14

779 209 19
                                    

Semburat jingga terpancar dari kaca bening yang membentang di sisi kiri Anye

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semburat jingga terpancar dari kaca bening yang membentang di sisi kiri Anye. Kini pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi itu bertambah estetikanya bersamaan dengan mentari yang kembali ke peraduan. Senja dan Jakarta, dimana terselip keindahan di sana. Tak banyak yang menyadarinya, karena peluh keringat mengarungi kemacetan ibukota lebih dominan dirasakan banyak orang saat senja mulai menyapa Jakarta.

Hanya tersisa gelap pada layar komputer Anye. Begitupun dengan puluhan amplop coklat bekas yang sudah ia simpan di kardus di sudut kubikelnya, sedangkan isi dari amplop coklat itu sudah berpindah ke atas mejanya. Masih seraya merapikan meja kerjanya, Anye sesekali membalas sapaan rekan kerjanya yang telah bergegas pulang.

Tiati pulangnya Nye.

Anye tersenyum kecil membaca pesan dari Oci. Sahabatnya itu sedang memberikan training di salah satu site Playtime di Jakarta, yang membuat Anye terpaksa pulang sendiri sore ini. Sebelum meninggalkan kubikelnya, Anye melirik ruang kerja Pak Kresna yang masih tertutup, sepertinya bapak tua itu masih belum berniat untuk pulang.

Anye menarik kembali pandangannya dari pintu Pak Kresna lalu membalikkan badan, saat tiba-tiba mengingat seseorang yang tadi berpapasan dengannya di sana. Pagi tadi saat Pak Kresna menggodanya dan terus menyebut nama Dygta, Anye memang merasa sedikit aneh. Pak Kresna menyebut nama Dygta seolah mereka saling mengenal dekat. Dan ternyata, Pak Kresna yang merekrut Dygta bekerja di perusahaan ini untuk menempati posisi staff purchasing.

Luka lebam hampir di seluruh wajah Dygta cukup menyita seluruh pikiran Anye dari mereka bertemu hingga jam kantor usai. Apa itu luka karena dipukuli waktu itu? Yang Oma dan Jaylani ceritakan. Tapi, apa iya sudah lebih dari seminggu lukanya belum hilang. Lagipula jelas sekali luka di wajah Dygta itu masih baru.

Namun, meski wajahnya babak belur tak membuat paras tampannya luntur. Mungkin efek potongan rambut belah tengah-nya yang sangat cocok di wajahnya. Ditambah lagi wajahnya setengah basah, Anye bisa melihatnya karena melihat sisa air di rambut depan Dygta. Senyum Dygta tadi juga tetap kelihatan manis, ya agak lumayan mirip dengan aktor di drama korea yang ia tonton semalam.

"Nye!" Anye menepuk pipi kanannya sendiri. "Sehat kan, Nye?" Anye menggelengkan kepala berusaha menghentikan pikirannya yang ngawur barusan. Ia sendiri tak habis pikir bisa-bisanya berpikiran sampai ke sana. Dygta, tampan, manis, mirip aktor korea?

Apa mungkin ini efek operasi yang ia jalani sepuluh hari yang lalu. Yang dioperasi kemarin isi perut kan? Kenapa jadi otak yang geser sedikit? Atau efek obat bius yang membuatnya jadi halu, pasalnya dia pernah baca unggahan di instagram tentang pengalaman orang-orang yang halu beberapa saat setelah menjalani operasi. Tapi kan ini sudah lewat sepuluh hari. "Anyeee!" Kini kepalanya yang ia tepuk pelan.

"Nye? Kenapa?"

Sebuah suara mengejutkan Anye. Ia yang tengah berdiri menunggu lift itu, sontak menoleh. "Galih?--eh nggak apa-apa."

Carnation & Cactus | TAMAT (Tersedia Cetak & Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang