11🌻 Ragu

224 30 11
                                    

"Maafkan aku, Sano-san. Tumornya tidak merespon terhadap pengobatan yang sudah dilakukan.

"Sebentar lagi kau akan merasa tenagamu akan cepat habis. Dan pergerakan tubuhmu mulai makin terbatas."

"Saatnya untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya."

"Sekali lagi, saya minta maaf."

Pria berjas putih itu sebenarnya tidak tega mengatakan hal itu kepada pria Sano yang duduk di depannya saat ini.

Namun pria Sano itu hanya mengangguk dan tersenyum mendengar perkataan dokter didepannya. Bukannya ia menerima itu dengan mudah, tapi ia sudah lelah berharap jika penyakit yang sudah dideritanya setahun belakangan ini dapat sembuh.

"Gapapa dok, saya sudah tau akan jadi seperti ini." Ucapnya.

"Baik kami permisi dulu ya dok."

Ternyata dia tidak datang sendiri, melainkan ditemani adik perempuannya yang sedang syok mendengar penuturan kata dokter. Dia tidak terima akan hal itu. Dia tidak bisa menerimanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Saat perjalanan pulang.

"Emma, Emmaa!"

"Iya Mikey?"

"Jangan melamun dong! Nanti ketabrak tiang lampu jalanan gimana? Gue nggak mau ya kepala lo benjol dan ngeluhnya ke gue."

Emma hanya diam, bisa-bisanya Mikey bersikap biasa-biasa saja padahal dia mengalami masalah serius.

"Apa yang dikatain dokter tadi bohong kan? Kamu bakalan sehat kan?

"Lo ini gimana sih? Nggak mungkin kan dokter itu ngeprank."

"Tapi Mikey-"

"Hahhh... rasanya memang berat Emma. Tapi kita tidak bisa nolak kan? Kalo bisa lari dari takdir, gue juga mau, tapi masalahnya gue nggak bisa." Mikey menatap adiknya sambil tersenyum, lalu mengelus kepala adiknya. Sedangkan Emma matanya sudah berkaca-kaca.

"Kamu jagain Kakek ya. Jaga diri juga. Jadi anak yang baik dan jangan nakal. Maaf belum bisa jadi kakak yang baik buat lo dan jagain lo. Maaf juga nanti gue nggak bisa lihat hari pernikahan lo."

Mikey mengatakan itu dengan wajah sendu. Emma yang mendengarnya tak kuasa lagi menahan tangisan sejak dari rumah sakit tadi. Akhirnya ia menangis sejadinya.

"Mikey.. jangan bilang begitu hiks...kamu akan tetap bersamaku dan kakek, aku nggak mau kehilangan kakak lagi. Padahal tahun besok aku udah SMA loh, nanti kita bisa berangkat bareng ke sekolah, jadi jangan tinggalin Emma ya hiks..." Emma langsung memeluk kakaknya.

Kedua kakak beradik itu menangis dalam pelukan. Meluapkan rasa sayang diantara mereka yang tidak ingin berpisah.
























"Akaneee" Ada suara helaan napas dari perempuan ini.

"Iya Nju kenapa?"

"Pernah nggak lo suka sama seseorang?" Tanya Senju ke Akane yang sudah paham arti pertanyaan dari temannya satu itu.

"Ciee kamu sudah suka sama Mikey ya?" Akane menyeringai menggoda Senju.

Senju yang mendapat pertanyaan lain dari Akane, wajahnya langsung bersemu, lalu memalingkan mukanya.

"A-apa sih?!"

"Jangan ngehindar lagi deh, aku tau kok, betul kan?"

"Nggakk!"

"Senju!"

"Iya-iya."

Akane menyeringai mendengar pengakuan Senju yang malu-malu kucing.

My Story || MaisenjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang