Bab 18 : Baper or Laper
***
Setelah hukuman berlangsung, bel pelajaran kedua pun berdering, alhasil seluruh murid memasuki ruangan dengan tertib. Pengawas datang lebih awal dari biasanya, dan membagikan dua kertas lembar yang berisi soal ujian, serta berisi lembar jawab kerja.
Seluruh murid Compass Two yang terdapat di ruangan ini, mereka dengan sangat hati-hati menjalankan sebuah misi yang telah direncanakan. Iya, mereka sedang menyontek. Tidak ada kata 'kapok' dalam kamus murid di sini.
Beruntung sekali nasib para murid pada kesempatan ini, mereka lebih leluasa menyontek sebab pengawas tidak ada di ruangan. Berbagai cara mereka lakukan, sehingga mendapatkan jawaban yang diinginkan.
Mereka meraih nilai, bukanlah sebuah ilmu. Menurut mereka, untuk apa meraih ilmu, jika seluruh orang mempertimbangkan nilai daripada ilmu.
Contohnya guru, beliau mengatakan, "Jangan nyontek, saya tidak mempertimbangkan seberapa besar nilai kalian, tetapi kejujuran kalian."
Namun setelah hasil ujian keluar, seseorang akan dipuja-puja ketika mendapatkan nilai yang paling besar. Bagaimana dengan seseorang yang memiliki nilai kecil? Iya, dia akan berakhir dengan dikucilkan dan tidak diberikan kepercayaan apapun.
Selain guru, terdapat orang tua. Mereka lebih sering menanyakan, "Nak, kamu di sekolah dapat nilai berapa?" Ketimbang bertanya, "Nak, kamu di sekolah belajar apa?"
Sungguh disayangkan. Sebab mereka lebih mengutamakan nilai, daripada ilmu yang anaknya raih di sekolah. Jangan ditanyakan lagi, orang tua akan memarahi anaknya ketika sang anak mendapatkan nilai yang tidak mereka harapkan. Sedangkan sang anak, dia akan merasa frustasi karena tekanan-tekanan yang mereka perbuat.
Setelah itu, anak akan melakukan segala hal demi meraih nilai yang memuaskan, dan berbagai caranya tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Namun yang sering terjadi ialah menyontek. Definisi menyontek adalah perbuatan curang, tidak jujur, dan tidak legal dalam mendapatkan jawaban pada saat tes.
Selain mendapatkan nilai bagus, menyontek memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi masa depan, antara lain yang pertama adalah ketidakmampuan untuk kerja.
Menyontek akan membuat seseorang terbiasa untuk meniru pemikiran orang lain. Hal ini akan berpengaruh pada efek jangka panjang. Tukang 'contek' tidak mampu bekerja karena terbiasa meniru orang lain sehingga tidak memiliki nilai originalitas pada dirinya.
Yang kedua ialah dapat merusak sebuah moral. Menurut Sarah Sparks dalam Studies Find Cheaters Overinflate Academic Ability, orang yang berhasil menyontek pada akhirnya akan menyontek lagi. Alasannya adalah untuk menenangkan hati. Kebiasaan ini akan membuatnya ketergantungan dan dilakukan terus-menerus. Karenanya, moral pada dirinya akan rusak dan akan terus terjadi hingga dewasa.
Dan yang terakhir yaitu ketidakmampuan untuk maju secara akademik. Seseorang yang terbiasa menyontek tidak bisa mengembangkan kemampuan akademik yang dimilikinya. Hal itu terjadi karena ia terbiasa bergantung pada orang lain. Selain itu, ia tidak memiliki sifat disiplin yang akan memengaruhinya di masa depan.
Sudah terlihat betapa suramnya dampak menyontek bagi masa depan. Kelakuan itu takkan pernah luput bagi seseorang yang sudah terbiasa untuk menyontek. Sama halnya dengan murid-murid Compass Two.
Berjalan kesana-sini untuk mencari sebuah jawaban, atau bahkan ada yang memberanikan diri untuk meng-googling, padahal baru saja tadi pagi mereka mendapatkan hukuman dari pak Budi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Compass Two [Selesai]
Humor[Gabungan cerita Fiksi dan Non-Fiksi] Comunity Pelajar Aktif Sosial 2 Itulah nama panggilan pada kelas jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di salah satu sekolah kawasan Bogor, Jawa Barat. Kelas di mana terdapat berjuta cerita dan kisah yang melekat pada...