Anye membuka mata perlahan, cahaya dari lampu yang berada tepat di atas kepalanya cukup membuatnya silau dan memiringkan wajahnya ke sebelah kiri. Pemandangan di sebelah kirinya membuatnya cukup tercengang dan memutar ingatannya beberapa jam lalu hingga sampai di ruangan serba putih dengan bau obat ini.
Pulang bersama Dygta atas perintah Pak Kresna. Ia yang saat itu masih dalam keadaan setengah sadar, tidak bisa berbuat apapun selain pasrah ketika Dygta menggendongnya turun ke basement menuju mobil pria itu. Lalu muntah di dalam mobil Dygta, diantar Dygta ke rumah sakit ini ,bahkan pria itu menungguinya hingga detik ini. Anye memundurkan wajahnya perlahan, tadinya hampir tidak ada jarak antara wajahnya dan Dygta. Pria itu tertidur dengan keadaan duduk di kursi dengan kepala dan lengannya bertumpu pada sisi brankar yang Anye tiduri. Tepatnya kepala mereka dalam jarak yang begitu dekat saat ini.
Anye kembali membalikkan wajahnya, kini memandang langit-langit ruang IGD. Tadi sebelum tertidur ia ingat, ia masih mengeluh kesakitan pada dokter yang memeriksanya, kemudian dokter itu menanyakan kapan ia terakhir mendapatkan haid dan kapan terakhir kali berhubungan. Untuk pertanyaan terakhir, bersamaan dengan rasa sakit yang masih menusuk-nusuk perutnya Anye mengaku tak paham maksudnya. Berhubungan apa? Tanyanya pada sang dokter. Namun Dokter itu hanya tersenyum tipis lalu mengatakan akan memberikan obat penghilang rasa sakit dan setelah itu Anye tertidur dan baru terjaga saat ini.
Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam, sampai saat ini Anye tak berniat menghubungi Krisan. Ia berpikir neneknya itu tak perlu tahu sampai Anye tahu pasti, apa yang dialaminya saat ini. Anye merasakan pergerakan di sebelah kirinya membuatnya refleks menoleh. Wajah Dygta saat baru membuka mata nampak lucu, membuatnya tersenyum kecil. Rambut Dygta yang biasa tersisir rapi, terlihat sedikit berantakan namun tak mengurangi ketampanannya, wajah bangun tidurnya itu cukup menarik hingga membuat Anye asik memandanginya.
"Bu Anye? Sudah bangun?" tanya Dygta seraya mengucek matanya.
Anye tersentak sambil menguasai diri, sadar kalau yang ia lakukan barusan benar-benar sangat bodoh. Sampai melupakan fakta kalau Dygta adalah pria menyebalkan pertama yang ia temui seumur hidupnya.
"Sudah," jawab Anye seraya mengalihkan pandangannya dari Dygta.
"Saya tadi beli ini buat Ibu, tapi sayangnya Ibu harus puasa sampai operasi nanti," tunjuk Dygta pada bungkusan plastik berlogo minimarket yang berisi roti dan susu siap minum.
"Operasi?" tanya Anye cukup terkejut. "Saya kenapa?"
Dygta sedikit ragu menyampaikan, karena seharusnya yang menyampaikan hal ini dokter atau perawat saja. Namun, saat ia melihat ke pojok jaga perawat semuanya terlihat sibuk, dan dokter jaga tadi sedang tidak ada.
"Ibu terkena usus buntu, dan harus segera di operasi. Tindakan operasinya besok jam delapan pagi."
Anye tertegun, tak menyangka nyeri begitu hebat yang ia rasakan sejak siang itu ternyata berasal dari usus buntu. "Kenapa bisa separah itu? padahal ini pertama kalinya saya merasakan sakit seperti tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Carnation & Cactus | TAMAT (Tersedia Cetak & Ebook)
ChickLitBagi Anyelir, cinta hanyalah awal dari kehancuran hidup seseorang. Karena cinta ia dilahirkan ke dunia, tapi karena cinta juga ia hancur sendirian. Tak mendapat kasih sayang sejak kecil, dari kedua orang tua membuat Anye memiliki perasaan tak diingi...