?" tanya pak Agung dengan membenarkan kacamatanya yang sedikit longgar.
Pak Agung adalah guru yang berpenampilan sedikit kuno, dengan pakaiannya yang sederhananya, tubuhnya yang jangkung, sepatunya yang hitam, kulitnya berwarna coklat tua, dan juga kacamata yang selalu terlihat longgar.
Beliau adalah guru favorit seluruh murid di sekolah, sebab ketika mengajar lebih banyak memakan waktu, dan selalu hadir di setiap mata pelajaran.
"He-he, engga kok, Pak." jawab Aldo dengan senyum yang merekah.
"Yang saya tulis di white board, itu adalah tugas kalian. Besok ketika mata pelajaran saya dimulai, kalian jawab satu-satu ke depan!" perintah pak Agung.
"Yah ..., Bapak ..., kok banyak banget sih?" oceh seluruh murid.
"Ini konsekuensinya dari Aldo yang sudah tidak sopan kepada saya. Jadi, kalian kerjakan. Bapak akan segera pamit undur diri, assalamualaikum." jelas pak Agung ketika dirinya telah mengemasi beberapa barang yang ada di meja guru, dan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Compass Two [Selesai]
Humor[Gabungan cerita Fiksi dan Non-Fiksi] Comunity Pelajar Aktif Sosial 2 Itulah nama panggilan pada kelas jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di salah satu sekolah kawasan Bogor, Jawa Barat. Kelas di mana terdapat berjuta cerita dan kisah yang melekat pada...