Bab 26 : Erlangzo
***
Bel itu membuat Naya tersadar, terlebih ketika dirinya melihat sudah ada Rizha yang sedang memperhatikannya. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu, sehingga menatap Naya begitu lama.
"Lu gak apa-apa, Nay?" tanyanya lirih, ketika usai memperhatikan Naya.
Naya mengangguk, dan mengusap kasar air mata yang menetes menerawang pipinya. Dia terlihat tersenyum kepada Naya.
Senyuman yang terlihat begitu renyah.
Tak lama kemudian beberapa guru dari bagian kesiswaan datang bersama Reza. Wajah semua orang di sana terlihat panik, dan menanyakan banyak pertanyaan kepada Naya yang satu-satunya menjadi saksi mata.
"Ya ampun Arcell, dia kenapa bisa gini?"
"Neng Naya, itu kenapa bisa begini?"
"Berantem ya, Neng?"
"Aduh ..., ini pasti karena berantem."
Dan masih banyak lagi pertanyaan yang keluar dari mulut para guru itu.
Naya hanya diam, sama sekali tidak merespon pertanyaan mereka. Sebab rasa shyok yang dialami dirinya, masih berlangsung.
Para guru lelaki mulai membopong Arcell yang berlumuran darah menuju Unit Kesehatan Sekolah, sedangkan para guru perempuan berusaha menenangkan Naya dan membawanya menjauh dari lokasi kejadian. Lebih tepatnya membawa Naya ke ruang BK.
Di perjalanan menuju UKS dan ruang BK, Naya menjadi pusat perhatian oleh murid-murid yang mengintip di jendela kelasnya masing-masing. Untung saja jam pelajaran ketiga masih berlangsung, dan tidak akan ada banyak murid yang berkeliaran pada saat ini.
Arcell dan Naya terpisah ketika berbelok ke arah koridor yang berbeda. Arcell dibopong melewati koridor sebelah kiri, sedangkan Naya berbelok ke arah kanan bersama dua orang guru perempuan serta Rizha. Iya, lelaki itu dengan setia menemani di sebelah Naya.
Sesekali dia melirik ke arah Naya, dan ketika sang empu mengetahui jika dirinya sedang diperhatikan oleh Rizha, dengan cepat lelaki itu membuang muka. Tak lupa dengan wajah sok dinginnya.
Mereka pun sampai di ruang BK, dan Naya dipersilahkan masuk terlebih dulu untuk menenangkan diri, sedangkan Rizha menunggu di depan ruangan bersama dua guru perempuan untuk diinterogasi oleh mereka.
Rizha sama sekali tidak tegang ataupun panik, bahkan dia sangat bersedia menggantikan Naya untuk memberi kesaksian. Dia tidak tega melihat mata Naya yang masih terlihat kosong. Belum lagi, terkadang mata itu tergenangi air yang tidak dapat dikeluarkan. Rizha tidak tega.
"Kamu kenapa bisa tau kalau lokasi kejadiannya ada di sana?" tanya bu Hanny.
Rizha menghela nafas, "sebelum kejadian itu, saya dan Naya mendengar suatu percakapan antara Arcell dan beberapa kakak kelas lainnya di lorong. Saya kurang tau siapa saja yang berada di sana, tetapi saya sangat mengetahui apa yang mereka obrolkan, Bu." jelas Rizha.
"Mereka bilang kalau Arcell harus menemui seseorang yang namanya ... em ..., kalau tidak salah Ardian. Mereka menyuruh Arcell menemui Ardian di belakang sekolah pada jam pelajaran ketiga." lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Compass Two [Selesai]
Humor[Gabungan cerita Fiksi dan Non-Fiksi] Comunity Pelajar Aktif Sosial 2 Itulah nama panggilan pada kelas jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di salah satu sekolah kawasan Bogor, Jawa Barat. Kelas di mana terdapat berjuta cerita dan kisah yang melekat pada...