11. Barbeque Party

65 12 13
                                    

Tit ....
Cklek!

Suara pintu apartemen Silvanna terbuka. Gadis itu langsung masuk ke dalam apartemen di ikuti oleh Granger di belakangnya.

"Sandi nya 060999. Kalau mau mampir datang saja," ujar Silvanna memberitahu kepada Granger kata Sandi apartemen nya.

Granger hanya mengangguk. Sepertinya Silvanna memang sudah sangat mempercayai nya. Apa sudah lebih dari teman?

Silvanna tampak berjalan masuk, memasuki kamarnya. Sementara Granger, dia sangat kagum dengan apartemen mewah milik Silvanna ini.

Dia bahkan hanya pernah melihatnya di Internet dan televisi. Namun, sekarang dia melihatnya secara langsung, terlebih ini ada apartemen milik Silvanna.

Granger terus memperhatikan bangunan apartemen milik Silvanna. Dia juga berjalan kearah ruangan outdor yang luas bahkan memiliki kolam renang.

Tidak hanya itu, pemandangan dari sini sangat indah karena berada di lantai 31 dan langsung mengarah ke kota, sehingga cahaya remang remang dari bangunan lain terlihat sangat indah.

"Indah bukan?" Tanya Silvanna yang baru saja datang. Terlihat wanita itu mengenakan piyama berwarna putih  menambah kesan natural untuk dirinya.

Lagi lagi Granger hanya bisa mengangguk. Sangat sulit di ucapkan oleh kata kata karena pemandangan di depannya sangat indah.

"Di keindahan kota ini, aku merasa kesepian. Itulah sebab nya aku sangat suka berada di rumah sakit dan menghabiskan waktu bersama teman teman ku. Berbeda jika aku sudah pulang, seolah semua ini tidak ada artinya," ujar Silvanna dengan nada lesu.

Granger mengelus surai cream gadis itu. Dia tau rasanya. Rasa kesepian dan rindu akan sosok seseorang yang selalu membuat dunia ini seolah berwarna. Sama seperti saat Benedetta, kakaknya harus pergi ke Kanada mengikuti suaminya, seketika Granger merasa dunia ini gelap.

Namun, saat dia bertemu dengan Silvanna dan juga Dyroth, hari hari monokrom nya berubah menjadi berwarna. Terlebih Silvanna yang mengingatkan nya dengan Benedetta.

Melihat mereka berdua, seolah melihat diri nya dan Benedetta dulu, sewaktu kecil, saat mereka berada di panti asuhan. Hanya Benedetta lah saudari sedarah nya.

Ting ... tong!

Suara Bell berbunyi. Segera Silvanna berjalan menuju pintu untuk membuka pintu nya. Ternyata mereka datang secepat ini, padahal janji nya jam 8 malam.

Cklek!

Pintu terbuka memperlihatkan sosok Wanwan bersama Melissa yang datang bersamaan sambil membawa dua botol wine.

"Tada! Kita membawa Wine!" Ujar mereka dengan kompak membuat Silvanna terkekeh lalu mempersilahkan mereka masuk.

Kedua gadis itu langsung masuk kedalam apartemen Silvanna dan merasa kecewa saat melihat Granger. Padahal mereka sudah mengira bahwa mereka yang paling pertama datang.

"Dia datang bersama ku tadi. Jadi bisa di sebut kalian yang pertama," ujar Silvanna yang memang bisa menebak apa yang di pikirkan mereka.

Mereka langsung tersenyum lebar lalu menaruh wine yang mereka bawa di meja. Setelah itu mereka langsung membantu Silvanna dan Granger yang tengah menyiapkan peralatan barbeque.

Setelah menyusun semua nya. Mereka langsung menyiapkan bahan bahan nya. Sambil menyiapkan bahan bahan, satu persatu teman Silvanna berdatangan.

Di mulai dari Natalia, Ling, Estes, dan terakhir Aamon. Ya, walau tak terlalu ramai, intinya rumah nya tidak terlalu monokrom dan sepi.

Mereka semua menikmati santapan yang tersedia, tak lupa daging yang mereka panggang sendiri.

"Woah! Ling memang pandai jika urusan panggang memanggang. Bahkan daging sapi yang keras sekalipun langsung menjadi lembut," ujar Wanwan dengan semangat memuji calon tunangan nya itu.

"Hm ... aku setuju. Terakhir kali kita barbeque an, aku memercayakan semua nya kepada Ling," ujar Natalia sambil mengacungkan jempol nya.

"Hei ... gini gini aku juga ikut membantu nya, walau hanya mengipas," ujar Aamon yang di ikuti gelak tawa oleh yang lain nya.

Malam akhir pekan memang selalu membuat Silvanna bahagia karena teman teman nya pasti selalu mengadakan pesta, ataupun kumpul kumpul entah dimana pun itu.

Silvanna menoleh melihat Granger yang seolah menikmati kegiatan mereka ini. Sedari tadi terlihat wajahnya bahagia walaupun ia seolah tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"Mau mencoba Cake ini?" Tanya Silvanna kepada Granger sambil menyodorkan sesendok Cake miliknya.

Granger hanya menurut dan membuka mulut nya untuk menerima Cake yang di suapkan oleh Silvanna itu. Hal itu tentu nya mengundang sorakan dan ledekan dari teman teman nya.

"Ling, mau daging punya ku?" Ejek Wanwan yang membuat teman teman yang lain tertawa di buat nya.

Silvanna malah malu di buat nya sehingga dia menutupi wajah nya dengan bantal sofa yang tersedia di sana.

......

Semua orang sudah kembali kerumah masing masing. Bahkan karena beberapa dari mereka sudah terlalu mabuk, harus diantarkan sampai ke rumahnya.

Kini hanya Granger dan Silvanna. Sebenarnya Silvanna tidak masalah jika pria itu mau menginap disini karena asrama dimana dia tinggal terbilang jauh dari pusat kota.

"Kau mau menginap atau pulang ke rumah mu?" Tanya Silvanna kepada Granger yang tengah duduk di sofa sambil menonton sesuatu di Televisi.

"Entah. Jika boleh aku mau disini," jawab nya yang hanya dibalas anggukan oleh Silvanna.

"Ya sudah. Oh! Aku mau ke supermarket sebentar. Kau tunggu disini saja, ya!" Perintah Silvanna sebelum akhirnya pergi meninggalkan pria itu.

Granger hanya mengangguk menuruti ucapan gadis itu. Namun saat dia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas, tanpa pikir panjang dia langsung berjalan mengikuti gadis itu.

Bukan mengikuti, lebih tepatnya menyusul nya karena Silvanna seperti nya sudah jauh. Tak mungkin seorang wanita berjalan sendirian di luar saat tengah malam.

Saat sudah berada di lantai bawah, tampak di luar hujan deras. Bagaimana dengan Silvanna, apa gadis itu terkena hujan? Atau mungkin dia malah terjebak di tengah hujan.

Memang setiap pergantian antara musim Semi ke Musim panas pasti akan selalu hujan, jadi  tak jarang orang selalu membawa payung kemana mana.

Granger lupa membawa payung, terlebih di sekitar lobby tak terlihat ada tempat penyewaan payung. Tanpa pikir panjang pria itu berjalan menembus hujan dan mencari keberadaan Silvanna.

Dia tak tau letak nya, bahkan supermarket ada dimana saja dia tak begitu tau. Hampir saja dia lupa bahwa perban nya masih belum kering dan tak bisa terkena air.

Tetapi, dia tak memperdulikan itu. Dia sudah terbiasa dengan luka. Granger mencari gadis itu, namun tak melihat siapapun.

Dia menelisik ke halte bus, tetapi tak ada orang. Lalu dia melihat ke sebuah pohon di ujung jalan, dan benar saja gadis itu tengah berteduh disana dengan tubuh yang sudah basah.

Granger sekali lagi melihat kearah halte, syukur lah disana ada payung. Dengan segera pria itu mengambil sebuah payung dan berjalan kearah Silvanna.

.....

Wp gw rada eror nih.
Dah di ketik bisa ilang dua part sekaligus. Apa gak kesel.

Wp gw setan emang.

Tauu ah. Kelihatannya ni orang udah mulai syuka syuka ya, wkwkwk.
Biar tuhan dan Author yang tau.

Sekian terima gajih.
See u next chap.

Spring HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang