10. Save me

76 11 29
                                    

Cklek!

Pintu terbuka memperlihatkan Granger yang tengah berdiri menatap kejadian yang terjadi di depan matanya.

Entahlah, dia hanya merasa sesuatu yang buruk terjadi. Jadilah ia datang ke tempat Silvanna bekerja, tetapi pintu ruangan nya terkunci.

Lalu dia tak sengaja melihat Wanwan, dan gadis itu memiliki kunci cadangan untuk ruangan milik Silvanna karena dia adalah asisten Silvanna.

Sekarang, dia melihat gadis itu tengah mendongkan sebuah gunting kearah pria itu dengan mata berkaca kaca dan wajah memerah.

"Granger?" Ujar Silvanna kala melihat pria itu datang. Dengan cepat Silvanna berlari kearah pria itu dan memeluk nya. "Granger, to --- tolong."

Granger yang tak tau situasi nya langsung heran. Lalu dia menatap bahu Silvanna yang bergetar, setelah itu dia melihat pria itu, Zilong yang tengah menatap nya tajam.

"Dia mau melecehkan ku," sambung Silvanna dengan nada bergetar membuat Granger langsung terkejut kala mendengar nya.

Karena tak tahan mendengar apa yang dikatakan oleh Silvanna. Pria itu langsung melepaskan pelukan Silvanna dan berjalan kearah Zilong.

Dia memegang kerah baju pria itu dan mengepalkan tangan nya. Dengan segera Silvanna langsung menahan nya.

"Jangan berkelahi! Ini rumah sakit. Aku tidak di sentuh oleh nya," ujar Silvanna sambil menggenggam tangan besar pria itu.

"Tapi, kau ham --- " omongan Granger terpotong oleh Silvanna.

"Ini rumah sakit," ujar seorang yang takut jika terjadi Keributan di sana.

"Sialan! Ck! Aku akan pergi!" Ujar nya sambil menyerahkan handphone dan juga kunci ruangan Silvanna kepada gadis itu kembali.

Silvanna menghela nafas nya lega. Untung saja Granger datang, jika tidak mungkin dia akan frustasi dan stress berkepanjangan.

"Terimakasih. Ngomong ngomong, apa kau tidak sibuk?" Tanya Silvanna kepada pria itu.

Granger menggelengkan kepalanya. "Aku masih cuti karena dalam tahap penyembuhan."

"Ah ... begitu ya. Oh! Ini, aku lupa memberikan nya hari itu," ujar Silvanna sambil memberikan kalung yang pernah ia berikan dulu.

Granger mengangguk dan menerima nya. "Eum ... pria tadi, siapa?"

"Ceritanya panjang, intinya dia orang Gila," ujar Silvanna sambil tersenyum kecil. "Tempat mu jauh dari sini?"

Granger mengangguk kecil. "Ya ... sedikit, kira kira setengah jam," jawab nya membuat Silvanna mengangguk paham.

"Nanti sepulang kerja, mau mampir ke apartemen ku?" Tanya Silvanna kepada Granger yang dibalas hendikkan bahu oleh pria itu. "Tidak apa apa, datang lah."

Dia hanya mengangguk singkat. Sebenarnya Silvanna sedikit heran dengan sifat yang di miliki oleh Granger. Dia bisa menjadi anak anak, tetapi sesaat dia bisa menjadi pria irit bicara.

Entahlah, lagian itu adalah hak nya. Mau dia bersikap layaknya bocah, atau mungkin diam seperti patung, itu adalah dia, tak ada yang bisa mengubahnya.

Silvanna kembali duduk ke bangku nya, gadis itu mempersilahkan Granger untuk duduk di sofa atau tidur di sofa, itu terserah nya.

Gadis itu meregangkan tubuh nya kemudian menatap kembali semua berkas berkas yang ada di meja nya. Sungguh, pria tadi sangat mengganggu pekerjaan nya yang tertunda.

Tring!

Suara handphone Granger berbunyi. Silvanna yang tadinya fokus menatap monitor di depannya langsung mengalihkan pandangan nya kepada pria itu.

Spring HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang