Jam telah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Namun Shabiya masih betah bergelung dikasurnya. Tanpa selimut masih berpakaian seperti tadi siang. Bahkan setelah kepergiannya dari ruang laknat itu. Yama sama sekali tidak mengejarnya. Bila memang lelaki itu masih mencintainya seharusnya sekarang dia sudah disini. Berbicara padanya. Tapi justru kini dirinya sendirian. Air matanya memang sudah tak menetes lagi. Mungkin sudah habis terkuras. Tapi kedua matanya sudah bengkak dan perih terasa walau masih kalah perih di hati yang tak terkira. Di kepalanya tergambar cerita tiga tahun yang lalu persis ditanggal hari ini.
FLASHBACK ON
"Saya terima nikahnya Shabiya Khansa Malik binti Salim al Malik dengan mas kawin tersebut tunai! "
"Sah!!" Terdengar jawaban seluruh saksi dan riuh tepuk tangan juga ucapan syukur alhamdulillah. Selanjutnya pemasangan cincin pernikahan dan penanda tanganan surat-surat nikah. Sebagai tanda resminya pasangan ini tercatat secara agama dan hukum negara.
Semua prosesi adat pernikahan dan resepsi yang dilaksanakan di hotel milik keluarga Al Malik sudah terlaksana dan sukses dengan meriah. Keluarga, kerabat, kenalan bisnis dari masing-masing mempelai menghadiri dengan suka cita. Maklum mereka adalah pasangan ter hot yang mengisi berbagai media di tanah air. Pasangan yang memang sudah tercipta sejak jaman perkuliahan, dengan keserasian dan kesetiaan yang tak diragukan publik kala itu. Karena keduanya sama. Berasal dari keluarga yang kaya raya.
"Cintaku. Biya ku. Terima kasih, hari ini aku bahagia sekali. Akhirnya aku bisa memiliki mu seutuhnya. Kamu rasanya begitu manis aku tak akan pernah melupakan kenangan pertama kita ini sayang."
"Jangan gombal mas. Biya juga bahagia. Menjadi milik mas adalah impian Biya. Semoga setelah ini tetap seperti ini sampai Allah memanggil kita nanti ya mas." Ucap Shabiya sambil menarik selimut menutupi dadanya yang sedikit tertarik karena pergerakan Yama. Dia memeluk isterinya erat.
"Itu bukan gombal cintaku Biya. Kau memang Cintaku, sayangku, dan ...akan terus menjadi kekasihku sampai ajal menjemput. AKU CINTA PADAMU SHABIYA KHANSA MALIK. Tidak ada nama lain selain namamu disini. I LOVE YOU yaa habibati." Ungkap Yama sambil menyurukkan kepalanya di leher Shabiya yang jenjang. Hingga seperti hilang akal dan mereka benar-benar menikmati malam pertama dengan indah dan penuh pengharapan.
FLASHBACK OFF
Kembali kemasa kini Shabiya terhenyak. Tiga tahun telah berlalu. Namun ternyata, cinta itu telah berubah dan kini terhiasi dengan penghianatan. Fikiran Shabiya terus melayang mengingat sejak kapan suaminya telah berhianat. Dia mulai mengingat. Sejak Tiga bulan terakhir ini suaminya sering izin padanya pergi keluar kota untuk mengurus beberapa cabang perusahaan disana. Terkadang dua hari bahkan sampai seminggu. Jadi itu bukan untuk bisnis namun untuk selingkuh. Sekarang ia yakin itulah yang terjadi. Meskipun sikap dan perilaku Yama tak berubah padanya. Namun ada suatu waktu Yama terkadang melamun tak jelas atau menghindar ketika menerima telpon yang katanya adalah client perusahaan.
Shabiya menghela nafas. "Apa pun yang terjadi setelah ini aku harus tegar. Tidak boleh terpuruk kamu harus kuat Shabiya Khansa Malik. Kamu tidak boleh lemah. Hanya karena lelaki brengsek yang kamu sebut sebagai suami mu.
Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dan samar terdengar ditelinga Shabiya suara mobil memasuki halaman rumah. Tidak perduli keadaan tidak mau menyambut suami seperti biasanya Shabiya mulai memejamkan mata. Dia tidak ingin berbicara ataupun bertatap muka dengan Yama meskipun statusnya masih suami dan isteri. Setidaknya untuk saat ini dan beberapa hari kedepan.
Samar suara pintu terbuka tak berapa lama terdengar suara pintu menutup, selanjutnya terdengar langkah kaki didepan pintu kamar yang dipakai Shabiya. Ya Shabiya memilih tidur dikamar sebelah kamar utamanya. Ini adalah kamar yang katanya diperuntukkan bagi anaknya kelak. Shabiya tidak mau sekamar lagi dengan Yama. Entah sampai kapan.
Tok..tok..tok..
"Sayang, cintaku Biya. Tolong bukalah pintunya. Mas mau bicara sayang. Sebentar saja, mas bisa jelaskan semuanya."Tok..tok..tok...
Semua ucapan dan ketukan dipintu itu terus berulang. Tapi Shabiya tidak perduli. Dia malah merapatkan selimut dan memejamkan mata untuk berusaha tidur. Agar bisa menghadapi hari esok dengan tegar.
************
POV YAMA
Disaat Putri berada diruanganku dan kami menikmati kebersamaan ini. Tiba-tiba kudengar suara pintu yang terbuka. Disusul suara benda yang terjatuh dengan keras kelantai.
Bruuk
Kulihat disana di ambang pintu Shabiya isteriku menatapku nanar. Air matanya mengalir deras deru nafasnya tersengal. Berikutnya adalah suara serak menyimpan amarah dalam memanggilku. Dilanjutkan pekik amarah dan umpatan untuk Putri keluar dari bibirnya yang manis dan selalu jadi candu itu untukku. Walau demikian aku hanya terdiam mendengarkan semua amarahnya sambil membenarkan kancing kemeja yang sudah terlepas dan memasukkan kepinggang dengan rapih. Demikian dengan Putri. Dia pun sedang membenahi pakaiannya. Aku tak bisa mengelak ini sudah terjadi dan rahasia yang selama ini ku coba tutupi kini terkuak. Di depan matanya langsung, aku memang telah menghianati pernikahan kami selama lima bulan ini.Saat aku mencoba menggapai tubuh Shabiya. Dia telah lari pergi. Meninggalkan ruangan ini. Aku terus memanggilnya. Ketika mencoba mengejar aku terpeleset jatuh sebelum mencapai pintu. Kulihat dilantai aku telah menginjak kue tart ulang tahun dengan tiga buah lilin merah diatasnya yang dua sudah mati namun yang satunya masih hidup. Tapi kondisi kue sudah mengenaskan. Hancur. Mungkin seperti itulah hancurnya hati Shabiya. Di ujung kakiku kulihat ada sebuah kotak. Kuraih kotak itu. Kubuka. Ya Allah. Ini sebuah jam tangan Rollex yang sangat kuimpikan. Sebulan yang lalu aku memesan indent barang ini tapi aku kalah cepat. Tunggu masih ada satu lagi didalam kotak sebuah kertas. Apa ini? Penasaran kuambil dari kotak kubuka...ya...Allah ini surat keterangan dari RS. Graha Medika menyatakan bahwa Ny.Shabiya Khansa Malik telah positif hamil 7minggu. Allahu akbar. Akhirnya Shabiya hamil...hamil anakku. Shabiya sayang maafkan aku. Ternyata kamu memberikan kado yang begitu agung di hari anniversari kita. Tapi aku justru memberikan kado yang membuat hatimu terluka yaitu hubunganku dengan Putri. Yah Putri isteriku juga. Biya maafkan mas ..Biya maaf. Tolong jangan pergi dariku sayang. Jangan tinggalkan aku.
Aku menangis sesenggukan. Menyesali semua ini. Aku bangun hendak pergi beranjak mengejar isteriku Shabiya. Tapi tiba-tiba suara Putri terdengar meringis kesakitan.
"Aduuh mas perutku sakit mas. Tolong rasanya melilit. Tolong mas ...to..long selamatkan bayi kita."
Setelahnya Putri pingsan. Aku harus cepat membawa putri ke rumah sakit. Aku tidak ingin terjadi apa-apa pada anakku. Yah anakku dan Putri. Yang menjadi alasan mengapa aku dan Putri menikah. Bahkan kami telah menikah sejak lima bulan yang lalu.
" Shabiya maafkan aku. Setelah mengurus Putri aku pasti pulang ke rumah kita. Aku tetap mencintaimu sayang. Cintaku Biya ku."
**************
Minggu, 23 febfuari 2020.Ini cerita keduaku ya. Readers. Semoga suka. Don't foget tekan bintangnya ok. Selamat sore...
KAMU SEDANG MEMBACA
TEGAR
ChickLitBruuuk. Kue dan kado yang dipegang Shabiya terjatuh ke lantai. Dari matanya meleleh lahar bening membasahi kedua pipinya yang sedikit cabi. Dadanya turun naik seolah sesak bernafas. Sedangkan di depan sana di atas kursi kebesarannya seorang pri...