Cuaca kota Surabaya memang cerah namun cenderung panas. Tidak berbeda jauh dengan Ibukota Jakarta. Disalah satu kamar lux hotel bintang lima Yama sedang sibuk menelpon seseorang di Jakarta.
"Cukup Putri. Aku tak bisa lagi bersamamu. Lagipula bukankah ini keinginan mu sejak dulu untuk berpisah dariku. Kau tidak ingin merawat putri kita yang katamu itu menjadi beban dan merepotkanmu, karena penyakitnya bukan? Sekarang kamu bisa bebas, tenang saja kamu tetap mendapat kompensasi atas perceraian kita. Aku akan tutup telponnya karena aku sangat sibuk sekarang!"
Tanpa menunggu balasan dari lawan bicaranya, Yama mematikan telpon genggamnya. Dia sudah lelah menghadapi Putri isteri keduanya yang dulu bisa mengalihkan sebagian hatinya dari isteri pertamanya, namun kini semuanya hancur. Karena keegoisan Putri yang menginginkan kesempurnaan. Dia tidak sudi memiliki anak yang cacat. Ya Kania anaknya dengan Putri isteri yang selalu dibelanya dari Shabiya yang mengakibatkan perginya Shabiya dari sisinya memang memiliki cacat yaitu tidak bisa bicara. Indikasi ini terjadi setelah bayi lahir, Kania sama sekali tidak menangis. Bahkan kini bayi berumur satu tahun itu tidak pernah bisa mengoceh seperti halnya bayi normal seusianya.
Menarik nafas dalam-dalam Yama merasa lelah dengan semua ini. Akhirnya Kini hanya bisa menyesali semua hal yang sudah terlambat ini. Dalam fikirannya selalu bertanya dimana isterinya Shabiya dan anaknya bersembunyi, sudah setahun dia mengerahkan orang-orang kepercayaannya untuk mencari Shabiya namun sampai detik ini tiada kabar bahagia menghampiri. Semua seolah tertutup tak diketahui dimana rimbanya.
"Yusuf, bagaimana dengan meetingnya? Harus berapa lama lagi aku menunggu?" Yama menghubungi asistennya, untuk mengetahui meeting yang akan dihadirinya siang ini. sudah jam satu tapi belum ada kabar keberangkatan menuju pertemuan rapat itu.
"Baiklah. Aku turun sekarang. " Bergegas Yama berdiri dan berjalan keluar kamar menuju mobil yang sudah siap diparkiran.
##########################################
YDG CORP cabang Surabaya
"Bu Shabiya, kita kekurangan bunga ros putih dan krisan berwarna merah. Apakah saya suruh Pa Yono saja yang membelinya?"
"Tidak Rasmi, ini sudah terlambat. Para petinggi perusahaan akan meeting jam 2 siang ini, keberadaan kita disini nanti akan mengganggu jalannya meeting. Jadi kita selesaikan nanti saja setelah selesai rapatnya ya. Tapi bilang pada Pa yono untuk membeli kekurangan tadi ya."
Shabiya memberikan saran untuk menunda mendekorasi ruangan itu, karena baru saja Pa Yusuf menyuruh mengosongkan segala kegiatan di ruangan tersebut untuk pertemuan antara petinggi cabang dan petinggi dari pusat YDG Corp. Rasmi hanya menganggukkan kepala dan bersiap membawa sisa alat-alat dan bunga yang sudah tak terpakai lagi. Shabiya dan Rasmi berjalan beriringan keluar dari ruangan yang disebut Graha Cipta itu, Rasmi berbelok ke arah kiri menuju kantin dan musholla sedangkan Shabiya berjalan ke kanan menuju taman belakang dimana Ibu Naina dan kedua anaknya berada, untuk sementara pendekoran ruangan graha Cipta harus ditunda sedangkan pendekoran seluruh area di perusahaan ini sudah selesai. Shabiya mungkin akan lembur dan pulang malam, mengingat entah rapat itu akan selesai kapan. Jadi dia akan membiarkan Ibu Naina untuk membawa pulang kedua anak kembarnya ke rumah.
"Ibu, Shabiya harus lembur. Pendekoran tertunda karena tempatnya hendak digunakan untuk rapat yang entah selesainya kapan. Maaf Biya tidak bisa pulang cepat, mungkin Biya akan pulang diatas jam sepuluh bu. Maaf lagi Biya jadi merepotkan ibu karena minta tolong untuk menjaga si kembar."
"Apa-apaan sih kamu nak, ibu senang direpotkan mereka, kamu tak perlu meminta maaf seperti itu. Kalau begitu Ibu pulang sekarang saja ya, kalau kesorean pasti jalanan macet. Sebentar lagi kan jam pulang kerja."
"Baik Ibu, terima kasih. Biya merasa senang memiliki Ibu Naina dalam kisah hidup Biya. Biya sayang Ibu. Mari Bu Biya antar sampai ke Mobil."
Ibu Naina tersenyum, sambil mendorong kereta bayi kembar mereka bergegas menuju parkiran.
########################################################
Di Ruang Graha Cipta
Yama tertegun menyaksikan dekorasi ruangan tempat ia akan rapat. Seluruh hiasan termasuk bunga dan tata letak meja dan kursi mengingatkanya akan dekorasi ruang tamu di rumahnya yang bahkan sampai saat ini belum pernah dirubah semenjak kepergian Shabiya. Tak berkedip dengan mata yang terus menyusuri seluruh ruangan, Yama merasa seperti sedang berada di rumah. Apakah?
"Maaf Pak, silahkan duduk. Kami akan memberikan presentasi tentang launching produk dan juga akan meninjau gladi resik acara peluncurannya besok."
Pa Yudha direktur cabang Surabaya berucap, membuat lamunan Yama dari segala kemungkinan yang sedang difikirkannya buyar. Mengikuti ucapan direktur itu ,Yama berjalan dan menduduki kursi yang disediakan untuknya sebagai pemilik perusahaan.
"Siapa yang mendekorasi ruangan ini?"
Yama bertanya sambil menatap kepada Pa Yudha meminta jawaban. Pa Yudha berbisik pada sekretarisnya dan mengulang pertannyaan itu.
"Threesha EO, Pak. Itu perusahaan Event organizer yang biasa kami sewa untuk setiap acara di perusahaan ini. Jika Bapak mau saya bisa kirim data, nomor telepon dan alamatnya kepada Bapak." Jawab Yuni sekretaris Pak Yudha.
Yama menggelengkan kepala.
"Tidak perlu. Lanjutkan saja rapatnya. Saya sedang berburu waktu karena masih ada Meeting lain setelah ini."
Yama berucap dan mulai fokus dengan pertemuan kali ini. Dia ingin tahu sejauh mana prospek produk baru yang akan segera launching ini kedepannya. Karena semua harus efisien dan menguntungkan bagi perusahaan.
##############################################
Yama berjalan dilorong panjang menuju tempat parkiran. Tepat jam empat sore rapat selesai, sekarang dia harus secepatnya menuju hotel. Setelahnya dia harus meeting online dengan karyawannya di perusahaan YDG pusat. Dia berhenti sejenak, ketika secara samar mendengar suara orang berbicara dari arah berlawanan.
"Pak Yono kita harus cepat, tadi Bu Shabiyya menelpon katanya meetingnya baru selesai, jadi kita sudah bisa mendekor disana." Rasmi berbicara sambil berjalan dengan seorang bapak yang sudah setengah baya itu, Pak Yono.
Yama tersentak kaget, mendengar nama Shabiyya didalam pembicaraan dua orang yang sedang berjalan menuju kearahnya itu. Hatinya berbisik " apakah itu Shabiyya nya, cintanya yang sedang dicarinya selama dua tahun ini?".
"Tunggu!" Yama menghadang sepasang manusia itu, yang tampak terkejut dan berhenti karena perjalanannya di hentikan.
"Ada apa Pak, ada yang bisa kami bantu?" Pak Yono bertanya dengan sopan, karena menilik dari pakaian lelaki yang menghadang itu terlihat seperti orang yang terhormat atau mungkin salah satu petinggi di perusahaan yang sedang memberikan pekerjaan di EO tempat dia bekerja.
"Iya. Saya ingin tahu siapa Shabiyya yang kalian bicarakan tadi?"
Rasmi dan Pak Yono terbengong. Saling pandang. untuk apa orang ini bertanya tentang bos nya.
"Memangnya siapa Bapak sampai bertanya tentang Ibu Shabiyya, apakah bapak mengenal bos kami?" tanya Rasmi curiga, tiba-tiba saja orang tidak dikenal bertanya tentang Bu Shabiyya, bos nya.
Bukannya menjawab. Yama malah tertegun, beberapa saat kemudian tersenyum lebar. membuat Rasmi dan Pak Yono heran. Semakin heran lagi ketika tanpa permisi orang perlente itu tiba-tiba berjalan dengan cepat. Samar mereka mendengar ucapan orang perlente itu mengatakan, "Ternyata Dunia itu sempit, aku menemukanmu." Rasmi dan Pak Yono mengelengkan kepala mungkin mereka berpikir, " Orang yang aneh."
#############################################################
Maaf baru bisa update. Kesibukkan saya benar-benar melelahkan. jadi setiap akan menulis selalu terhenti. Mohon sabar ya pemirsaaa. Terima kasih untuk yang masih setia, dan terima kasih untuk vote dan komentarnya ya. Salam hangat untuk semuanya.
BOGOR, 31 JULI 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
TEGAR
ChickLitBruuuk. Kue dan kado yang dipegang Shabiya terjatuh ke lantai. Dari matanya meleleh lahar bening membasahi kedua pipinya yang sedikit cabi. Dadanya turun naik seolah sesak bernafas. Sedangkan di depan sana di atas kursi kebesarannya seorang pri...