Chapter 4 : Secret

33 9 1
                                    

"Beli bubur sana, gue males masak sarapan. Nih duit."

"Ew."

Woobin menoleh begitu denger perkataan Jungmo. "Napa lo? Alergi bubur? Alergi makanan rendahan?"

"Uang lo cuma segitu juga kaga bakal cukup buat beli dua, goblok," jawab Jungmo sambil ngusap beleknya.

"Yang bilang gue bayar punya lo juga siapa? Gue tahu lo banyak uang. Beli pakai uang lo sendiri."

Jungmo mendengus dan mengantongi uang miliknya dan milik Woobin, dia pergi ke kamarnya untuk mengambil hoodie kesayangannya yang belum dicuci selama seminggu.

"Mo! Mau kemana? Kalau beli sarapan gue nitip, apa aja. Nih uang," Minhee, teman sebelahnya memberi uang dua puluh ribu dan kembali masuk ke kamarnya.

"Pagi-pagi udah jadi babu dua orang aja gue. Langit, bisakah kau tur-













GLEDEK! CTAR!












"-nggak jadi minta dah gue. Belum direstuin sama langit."

Jungmo melanjutkan perjalanannya menuju lantai bawah dan berlari kecil supaya bisa membeli sarapan sebelum hujan turun, cuacanya mendung hari Sabtu ini.

"Pagi Sumin! Pagi-pagi udah jemur aja. Nggak takut hujan?"

"Pagi, Mo. Masih ada waktu sebelum hujan kayaknya jadi mungkin masih bisa kering."

Jungmo manggut manggut, "Lo jemur sprei buat apa?"

Pria itu melihat lawan bicaranya mengarahkan pandangannya ke arah lain, kecuali melihat dirinya. Seperti gelagapan.

"Anu, sprei gue udah kotor! Udah sumpek juga gue liatnya, jadi mau ganti ke motif lain," jawab Sumin dengan senyum terpaksa.

"Rajin juga lo jadi cewek."

"Harus bersih, Mo. Hehe."

"Kalau gitu gue pergi dulu mau nyari sarapan. Lo mau nitip atau cari bareng?"

"Makasih, gue udah sarapan kok tadi bareng Sieun. Lain kali ya?"

Jungmo tersenyum, "Ok. Gue pergi dulu ya. Dadah!"

Sumin melambaikan tangannya dan bernafas lega setelah melihat bahwa sang gebetannya telah pergi. "Untung nggak ketahuan."

The Redamancy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang