9

747 206 25
                                    

"Bintang satu Ci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bintang satu Ci. Gue nggak mau tau!"

"Nggak tega gue Nye. Akun gue ini masalahnya, kalau akun lo sendiri sih gapapa."

"Nggak ngaruh Ci. Apa masalahnya akun lo atau akun gue?"

"Ya gue nggak mau ngasih bintang satu. Hati kecil gue nggak tega, kasian Nye. Udah lu tenangin diri lo dulu. Itu cuma emosi sesaat aja. Nanti setelah kasih Bintang satu lo pasti nyesel deh."

"Astaga Ci. Gue juga mau kasih Bintang satu bukannya tanpa alasan. Pelayanan dia buruk, seburuk-buruknya!"

"Good looking gini Nye driver-nya. Lo sih tega Nye, kasian tau. Nanti kalau dia sampai di suspend terus nggak bisa kerja lagi gimana? Matiin rejeki orang lo namanya."

"Itu namanya evaluasi hasil kerja dia Ci. Ya kalaupun akhirnya dia dipecat, dia cuma sedang menuai apa yang dia tanam Ci."

Oci menggaruk pelan pelipisnya. "Jadi dia ini driver taksi online apa petani sih Nye? Punya perkebunan gitu dia?"

Anye beranjak dari kursi tinggi yang ia duduki, meninggalkan Oci seorang diri di pantry. Oci dengan lawakan recehnya itu cukup membuatnya kesal, ditambah anak itu memang lemah dengan pria good looking sedikit saja.

Seiring dengan emosinya yang tengah menggebu, Anye berjalan cepat meninggalkan pantry melewati dua ruang meeting dan ruang tunggu untuk tamu tanpa memperdulikan sekitarnya. Sampai di kubikelnya Anye duduk dengan menumpukan kepala di meja. Sakit pada perutnya rasanya semakin menjadi kala bayang-bayang wajah driver taksi online bernama Dygta muncul di pikirannya.

"Jangan lupa Bintang Lima-nya ya Bu Anye."

Itu kalimat terakhir yang ia dengar dari Dygta. Setelah pria itu tertawa geli karena saat Anye meminta paksa untuk diturunkan dari mobil, nyatanya mereka sudah sampai di depan gang rumah Anye. Perjalanan sangat tidak terasa karena diwarnai perdebatan absurd di antara mereka. Sungguh perjalanan yang mengesankan, hingga Anye ingin memberinya bintang satu saja.

Anye meringis pelan, semakin lama perutnya semakin terasa sakit saja. Sejak selesai makan siang tadi Anye merasakan melilit yang hebat pada perutnya hingga rasanya seperti ditusuk-tusuk. Awalnya ia mengira sakit pada perutnya disebabkan masuk angin, namun setelah minum obat yang biasanya ampuh saat ia diserang masuk angin, sakit pada perutnya tak kunjung hilang. Bahkan ia tadi sengaja ke pantry untuk beristirahat, dan dibuatkan teh hangat oleh Oci yang ia kira dapat meredakan sakitnya, tapi hasilnya nihil.

"Eh, Nye."

"Apa Ci?" sahut Anye lemah. Ia bahkan tak berniat membuang tenaga untuk mengangkat kepalanya. "Terserah lo deh mau bintang Lima, bintang tujuh sekalian kalau ada."

"Ish, bukan itu. Lo ada jadwal interview atau psikotest gitu hari ini?"

Anye menggeleng.

Carnation & Cactus | TAMAT (Tersedia Cetak & Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang