5. Bad Birthday

76 17 22
                                    

Silvanna tampak mendatangi sebuah pesta ulang tahun yang megah dan mewah di sebuah gedung di kota nya. Banyak tamu undangan yang datang dengan gaya mewah.

Di lihat nya ke sekitar, tujuannya sekarang adalah bertemu Guinnever, mengucapkan selamat, lalu pulang ke rumah karena saat ini hanya Granger yang menjaga toko bunga mereka.

Banyak sorot mata yang memperhatikan Silvanna. Ya ... dia tau bahwa pakaian yang ia kenakan bukan lah merek dari brand terkenal atau apapun itu, intinya tujuannya hanya mengucapkan selamat ulang tahun lalu pulang.

"Silvanna! Ternyata kau datang ya!" Ujar seorang gadis berambut coklat sambil menghampiri Silvanna yang tengah memicingkan matanya.

"Huft ... selamat ulang tahun," ujar Silvanna secara singkat dan datar. Terlihat Guinnever tertawa mendengar nya.

"Ah ... terimakasih. Ku kira kau tidak datang dan memilih untuk mengurus toko bunga yang bahkan hampir bangkrut itu. Ah! Maaf!" Ujar Guinnever dengan sengaja membuat Silvanna sedikit kesal di buat nya.

"Wah? Silvanna? Sudah lama tidak berjumpa," ujar seorang wanita paruh baya yang berwajah mirip dengan Guinnever. Nyonya Barroque.

"Selamat malam, dan selamat ulang tahun untuk putri anda. Jika boleh saya harus pulang sekarang," ujar Silvanna yang sudah tak tahan lagi saat melihat wanita tua yang selalu menghina keluarga nya itu.

"Kau mau pulang? Acara nya belum selesai. Bagaimana jika kau menikmati sajian makanan ini. Jika kau tau, harga per sajian nya sangat mahal lho, jarang jarang kan kau bisa makan makanan mewah," ujar Guinnever sambil menarik tangan Silvanna yang hendak pergi itu.

"Tidak, terimakasih karena sudah bermurah hati. Hanya saja, saya tidak mau memakan makanan hasil dari uang har --- "

Plak!

Ya ... Silvanna langsung di tampar oleh nyonya Barroque. Tampak semua perhatian orang tertuju kepada mereka sekarang. Silvanna syok, tentu saja syok, terlebih dia di permalukan di tengah pesta seperti ini.

"Ah ... ha ... ha ... ha ... tadi ada nyamuk disini. Silvanna ayo kita obati. Aduh ... pelayanan gedung nya kurang bagus, bahkan satu nyamuk saja bisa lolos dan hinggap di wajah cantik keponakan ku, ayo kita obati," ujar nyonya Barroque sambil menarik paksa tangan Silvanna menuju ruangan private.

Guinnever yang melihat itu langsung mengikuti mereka karena dia sangat paham apa yang akan terjadi selanjutnya dengan sepupu nya itu.

Kini mereka berada di suatu ruangan private. Tampak Silvanna langsung di dorong sehingga bahu nya menabrak dinding.

Bruk!

"Akh!"

"Apa maksud mu berkata seperti tadi? Kau tau kan kalo kau hampir merusak nama baik keluarga ku?" Ujar nyonya Barroque sambil menarik rambut Silvanna.

"AKH! SIALAN! UANG ITU SEMUA! HARTA WARISAN NENEK ITU ATAS NAMA IBU KU! KALIAN MENGGELAPKAN SURAT WARISAN NYA KAN!" Teriak Silvanna dengan wajah memerah dan mata yang mengeluarkan air.

"Hah? Kau tau? Sialan anak jalang ini! IBU MU ITU BUKAN LAH ANGGOTA KELUARGA BARROQUE! DIA SUDAH KELUAR DARI KELUARGA BARROQUE DAN MEMILIH AYAH MU!" Teriak nyonya Barroque tepat di wajah Silvanna.

Dia juga tak lupa menarik narik rambut gadis itu sehingga rontok dan berantakan. Silvanna hanya berusaha melindungi diri nya walau sia sia, dia tak bisa melawan mereka.

"SIALAN KAU WANITA JALANG!" Teriak Silvanna balik tepat di wajah wanita itu.

Dugh!

Wanita itu memukul kan kepala Silvanna kearah dinding sehingga kepala gadis itu mengeluarkan darah.

Kini penglihatan Silvanna sudah berkunang kunang, tetapi dia berusaha agar tetap sadar. Dia takut wanita ini akan menjualnya.

"Suami mu ... bekerja sama dengan mafia, bukan?" Ujar Silvanna dengan senyuman miring. Dia kemudian mendorong balik wanita itu dengan tenaga yang tersisa lalu melarikan diri melalui tangga lain.

Silvanna berlari dengan sempoyongan sambil menuruni tangga. Rasanya sudah tak tahan lagi menahan rasa sakit di kepalanya itu.

Akhirnya Silvanna memilih untuk duduk sebentar untuk menormalisir penglihatan dan kesadaran nya. Intinya jangan sampai pingsan, jika tidak wanita setan itu bisa saja membunuhnya nanti.

Dia menormalisir detak jantung nya dan menetralkan pernafasan nya. Seharusnya dia tidak datang saja hari ini.

Silvanna membuka tas nya dan mengambil tisu, gadis itu mengelap perlahan darah yang ada di kepalanya, tidak ada yang boleh tau tentang kejadian ini, terlebih Dyroth, pasti lelaki itu akan marah besar.

Ya ... dulu Dyroth pernah marah saat Silvanna di dorong oleh Guinnever dari tangga, bahkan nyonya Barroque mencaci maki mereka.

Dyroth kecil yang marah itu langsung berlari keluar rumah dan pergi ke kantor polisi terdekat. Dengan nekat dia melaporkan semua kejahatan yang mereka lakukan, walau sia sia karena uang dapat membungkam mulut.

Silvanna yang masih remaja itu memutuskan untuk membawa Dyroth pergi dan tinggal di rumah orang tua mereka yang dulu, dia takut Dyroth berniat mencelakai Guinnever dan berakhir anak itu yang kena imbas nya.

Kembali ke sekarang, Silvanna saat ini tengah berusaha berjalan melintasi tangga sambil memegangi kepalanya. Sekarang dia sudah merasa lebih baik dari pada sebelum nya.

Gadis itu memutuskan untuk kembali ke rumah, takut sesuatu yang buruk akan terjadi jika ada orang melihat Granger disana. Bisa bisa orang mengira dia ingin mencuri.

Silvanna menghentikan sebuah taksi kemudian masuk kedalam taksi itu. Di tengah ramai nya jalan kota, dia merasa kesepian, dia rindu masa masa kecil nya dulu. Punya orangtua yang menyayangi nya, dan teman teman yang baik.

Kini semua itu hanya angan lalu, dunia nya berubah 90 derajat. Kini dia harus menanggung beban hidup, di tambah harus membesarkan Dyroth yang akan memasuki sekolah menengah atas.

......

Cklek!

Silvanna membuka pintu toko nya. Terlihat Granger yang tengah duduk di sofa sambil menyalakan candle nya. Silvanna yang melihat itu hanya tersenyum kecil kemudian memutuskan untuk pergi ke kamarnya.

"Kau baik baik saja?" Tanya Granger sebelum gadis itu menaiki tangga.

"Ya ... aku baik baik saja," jawab Silvanna sambil tersenyum kecil sebelum menghilang di ambang pintu.

Tidak ... bagi Granger itu tidak baik baik saja, wajah nya berbeda, cahaya yang biasa di pancarkan gadis itu seolah redup malam ini, bahkan sorot mata nya seolah mengatakan bahwa dia sedang tidak baik baik saja.

Ah ... dia lupa, dia harus mengatakan bahwa besok dia akan kembali ke kota nya karena tugas nya disini sudah selesai, tetapi dengan alasan bahwa keluarga nya mencari nya.

Dengan segera Granger menghampiri gadis itu. Namun niat nya ia urungkan karena melihat gadis itu sudah tergeletak tak berdaya di lantai.

Dengan segera Granger menghampiri nya dan membopong tubuh lemas Silvanna. Dia baru sadar ternyata kepala gadis itu mengeluarkan darah banyak.

"Silvanna?!"

......

Hehehe, Ungu meresahkan gess.
Jaringan gw susah nih😭

Gw kaga bisa janji bakal up tepat waktu, terlebih cerita gw yg satu lagi, Karena bagi waktunya sulit.
Dan buat project ini, gw bisa up Karena udah ada gw ketik beberapa part biar tinggal up.

Yg lain kaga, tergantung ide nya masuk dan mood😭

Jadii maaf kalo buat kalian nunggu.
Sekian
See u next chap

Spring HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang