8

812 218 33
                                    

Suara detik pada jam dinding setia menemani keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara detik pada jam dinding setia menemani keduanya. Masing-masing sibuk dengan urusan mereka sendiri, namun dalam pikiran mereka saling memikirkan satu sama lain. Galih yang memikirkan akan mulai darimana berbicara dengan gadis yang beberapa hari lalu masih bersikap manis dengannya namun kini berubah seratus delapan puluh derajat. Sedang Anye sibuk memikirkan bagaimana keluar dari situasi ini. Bukannya ia sok percaya diri, tapi ia jelas yakin kalau Galih belum pulang juga karena untuk menungguinya. Padahal ia sengaja tidak ikut Oci pulang duluan dan memilih belakangan saja karena ingin menghindari Galih.

Dan saat terdengar suara derap langkah halus mendekat, Anye segera mengambil ponselnya. Tangan sebelah kirinya memegang tali tasnya kuat-kuat. Seolah Galih akan mengancam keselamatannya, keselamatan hati lebih tepatnya. Di tengah rasa gelisahnya, kala Galih hampir mendekat pada kubikelnya, jari-jari tangannya bergerak lincah di atas keyboard ponselnya mengirim pesan pada Oci.

PESENIN GUE OJOL DARI KANTOR KE STASIUN. SEKARANG!

"Anyelir."

Anye mau tak mau menoleh lalu memasang senyum tipis. "Belum pulang Gal?" tanya Anye basa-basi.

"Kamu juga?" balas Galih bertanya.

"Baru aja selesai. Aku duluan ya Gal." pamit Anye seraya berdiri.

"Langsung pulang?" tanya Galih.

"Ya. Permisi." jawab Anye seraya berjalan melewati Galih.

"Kita pulang sama-sama," balas Galih kemudian menyamai langkah Anye.

"Nggak Gal. Aku mau pulang naik kereta."

"Aku antar sampai stasiun."

"Arah rumah kamu dan stasiun beda Gal."

"Memang." balas Galih. "Dan kamu tau itu dari dulu Nye. Tapi kenapa baru sekarang kamu menolak untuk aku antar?"

Anye membuang nafas dengan gusar. "Kamu tahu jawabannya Gal," jawabnya malas.

"Kita sudah sepakat kalau di antara kita nggak ada yang berubah Nye. Tapi belakangan ini kamu malah terus menghindari aku."

"Iya, kita nggak berubah. Status kita tetap teman seperti sejak awal." balas Anye tegas.

"Anye---"

"Memang kamu mau kita bagaimana? Sedangkan kamu sudah punya Kiara. Dan aku sudah bukan Anye yang dulu, yang menaruh rasa, bahkan harapan yang tinggi sama kamu Gal. Karena kini kamu Galih kekasih dari Kiara!"

Galih tak lantas menjawab, terlihat ia mengepalkan kedua tangannya. Seperti ada emosi yang ia tahan. "Aku anggap kamu cemburu." balas Galih akhirnya.

"Ha? Cemburu bagaimana?" balas Anye tak paham.

"Kalau kamu mau, aku bisa memutuskan hubungan dengan Kiara. Agar kita bisa bersama seperti seharusnya, Nye. Aku---perasaanku untuk kamu nyatanya nggak berkurang sedikitpun, meski aku sudah bersama Kiara."

Carnation & Cactus | TAMAT (Tersedia Cetak & Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang