"Maaf ya jadi ngerepotin."
"Sudah biasa."
"Mas Dygta!" Gadis dengan potongan rambut sebahu itu merajuk manja. Ia memukul pundak pria di kursi kemudi itu dengan gemas lalu memeluk lengannya.
Dygta balas memeluk gadis itu dengan sebelah tangannya yang bebas, lalu menciumi puncak kepala gadis itu mengutarakan kerinduannya tanpa suara.
"Ayas pergi dulu ya, nanti jemput lagi kan?"
"Iya. Jemput lagi dong!" balas Dygta pada gadis bernama Laras itu. "Aku pergi dulu karena ada urusan sebentar."
Laras mengangguk saja menerima alasan Dygta lalu turun dari mobil. Ia sebenarnya tahu alasan Dygta tidak mau ikut menjenguk adiknya. Setelah Laras turun, Dygta melajukan mobilnya meninggalkan lembaga permasyarakatan itu. Sambil menunggu Laras selesai, ia mengendarai mobilnya tak tentu arah. Seperti hidupnya.
Hingga Dygta berhenti di depan taman pemakaman umum, yang sudah lama tidak ia datangi. Mungkin satu tahun lalu terakhir ia datang ke tempat itu hanya untuk melamun memandangi nisan yang bertuliskan nama sang ibu. Tujuh tahun lalu, saat ia sedang melaksanakan program KKN di luar kota, sang ibu menghembuskan nafas terakhirnya. Tak ada pesan atau ucapan apapun yang ia dapat dari mendiang ibunya. Hanya ada Laras yang berada di samping sang ibu di akhir hayatnya.
Dygta segan untuk datang, karena percuma juga, ia tak mendapatkan apapun di depan gundukan tanah dengan nisan itu. Sedangkan ia rindu segala ocehan sang ibu tentang dirinya, ia butuh nasehat dari ibunya akan jalan hidupnya yang tak jelas ini. Dygta yang hanya dibesarkan oleh Ibunya itu otomatis menjadi sebatang kara jika saja tidak ada Laras dalam hidupnya. Mentari beranjak turun, Dygta masih nyaman melipat kedua tangan di atas kemudinya. Mengamati dahan pohon bunga-bunga Kamboja berwarna merah muda yang berayun diterpa angin. Sudah satu jam lalu sejak Laras mengabari jika dirinya tidak bisa pulang bersama Dygta, bahkan tidak pulang lagi malam ini.
***
"Galih masih lama, Nye? udah sampai mana dia?"
Menyandarkan punggung pada dinding lift, Anye kembali membuka ponselnya. "Lampu merah. lima menitan lagi."
Oci mengangguk. "Mau makan apa?" tanyanya.
Anye berpikir sejenak, sambil mengamati angka penunjuk lantai lift yang berganti. Kini mereka sedang berada di salah satu site Playtime yang berada di sebuah Mall terbesar Jakarta. Oci sedang memberikan training standar pelayanan terbaru dalam menyambut liburan akhir tahun kepada karyawan site di sana. Sedangkan Anye membantu staff HRD-site merekrut karyawan paruh waktu dalam jumlah yang cukup banyak, karena bulan depan sudah masuk season akhir tahun. Di mana wahana bermain akan menjadi sangat ramai, dikunjungi para keluarga untuk mengisi waktu libur mereka.
Beberapa hari terakhir memang Anye sibuk berpindah dari site ke site lainnya di wilayah Jakarta untuk meninjau perekrutan karyawan paruh waktu mengikuti perintah dari Pak Kresna--atasan Anye. Hal ini dikarenakan tahun lalu karyawan paruh waktu yang direkrut staff HRD-site tidak bekerja dengan maksimal dan menimbulkan banyak keluhan dari pelanggan. Jadi tahun ini, Anye yang seharusnya hanya bertugas merekrut level staff hingga manager harus ikut turun tangan merekrut karyawan paruh waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Carnation & Cactus | TAMAT (Tersedia Cetak & Ebook)
ChickLitBagi Anyelir, cinta hanyalah awal dari kehancuran hidup seseorang. Karena cinta ia dilahirkan ke dunia, tapi karena cinta juga ia hancur sendirian. Tak mendapat kasih sayang sejak kecil, dari kedua orang tua membuat Anye memiliki perasaan tak diingi...