4

934 235 10
                                    

"Oma nggak menyangka kamu akan bersikap kekanakan seperti itu Anyelir!"

Anye menoleh cepat pada Oma, pertanda ia tak terima, tapi ia kembali menarik pandangannya dan mengurungkan niat untuk membantah.

"Kamu kan tahu, Oma bukan sengaja sampai melimpahkan tanggung jawab itu sama kamu. Kalau saja Oma tidak sakit, Oma pastikan Oma tidak akan merepotkan kamu dengan persoalan katering."

"Oma yakin kamu sudah paham betul bagaimana selama ini Oma membangun usaha katering Oma. Usaha yang selalu kamu anggap remeh ini."

Kini Anye memijat pelipisnya pelan. Penyakit nenek-nenek Krisan yang tengah kumat membuatnya pusing. Penyakit baperan. Seiring usianya yang menua, Krisan kini lebih sensitif dan mudah terbawa perasaan hal apapun yang menyinggungnya. Seperti sekarang ini di mana Krisan  sudah mulai ngelantur saat berbicara.

Krisan mengatakan Anye menganggap remeh usahanya ini karena Anye terlihat acuh dan tak peduli. Pernah juga saat Krisan kecapekan dan sakit, Anye meminta Krisan menutup saja usaha kateringnya. Padahal bukannya Anye bermaksud buruk, ia hanya tak ingin Krisan terlalu capek, dan untuk ikut dalam urusan katering Anye terlalu sibuk. Padahal dulu saat masih sekolah dan kuliah, Anye senang-senang saja ikut membantu katering, tapi Krisan malah melarang karena takut mengganggu belajarnya.

"Anye mengerti Oma. Anye sama sekali nggak bermaksud merusak nama baik katering Oma. Tapi nggak semua pembeli itu raja Oma. Ya contohnya pelanggan katering Oma yang kemarin itu!"

Kini Krisan yang menghela nafas lelah melihat kelakuan cucunya yang semakin ke sini semakin keras kepala saja.

"Oke. Aku mengaku salah. Aku minta maaf Oma," ucap Anye setelah berhasil membuang ego yang menguasai dirinya.

"Kamu pasti paham kepada siapa seharusnya kamu juga meminta maaf."

Bahu Anye yang ia sandarkan di kursi meja makan itu menurun begitu saja. Ia kira dengan meminta maaf hati Krisan akan melunak begitu saja, tapi belum selesai sodara-sodara.

"Jangan samakan cara kamu bersikap pada setiap orang, seperti saat kamu melakukan wawancara pada calon kandidat yang akan bekerja untuk perusahaan tempat kamu bekerja."

"Boleh saja saat kamu melakukan pekerjaan kamu, kamu bebas memimpin pembicaraan, beradu argumen, bahkan kamu bisa sesuka hati mengintimidasi lawan bicara kamu."

Anye menyunggingkan senyum sinis. "Melihat sikapnya yang seperti itu aku nggak bisa menebak latar belakang pendidikan perempuan itu. Apalagi memiliki kemampuan khusus yang bermanfaat untuk perusahaan, dia cuma menang cantik saja."

"Anyelir! Oma nggak pernah mengajarkan kamu jadi manusia sombong seperti ini, menilai seseorang hanya dari strata!"

Oh Anye lupa, jika Krisan adalah seorang pemilik katering yang dulunya melepas jabatannya sebagai manager hrd. Staff hrd kemarin sore seperti dirinya tentu bukan lawan sebanding Krisan untuk beradu argumen. Seiring usia Krisan yang menua, Anye merasa ia semakin jauh dari harapan Krisan padanya. Tanpa sadar banyak perdebatan kecil dan perbedaan pendapat antara dirinya dan Krisan. Meski begitu Anye sadar kalau tak ada yang Krisan lakukan selain untuk kebaikan Anye sendiri. Tapi Anye juga tak mengerti mengapa seiring usia bertambah ia malah semakin keras kepala.

Anye mundur dari perdebatan itu, tak mau melanjutkan karena akan hanya menyakiti Krisan tanpa mendapatkan jalan keluar yang berarti. Karena bagaimanapun ia memang salah. Namun ia benci mengakuinya apalagi mengingat betapa menyebalkannya perempuan bernama Laras itu.

Siang itu, ia terpaksa tetap di sana, ikut membantu pacar Laras yang bernama Dygta mengurus makan siang di rumah singgah. Pacar yang terlihat begitu mencintai Laras, terlihat begitu mengayomi juga sabar dengan sikap Laras yang manja. Sekilas hubungan mereka yang seperti itu akan membuat orang yang melihatnya iri, tapi tidak bagi Anye. Bahkan ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Laras mengkhianati Dygta. Bersikap manis dan manja pada pria lain di belakang Dygta.

Carnation & Cactus | TAMAT (Tersedia Cetak & Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang