Compas || Bab 24

27 6 2
                                    

Bab 24 : Sekedar Gurauan?

***

Keesokan harinya keadaan sudah kembali normal, terlihat jelas pada wajah para lelaki yang tengah memetik senar gitar di pangkuannya. Terdapat Aldo, Rinal, Sabyan, Fries, dan tak lupa Arcell.

Mereka menuangkan nada-nada indah pada lagu yang tengah dilantunkan. Senyuman yang merekah selalu terpancar pada bibir kehitaman milik lima sejoli itu. Menurut kabar yang berada, bibir kehitaman milik seorang pria itu disebabkan karena mengkonsumsi zat adiktif. Salah satunya rokok.

Sebagian para remaja, pasti pernah menyesap batang rokok yang mengerikan itu. Mungkin mereka salah satunya.

"Bentar, gua heran sama lu, Do." ujar Arcell secara tiba-tiba.

Aldo yang tengah menikmati alunan lagu yang ia buat, kini mendadak berhenti karena perkataan Arcell.

"Heran kenapa dah?" Aldo kebingungan.

"Lu kemaren kenapa sempet-sempetnya ngabarin Naya?" tanya Arcell.

Aldo tertawa, "gua juga ga tau, kepikiran aja gitu. Dia kan cewe yang dewasa, dan kemungkinan dia juga lagi berada sama lu. Jadi wajar dong!"

Arcell menatap Aldo dengan lirih, lalu melemparkan sebuah gumpalan kertas yang dari tadi ia remas-remas.

"Sakit, Njir!" maki Aldo.

"Lu lagian bodoh banget. Kenapa harus melibatkan orang lain? Ini kan masalah gua, jadi ga usah ngelibatin orang lain. Apalagi sampe bawa-bawa dia!" omel Arcell.

Rinal yang dari tadi tertawa kecil karena melihat gerak-gerik Arcell, kini angkat bicara, "Emang kenapa ga boleh?"

"Nanti kalau dia kenapa-napa gimana?" Suara Arcell sedikit melemah.

Setelah mengucapkan pertanyaannya, Arcell menepuk-nepuk bibirnya perlahan. Di dalam hati, dia berkali-kali memaki diri sendiri karena menyesali telah mengatakan hal tersebut.

"Cie ... cie ..., gak sama Prames lagi nih ceritanya?" ledek Rinal, yang sengaja menaikkan volume suaranya agar perempuan yang bernama Prameswari itu menoleh ke sumber suara.

Benar saja, rencana Rinal berhasil dan membuat Prameswari menatap gerombolan itu dengan tajam. Rinal tersenyum bangga, dan mendapati lemparan kertas dari Arcell.

"Gak gitu, Nal. Gua gak suka aja kalau ada perempuan yang terlibat sama masalah ini, bisa aja dia yang akan jadi tumbal kekerasan si Ardian." jelas Arcell.

"Iya, bener. Si Ardian kan banci. Beraninya sama cewe," cetus Fries.

"Tapi tuh ya, Cell. Kemarin Naya telepon gua dengan nada yang gak wajar banget! Kayaknya dia khawatir deh," ujar Sabyan.

Tak lama dari pernyataan yang dilontarkan oleh Sabyan, pintu kelas terbuka dengan lebar, dan mendapati perempuan bertubuh mungil yang wajahnya begitu cemas.

Dia Naya. Iya, perempuan yang memiliki tinggi badan 150 cm. Bagaimana tidak disebut kurcaci oleh teman sekelasnya? Dan bahkan Aldo sering menyindirnya karena tubuh yang Naya miliki sangat mungil.

"Aldo, mana Aldo?"Kaki Naya berjalan dengan cepat.

"Hadir!" cetus Aldo dari tempat persinggahannya.

Compass Two [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang