"Shabiya, dimana Ibu harus simpan bunga ini? "
"Dipojok sebelah kiri Ibu. Itu Biya sudah siapkan mejanya."
"Waaah ini indah sekali nak. Kamu memang berbakat menjadi seorang WO. Entahlah jika tidak ada kamu, pasti usaha Ibu ini akan gulung tikar. Apalagi dalam kondisi pandemi seperti ini. Tidak salah Ibu mewariskan usaha ini padamu."Shabiya menggenggam tangan Ibu Naina. Dikecup punggung tangan itu dengan tulus. Berkata dengan lembut. Kemudian mengusap tangan yang sudah mulai keriput itu.
"Ibu, harusnya Biya yang merasa beruntung. Biya berterimakasih sama Ibu, karena Ibu, Biya bisa hidup seperti ini. Ibu telah memberikan kehidupan baru bagi Biya. Jika Biya tidak bertemu Ibu saat itu, entah nasib Biya akan jadi seperti apa sekarang. Terimakasih Ibu. Bagi Biya Ibu adalah Ibu kedua Biya setelah Mama. Terimakasih karena Ibu telah menganggap Biya adalah Putri Ibu. "
Ibu Naina tersenyum. Satu tahun yang lalu, dia sedang dalam perjalanan menuju kota semarang. Namun baru perjalanan sekitar 3 km dari kantornya dia dikejutkan dengan seorang wanita hamil besar dipinggir jalan dekat perempatan lampu merah yang tiba-tiba tergeletak dan tidak bangun lagi. Demi rasa kemanusiaan dia menyuruh sopirnya berhenti dan segera keluar dari mobil. Menghampiri tubuh wanita hamil besar itu. Ternyata wanita hamil besar itupingsan .
Ibu Naina kemudian membawanya ke Rumah Sakit terdekat. Disana ternyata wanita hamil itu harus dirawat. Dua hari pingsan, dan baru siuman dihari ketiga dirawat. Ternyata setelah tahu kisahnya. Ibu Naina justru malah mengajak wanita hamil yang ternyata bernama Shabiya itu untuk tinggal dirumahnya. Meskipun Shabiya menolak namun Ibu Naina berkeras hati meminta Shabiya untuk tinggal dirumahnya yang memang hanya hidup sendiri dan kesepian. Karena suaminya telah meninggal dunia, sedangkan kedua putranya kini sudah menikah semua dan tinggal di luar negeri. Jadi dia senang jika Shabiya tinggal di rumahnya."Sudahlah nak ibu senang kamu ada disini. Ibu bahagia seperti mendapat keluarga lagi apalagi ibu juga jadi punya cucu-cucu yang menggemaskan dan lucu. Oh ya kemana mereka? Ibu kangen sekali pengen gendong mereka." Ucap Ibu Naina begitu gembira dengan ekspresi berseri-seri.
Shabiya tersenyum. Dan menunjuk kearah pintu samping kantor.
"Mereka sedang bermain bersama bik Minah bu ditaman kantor ini."
"Baiklah Ibu kesana dulu ya nak. Jangan terlalu bekerja keras. Istirahatlah. Ibu lihat dari kemarin kamu begitu fokus pada pekerjaan, Sampai menunda-nunda makan. Itu tidak baik untuk kesehatan mu nak. Apalagi kamu kan sedang memberi asi anak-anak mu. Jadi bekerjalah sesuai porsinya ya."" Baiklah Ibu. Akan kuikuti nasihat mu. Setelah semua beres. Jam satu tepat Biya pasti istirahat dan makan. Aku sayang Ibu Naina. Terimakasih untuk kasih sayang dan kebaikan ibu untuk kami sampai saat ini bu. Biya bahagia bisa bertemu Ibu yang cantik ini." Mereka tertawa kemudian berpelukan. Sungguh mengharukan hubungan diantara kedua wanita berbeda usia itu. Ternyata didunia ini masih banyak orang-orang baik tanpa meminta pamrih demi menolong sesama dalam kehidupan menjadi lebih baik lagi.
*********************
JAKARTA"Hentikan sementara pembangunan, sampai kita mendapatkan pembayaran kedua. Sesuai perjanjian setelah 70% persen bangunan berdiri, kita harus mendapatkan payment fee tersebut. Raka, jangan lupa sisihkan 10% dan segera transfer ke rekening yayasan madani. Meeting hari ini saya tutup. Silakan kembali ke divisi masing-masing. Selamat siang."
Ucap seorang pria dengan penuh kewibaan mengakhiri rapat pertemuan bisnis dengan divisi pembangunan proyek.
"Tuan Yama, Putra dari cabang Surabaya melaporkan launching produk terbaru sudah siap. Tuan diminta hadir pekan depan untuk peluncurannya. Bagaimana, bisakah Tuan menghadiri acara itu?"
Ucap Roni sekertaris Yama. Semenjak insiden didalam kantor dengan Putri waktu itu, Yama menyuruh Putri isteri keduanya itu untuk tidak bekerja lagi. Karena diagnosa kehamilan yang rentan keguguran. Yama segera mencari sekertaris pengganti dan dia adalah Roni. Meskipun pria tapi dia begitu cekatan. Malah lebih baik kinerjanya dari pada Putri.
"Tentu saja aku harus hadir. Itu suatu kemajuan dan kebanggaan perusahaan. Segera siapkan semuanya. Aku percayakan padamu. Siapkan tiket dan akomodasi seperti biasanya. Sekarang saya pulang dulu. Saya harus pergi ke Rumah Sakit mengantar Kania chekup. Tolong kamu handle semua urusan hari ini ya. Karena saya tidak akan kembali kekantor hari ini."
Ucap Yama sedang sekertaris hanya mengangguk dan berucap iya saja. Setelahnya Yama pergi menuju lift untuk bertemu anak dan isterinya. Satu hal yang Yama tidak akan menduga dan pasti di syukurinya
Yaitu pertemuan dengan seseorang yang selama ini selalu dicarinya.#####################
Sepertinya pertemuan itu memang harus terjadi. Tunggu di chapter berikutnya ya.
Terimakasih untuk kesabaran dan kesetiaan kalian para readers tercinta. Saya tidak bisa menarget kapan atau setiap hari apa up untuk setiap chapternya. Tapi Saya berkomitmen untuk menyelesaikan setiap apa yang sudah saya mulai. Jadi sudah pasti cerita ini pun insha Allah akan saya tuntaskan sampai tamat. Thanks for my readers.
Bogor, 01 juli 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
TEGAR
ChickLitBruuuk. Kue dan kado yang dipegang Shabiya terjatuh ke lantai. Dari matanya meleleh lahar bening membasahi kedua pipinya yang sedikit cabi. Dadanya turun naik seolah sesak bernafas. Sedangkan di depan sana di atas kursi kebesarannya seorang pri...