Angin berhembus di gelap nya malam, tampak Silvanna yang tengah tertidur pulas di atas ranjang miliknya sambil memeluk sebuah guling yang memang sudah dia bawa khusus untuk diri nya.
Jam tampak menunjukkan pukul 5 pagi, ntah apa yang membuat Silvanna tiba tiba terbangun. Tangan nya bergerak mencari handphone nya, sampai dia terbangun dan melihat angka yang tertera di lockscreen handphone nya itu.
Srak!
Terdengar sebuah langkah kaki dari luar sana. Silvanna terkejut, entah apa yang membuat nya bangkit dan berjalan menuju asal suara tersebut.
Dia keluar dari tenda, kemudian mata nya ke sebuah bayangan hitam dari dua orang. Langkah kaki Silvanna terhenti, dia langsung terdiam di tempat dan hendak kembali ke tenda.
"Aku tau itu."
Suara itu mengingatkan Silvanna dengan suara Granger, entah apa yang membuat nya kembali berbalik dan mengikuti asal suara yang semakin menjauh itu.
Dia terus berjalan, sampai dia melihat Granger bersama seorang pria berbadan besar masuk ke sebuah gudang kosong.
Itu membuat rasa penasaran Silvanna semakin tinggi.Mata nya tak henti mencari kemana mereka pergi, sampai dia mendengar sebuah percakapan antara dua orang. Dengan segera Silvanna bersembunyi di balik beberapa tong kosong.
"Kau tak seharusnya melakukan sejauh itu! Bagaimana bisa kau berbuat hal sebodoh itu kapten Granger!"
"Aku tak bodoh. Aku ini lelaki normal."
"Tetap saja kau berbuat bodoh! Tugas mu untuk menyelidiki hal yang sudah terkubur lama ini! Bukan untuk sampai kesana!"
Granger, pria itu tampak terdiam, tak tau harus berbuat apa kepada atasan nya itu lagi.
"Tuga -- "
"Tugas ku untuk menyelidiki keluarga Barroque yang menyimpan satu hal mencurigakan, dan mengumpulkan banyak bukti dengan cara menikahi keponakan nya! Aku muak mendengar nya!" Teriak pria itu tepat di wajah atasan nya.
"TETAPI KAU BERBUAT BODOH SAMPAI MEMBUAT KAU HARUS BENAR BENAR TERIKAT DENGAN NYA!" Tegas pria itu. Kening nya berkerut, seolah dia benar benar marah terhadap Granger. "Kau tau, kau itu seorang Mata mata militer handal, dan seorang mata mata militer telah berjanji menyerahkan seluruh hidup nya kepada negara, dan tak terikat terhadap apapun, terkecuali keluarga sedarah."
"Kau tak paham situasi nya karena kau tak pernah merasakan nya!" Teriak Granger balik kepada pria itu.
Mata Silvanna memerah sempurna, apa apaan yang di dengar nya itu, dia benar benar sudah tak kuat lagi untuk melanjutkan apa yang dia dengar barusan. Jadi selama ini pria itu telah membohongi nya.
"Hei hei! Granger! Ingat dia atasan mu!"
Tak lama dari kejauhan terlihat seorang pria berambut cream yang datang bersama seorang wanita berambut silver itu.
Dia Alucard dan Miya, namun Miya bukan kah dia istri Alucard. Tunggu, atau mungkin Alucard juga seorang agen, tetapi dia dan Miya bukankah sudah menikah?
"Sudah ku katakan, Granger bodoh dalam menjalankan hal seperti ini," ucap Miya dengan jelas.
"Ini bukan urusan kalian!" Gertak Granger.
"Ah ... jangan membentak istri ku, Granger." Canda Alucard sambil merangkul Miya.
"Hubungan kita tak lebih dari sebatas partner asal kau tau!" Ujar Miya.
Jantung Silvanna berdetak kencang, air mata nya keluar, namun dia tak mengeluarkan sedikit pun suara agar tidak di ketahui oleh siapapun disana.
"Hei ... keluarlah, biar pria bodoh ini tau apa yang dia perbuat."
Terdengar suara Miya yang tertuju kearah Silvanna, mata mereka bertemu. Mata dingin dari Miya, dan mata Silvanna yang berair itu.
Tanpa basa basi Silvanna keluar, dia menatap Granger, dan semua orang yang terlibat disana.
"Kau! Aku benar benar membenci mu dasar bodoh! Kau ... jika kau mau informasi seperti itu, kenapa kau tak berkata yang sejujur nya, kenapa harus sampai seperti ini!" Teriak Silvanna kepada pria itu.
Ia berjalan mendekati pria itu kemudian dengan keras menampar wajah nya hingga meninggalkan sebuah bekas. Air mata nya tak terbendung lagi, dia memukul dada bidang pria itu berkali-kali, sedangkan pria itu terdiam membisu.
"Kau ... benar benar jahat. Kau perlu informasi itu kan! KALIAN HANYA PERLU INFORMASI ITU KAN!" Teriak Silvanna.
"Baik ... akan ku beritahukan, gedung perhotelan Barroque, lantai rahasia, nomor lift nya 2 3 1 0, tekan nomor lantai itu dengan cepat, dan kalian akan mendapatkan nya, mudahkan jika hanya perlu informasi seperti ini, tanpa harus bertindak sejauh ini!" Jelas Silvanna sekali lagi.
Dia berbalik, hendak pergi, namun tangan nya di cegat oleh Miya. "Darimana informasi seperti ini kau tau?"
"Apa urusan mu?"
"Hei ... jawab saja!"
"Aku mencari tau nya untuk membalas dendam kepada keluarga bodoh itu! Atau perlu kuceritakan semua masa lalu mengerikan antara aku dan keluarga itu kepada kalian? Si gadis malang yang hidup bak Cinderella demi menghidupi adik nya, dan berakhir nenyedihkan seperti dulu lagi? Apa perlu, huh? Kurasa kalian hanya perlu informasi demi petinggi kalian itu."
Derap kaki itu terdengar menggema di seluruh bangunan, wanita itu pergi dengan cepat meninggal kan mereka dengan semua informasi yang mereka butuhkan.
Walau hanya informasi sekecil itu, misi mereka dengan cepat akan terselesaikan namun tidak dengan hubungan antara kedua nya yang selesai atau mungkin tak akan pernah bertemu lagi.
"ARGH! BODOH! KALIAN MENGHANCURKAN SEMUA NYA! Dipikiran kalian hanya misi, tugas, dan misi! Kalian tak tau rasanya kan menemukan seseorang yang bahkan bisa membuat kalian bahagia? Ya ... aku berkhianat tentang masalah ini. Benar benar sifat manusiawi, satu kesalahan bisa menghapus seribu kebaikan. Kalian puas bukan? Asal kalian tau, aku benar benar mencintai nya, kalian benar benar berhati dingin!" Gertak Granger.
"Hei! Granger! Kau lupa?! Di misi kali ini kau bisa membalas semua perbuatan yang mereka lakukan terhadap rekan mu, dan kau perlu informasi tentang orang tua mu bukan?" Ucap atasan nya itu kepada Granger.
"Mereka Barroque sialan itu harus di hancurkan bukan?" Ucap Miya sembari memutar pistol milik nya.
Granger mengehela nafas panjang, entah apa yang harus dia lakukan sekarang. Semua seolah menyatu di kepala nya, jasa teman teman nya yang gugur dulu, misteri tentang keluarga nya, dan wanita itu, semua nya menyatu.
Tatapan mata nya berubah, seolah semua nya terlewat begitu saja. Dia berbalik, menatap mereka, atasan nya itu tersenyum miring seolah bisa membaca apa maksud dari mimik wajah pria itu.
"Pilihan ada di tangan mu, Granger, orangtua dan rekan atau wanita?" Ucap nya dengan nada yang mungkin akan menyebalkan jika di dengar orang orang.
Sedang kan dari kejauhan terlihat Silvanna yang menggerutu kesal, marah, sedih, semua seolah bercampur aduk, terlebih dia tampak memasukkan semua baju baju milik nya ke dalam koper.
"Jadi dokter Silvanna akan pulang?" Ucap Kagura dengan nada sedih.
"Biarkan saja, lagi pula dia tengah hamil kan? Kasian jika dia terus berada di sini, aku juga sudah melaporkan nya ke pusat dan langsung di terima," ujar yang satu nya lagi.
"Ah ... sampai jumpa lagi, dokter, aku akan merindukan mu."
.....
Yahhh, dah author bilang semua akan terungkap satu persatu dan juga author udah bilang, kalian baru sampai kisah bahagia belum konflik kan.
And welcome di konflik yang mungkin bakal banyak alur yang gak kalian sangka.
Selamat ber teori ria
Salam hangat author.
Hehehehe, emang dari cover kea nya dah keliatan si, ga perlu teori teori an, enjoy ajaaa
Luv yuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Heart
FanfictionYou make me have a Lilac in my heart. You send your pink Rose into my heart. But you have some Red Rose in back of me. Then you make my night like Belladona. And i try to forget you, then i the Lily of the valley Silvanna si gadis yang memiliki mas...