Bab 30 : Ending
***
Sosok yang tengah duduk di deretan meja bagian belakang itu hanya dapat tersenyum smirk, sembari menonton kejadian yang ada di kelas. Earphone berwarna putih masih melekat di telinganya, dengan lantunan sebuah lagu favoritnya, yang membuat sosok Rizha tampak lebih menawan.
Rizha menonton konser penyambutan Naya dengan senyuman di bibirnya. Walaupun dia tidak mendengar apa yang Aldo nyanyikan, tapi dia melihat jelas raut wajah Naya yang sedikit haru.
Akan tetapi selanjutnya, wajah Naya tampak kesal dengan menatap lelaki di sebelahnya, Arcell. Apa yang terjadi?
Rizha memiliki feeling bahwa Naya memarahi Arcell karena acara yang dibuat khusus untuknya. Mungkin terdapat beribu pertanyaan di dalam benak pikiran Naya mengenai acara tersebut, termasuk siapa dalang dari semua ini.
Rizha hanya dapat terkekeh melihat hal tersebut.
Dia lebih baik diam, dan bersembunyi dari kemurkaan perempuan itu. Sebab, jika Naya tau bahwa Rizha-lah dalang di balik acara ini, bisa-bisa dirinya sudah menjadi kambing guling.
Jika ditanya kok bisa Rizha mengetahui rahasia ini? Hal itu dikarenakan dia mendengar sebuah percakapan antara Arcell dan Naya yang begitu keras di sebuah koridor beberapa hari yang lalu. Selain itu, opininya semakin kuat sebab Arcell meminta Rizha untuk membantunya membuat surat pengunduran diri.
Awalnya Rizha sangat bingung, untuk apa Arcell memintanya untuk membantu membuat surat pengunduran diri. Setelah Rizha pancing-pancing perihal surat tersebut, akhirnya seorang Arcellio Wasabyan menyatakan bahwa surat pengunduran diri itu untuk dirinya yang berniat berhenti menjadi ketua kelas.
"Gua pengen berhenti jadi ketua kelas." Itulah pernyataan yang disampaikan oleh Arcell terhadap Rizha.
Rizha sebenarnya acuh terhadap urusan Arcell, tapi karena di dalamnya terdapat beberapa masalah yang menyangkut dengan Naya, Rizha harus ikut campur. Sebagaimana pun, Naya pernah membantunya untuk mengatasi suatu masalah di dalam kehidupannya. Dan kini, saatnya Rizha membantu Naya untuk kembali berjalan pada jalan yang benar.
Rencana yang pertama Rizha lakukan adalah memberikan titik terang kepada Arcell, untuk menurunkan egonya. Dengan begitu, Arcell dapat lebih tenang dan tidak gegabah dalam mengambil keputusannya.
"Lu kalau punya masalah, ya diselesaikan. Jangan kabur. Kalau begitu lu sama aja kayak pecundang. Ngaku ketua geng terbesar, tapi menghadapi masalah gini aja udah kabur. Gak malu sama codet lu?" Pertanyaan yang Rizha lontarkan saat itu membuatku Arcell merasa terpukul, sehingga membuatnya mengurungkan niat untuk berhenti menjadi ketua kelas.
Rizha itu salah satu murid pendiam di kelas, namun jika sepatah kata mulai terlontarkan dari mulutnya, akan membuat seluruh dunia bungkam.
Setelah rencananya berhasil, Rizha yakin bahwa seusai itu Arcell akan menghampiri Naya untuk membujuknya. Di sisi lain, Rizha pun membuat rencana kedua, yakni menyebarkan rumor bahwa Naya akan mengundurkan diri, yang merupakan bencana besar bagi murid-murid di kelas.
Sebenarnya gampang untuk menyebarkan rumor tersebut, sebab teman sebangkunya mudah digunakan dalam perihal penyebaran rumor. Rizha berbincang terhadap Reza, yang memiliki mulut layaknya ember bolong itu, demi mendukung rumor yang ia buat.
"Oh ya, Za. Gua denger si Naya mau ngundurin diri jadi wakil ketua kelas. Lu tau?" Hanya dengan beberapa kata itu, Rizha sukses menjalankan rencananya.
Rumor itu menyebar secepat kilat, dan membuat teman-teman di kelasnya histeris. Bagaimana tidak, jika memang hal itu benar adanya, maka nasib murid Compass Two akan seperti apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Compass Two [Selesai]
Humor[Gabungan cerita Fiksi dan Non-Fiksi] Comunity Pelajar Aktif Sosial 2 Itulah nama panggilan pada kelas jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di salah satu sekolah kawasan Bogor, Jawa Barat. Kelas di mana terdapat berjuta cerita dan kisah yang melekat pada...