Bunyi dering gawai yang tiada henti akhirnya membangunkan sesosok wanita yang tengah terbaring diatas ranjang. Tangan Shabiya menggapai dan akhirnya meraih gawainya, mendekatkan ketelinga dan dengan parau menjawab suara disebrang sana.
"Halo, Shabiya ini sudah jam stengah tiga. Kau masih dimana?"
"Ya Allah Yuni hmmm....maaf aku ketiduran, iya. iya aku kesana sekarang. Tolong tunggu aku ya Yun. Please jangan marah, aku akan jelaskan semua nanti ya. Please you are my best friend." Tanpa menunggu jawaban dari Yuni, segera saja Shabiya bangkit lalu mencuci wajah yang sembab. Setelahnya berwudhu untuk shalat dzuhur walau telat tidak mengapa yang penting masih melaksanakan kewajiban. Karena begitu lelah menangis dia tertidur dipelukan suaminya, suami penghianat baginya sekarang. shabiya sudah bertekad dia tidak perduli lagi siapa dirinya bagi suaminya, selama ada anak diperutnya dia hanya akan perduli pada kandungannya. anak yang ia nanti tiga tahun lamanya. Selama trimester pertama ini ia harus menjaga diri demi kesehatan janinnya.
##################################################
Shabiya mencari-cari dimana Yuni duduk. Ini masih sore belum terlalu ramai. Jadi masih terlihat banyak meja yang kosong. Dia melihat Yuni duduk di pojok dekat taman itu memang spot favoritnya jika mampir ke restauran. Dia bergegas menghampiri Yuni. Begitu dekat Yuni mengernyit melihat keanehan wajah Shabiya. Terlihat kuyu dan sembab.
"Ada apa dengan wajahmu? Kau habis menangis?" Shabiya duduk dikursi disamping Yuni.
"Shabiya ada apa?" Yuni sudah tidak sabar. Dia menunggu jawaban atau mungkin penjelasan. Dia yakin ada yang tidak beres dengan sahabatnya. Shabiya bukannya menjawab dia malah menangis kemudian memeluk Yuni. Yuni hanya bisa membalas dengan mengusap punggung sahabatnya. Dia biarkan Shabiya puas dengan tangisnya.
"Yuni apa kurangnya aku? Apa aku ini jelek, Tidak cantik lagi atau aku kurang seksi lagi? Kenapa ..hiks..hiks kenapa mas Yama menduakan aku Yun? hiks..hiks dia..hiks dia menikah lagi dengan Putri Yun." Yuni terkejut, karena Yuni tahu betapa Yama sangat mencintai Shabiya. Dua tahun Yama mengejar cinta Shabiya yang saat itu masih enggan berpacaran, walaupun akhirnya diterima mereka penjajakan selama enam bulan karena Shabiya tak mau dibilang berpacaran, akhirnya mereka menikah ditahun itu fix dua tahun Yama mengejar cintanya. Sekarang baru tiga tahun pernikahan tiba-tiba sudah ada orang ketiga dengan menjadi isteri kedua. OMG.
Yuni mengurai pelukan Shabiya mengambil tisu diatas meja dan melap air mata di pipi Shabiya.
"Sudah, sudah. Simpan airmata mu ini. Terlalu berharga untuk menangisi orang brengsek seperti Yama itu. Sekarang ceritakan semuanya padaku. Apa yang terjadi sebenarnya?" Shabiya mulai bercerita dari awal pemeriksaan kandungan sampai membuat kejutan ulang tahun pernikahan dengan datang ke kantor Yama walau akhirnya justru dia yang diberikan kejutan disana ketika memergoki Yama dan Putri bermesraan dan penjelasan Yama ketika di rumah tentang pernikahannya dengan Putri.
Yuni mengepalkan tangan, wajahnya mengeras.
"Brengsek si Yama. Jadi wanita gembel itu sedang hamil tga bulan? Berapa umur kandungan mu sekarang Shabiya?"
"Tujuh minggu, sebentar lagi dua bulan." jawab Shabiya.
"Lantas apa yang kau ingin lakukan sekarang?" tanya Yuni tidak basa basi.
"Aku ingin bercerai. Pergi meninggalkan rumahnya, dan menghilang dari kehidupannya. Aku sudah sakit hati tidak mau dipoligami. Karena itulah aku meminta bantuanmu sekarang. Tolong bawa aku pergi jauh dari tempat ini Yun. Hanya kamu yang bisa melakukannya karena kamu banyak koneksi dimana-mana."
"Kamu yakin. Tidak akan menyesal, ingat Yama itu pengusaha terkenal. Koneksinya juga dimana-mana, dia tidak akan membiarkanmu pergi. Walaupun kau berhasil pergi dia pasti akan menemukan mu Shabiya. Apalagi kau sedang mengandung anaknya. Bahkan sekarang dia sudah memata-matai mu Shabiya. Lihatlah kekanan itu tangan kanannya Yama dia bernama Syahrul orang ketiga kepercayaan Yama setelah Yoga dan Bahar. Itu artinya kau sedang diawasi Shabiya." Yuni menoleh dan tersenyum pada Syahrul karena mereka memang saling mengenal. Yuni memang seorang petinggi perusahaan yang dulu juga sering meminta bantuan pada Yama, dan Syahrul yang sering dikirim Yama untuk menolongnya.
Shabiya menoleh dan melihat Syahrul yang menunduk sopan. Tadi dia tidak menyadari kehadiran lelaki itu tapi memang dia pernah beberapa kali melihat lelaki itu menemui suaminya ketika berada di rumahnya. Jadi itu adalah orang kepercayaan Yama. Apakah Yama takut dirinya melarikan diri sehingga harus diawasi? Untuk apa jika dia sudah tidak mencintainya, apakah karena bayi dalam kandungannya?
"Hah tentu saja karena bayi ini!" gerutu Shabiya kesal dan itu masih bisa dengar oleh Yuni.
"Lantas aku harus bagaiman Yun?"
"Ini sulit Shabiya, Yama itu orang dengan ego yang tinggi. Apa yang dinginkannya harus tercapai, dengan cara apapun dia pasti akan mempertahankanmu. Maafkan aku sepertinya aku pun akan sulit menolongmu. Jika aku menolongmu maka dia akan menghancurkanku juga Shabiya. Kau mengerti kan maksudku?. Maaf Shabiya, kuharap kau bisa bersabar. Aku yakin Yama masih mencintaimu. itu pasti kehilafan semata. Itu..."
"ha...ha...hilaf. Kalau hilaf hanya sekali Yuni. Ini sudah Lima bulan apa itu yang namanya hilaf? Kalau begitu itu hilaf yang nikmat Yuni. Baiklah jika kau tak sudi menolongku, aku akan mencari pertolongan lain. Jika tidak ada berarti aku akan hidup terkekang setelah ini. Terkekang dalam sangkar. Sangkar emas yang entah sampai kapan. Mungkin sampai hatiku mati atau mungkin sampai jiwaku mati. Disaat itu aku tidak akan mengizinkan siapapun datang menjengukku di pemakamanku nanti. Camkan itu Yuni. Bahkan termasuk dirimu." Yuni terkejut. Shabiya berdiri membuka dompet mengeluarkan uang tiga rarus ribu dilempar keatas meja. Lalu berlari pelan menuju keluar pintu. Yuni tersadar dari kejutnya kemudian mencoba mengejar namun setelah diluar restauran dia sudah tidak melihat lagi sosok sahabat yang dicintainya itu. Dia pegang dadanya, airmata jatuh bertetesan di pipi, sambil bergumam...
"Maaf...maaf...maafkan aku Shabi...aku bukan sahabatmu yang baik. Aku sungguh takut akan ancaman suamimu. Hiks...hiks.."
Pada akhirnya yang lemah tetap harus mengalah , jika tidak ingin dihancurkan oleh yang paling kuat yaitu kekuasaan.
#########################################################################
Senin, 08 Desember 2020
Hai..hai maaf lama ya. Habis votenya dikit sih, jadi agak malas untuk lanjut. Tapi karena ada yang meminta untuk update so aku update nih. Kalau votenya banyak aku akan cepet update. so, vote dan coment nya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEGAR
Literatura KobiecaBruuuk. Kue dan kado yang dipegang Shabiya terjatuh ke lantai. Dari matanya meleleh lahar bening membasahi kedua pipinya yang sedikit cabi. Dadanya turun naik seolah sesak bernafas. Sedangkan di depan sana di atas kursi kebesarannya seorang pri...