14🌻 Pesan

219 29 2
                                    

Sudah 3 hari Mikey dirawat di rumah sakit. Saat itu juga Senju tidak pernah absen menjenguknya. Dan hari ini teman-teman sekelasnya berencana untuk menjenguk Mikey. Semua temannya syok ketika mendengar Mikey sudah menderita penyakit itu sejak ia kelas 1 SMA. Hanya Draken yang tau tentang Mikey. Sehingga teman dekatnya yang lain merasa kesal karena tidak diberi tau soal itu.

Terutama sang ketua kelas, Baji. Ia tidak datang saat anak kelas menjenguk Mikey. Senju juga sempat bingung kenapa alasannya.

Hingga sampai pada malam itu, Baji datang ke rumah sakit sendirian. Senju tau itu saat dia tak sengaja melihat Baji masuk ke ruangan Mikey. Dan pria itu menangis, sedangkan Mikey menenangkannya.

Senju tak banyak tau. Tapi info yang ia dapat dari Draken bahwa Baji dulu teman kecilnya Mikey. Mikey lebih dulu berteman dengan Baji daripada Draken. Tapi ada suatu kejadian yang membuat hubungan pertemanan mereka renggang sehingga mereka jarang kelihatan akrab. Draken juga tak tau apa masalah mereka karena Mikey selalu tutup mulut soal itu. Mungkin saat ini Baji syok mendengar kondisi Mikey yang sekarang. Setelah kejadian itulah Baji juga tak pernah absen menjenguk Mikey tiap harinya.































"Ini apa Sensei?"

"Coba kamu baca."

"Lomba melukis?" Senju membaca brosur itu. Saat ini dia berada diruang guru.

"Saya tau kamu pandai melukis. Dan hasil lukisanmu juga bagus-bagus. Guru seni juga tau, lukisan di ruang kesenian itu hasil gambarmu bukan? Jadi kami memutuskan agar kamu, Akashi Senju, mewakili sekolah untuk lomba melukis yang tertera di brosur ini." Sensei memberikan brosur perlombaan itu ke Senju.

Senju tau dirinya hobi melukis tapi ia tak menyangka jika dirinya akan menjadi perwakilan sekolah.

"Tapi Sensei, saya sudah berhenti melukis."

"Eh, kenapa?"

Senju tidak mau mengatakannya. Karena itu akan berhubungan dengan kakaknya yang melarang ia melukis atau menggambar lagi. Jadi ia hanya diam.

"Sangat disayangkan Senju. Kamu punya bakat loh, masa kesempatan ini kamu sia-siakan. Sensei mohon ya kamu ikut ini."

"Baik Sensei, nanti saya coba pikirkan lagi."

Senju meminta izin permisi kepada gurunya sambil membawa brosur itu. Perlombaannya dilaksanakan di luar kota. Bisa dibilang jauh dari tempat tinggalnya sekarang. Walaupun perlombaannya hanya sehari. Tapi bisa memakan waktu sehari juga untuk pergi ke lokasi perlombaan. Sehingga bisa dibilang 3 hari Senju harus izin sekolah mengikuti lomba termasuk pulang perginya.

Mana bisa Senju pergi jika dipikirannya saat ini Mikey masih terbaring di rumah sakit.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pintu ruangan bernuansa putih itu terbuka. Menampilkan sosok gadis yang mengukir senyumannya dan juga dibalas senyuman juga oleh pria yang kini tengah terbaring lemah di ranjang rumah sakit itu. Lengkap dengan selang infus yang menancap ditangannya. Sungguh kasihan jika dilihat dan Senju merasakan itu.

Senju saat ini menjenguk Mikey sepulang dia sekolah sambil membawa sekantong taiyaki yang menjadi makanan favorit Mikey.

"Wahhh, taiyakiii!"

Dengan mata berbinar, Mikey membuka bungkusan itu dan mulai mengambilnya satu. Dia menyantapnya, terlihat enak dimakan. Tapi Senju tau jika Mikey hanya memaksa memakannya. Akhir-akhir ini Mikey sulit makan, makanan yang ia makan semuanya terasa hambar. Senju tau. Hanya saja Mikey ingin Senju merasa senang dengan taiyaki yang ia bawa.

"Senju."

"Hm?"

Mikey mengulurkan tangannya ke arah Senju. Senju tau maksud dari itu. Senju menerima uluran tangan Mikey dan menggenggamnya. Terasa hangat. Ingin rasanya selamanya begini.

"Gue tau lo jadi perwakilan sekolah untuk lomba itu."

Senju sedikit terkejut dengan perkataan Mikey. Bagaimana Mikey bisa tau soal itu. Dia sudah berusaha menyembunyikannya.

"Gue nggak akan ikut." Ucap Senju.

"Kenapa?"

"Tidak Mikey, lo tau kan gue udah berhenti mengenai soal melukis?"

"Bukan itu kan alasannya? Pasti kakak lo juga nggak mempersalahkan itu lagi."

"Tidak Mikey." Senju tetap menolak.

"Senju!" Ucap Mikey sedikit membentak. Dia menatap Senju tajam agar Senju tidak menolak agar mengikuti perlombaan itu.

"Gue nggak mau ninggalin lo, Mikey." Senju mulai meneteskan air mata. Menangis. Dan masih menggenggam tangan Mikey.

Tangan Mikey pun berpindah ke pipi Senju. Mengusap air matanya lembut.

"Gue nggak suka lihat lo nangis, jadi lo harus ikut ya? Bukannya cita-cita lo memang jadi pelukis, biar nanti gue bisa lihat lo bahagia dari atas sana."

"Apa yang lo katakan Mikey?" Senju masih terisak.

Mikey hanya tersenyum walaupun hatinya ingin sekali menjerit.

"Ikut ya?"

Akhirnya Senju mengangguk menyetujui.

"Tapi tunggu gue ya." Ucap Senju.

"Iya, Senju." Mikey menarik wajah Senju, mendekatkan wajahnya, memberi kecupan di kening Senju. Lalu mengulas senyuman.

"Nanti kalau lo udah jadi pelukis yang hebat, jangan lupa lukis wajah gue ya."

Lagi-lagi Senju dibuat terdiam oleh perkataan Mikey. Hatinya dibuat sesak. Ia teringat pertama kalinya saat Mikey memergokinya di ruang kesenian waktu itu. Saat itu Mikey sendiri yang menyuruh Senju melukis wajahnya. Tapi sekarang Senju tau apa maksud perkataan Mikey. Dan apa yang akan Senju rasakan untuk kedepannya akan jadi kenyataan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Saat ini Baji yang menjenguk Mikey. Pada malam itu hanya diselimuti keheningan sampai saat Mikey membuka suara.

"Baji."

"Hm?"

"Jika terjadi sesuatu ke gue, jangan lo kabarin Senju dulu ya, dia besok akan ikut perlombaan. Gue nggak mau fokusnya hilang."

"Tapi Mik- "

"Please ya Ji, kumohon."

Sebenarnya Baji ingin menolak, tapi Mikey sangat memohon kepadanya. Bagaimana ia bisa tidak mengabari Senju jika terjadi sesuatu ke Mikey.

Ia tidak setega itu.

"Baiklah, tapi bertahanlah dulu, apa yang lo katakan ini Mikey?!"

"Hehe kayaknya waktu gue udah nggak lama."

Sungguh Baji ingin sekali memukul wajah Mikey jika tidak ingat kondisi Mikey sekarang. Kenapa dia mengatakan itu sambil tersenyum. Kenapa rasanya seolah dia benar-benar akan pergi.

Apakah tidak bisa menunggu lebih lama lagi?

My Story || MaisenjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang