Attention

286 48 9
                                    

Sama seperti kemarin, pagi hari ini masih terasa cukup dingin. Kebanyakan orang memutuskan untuk menetap di kasurnya lebih lama mencari kehangatan. Bahkan burung-burung juga memilih untuk tinggal di sarangnya dan tidak seperti biasanya berkicau di pagi hari membangunkan orang-orang.

Walau tidak ada burung, tetap saja Jeongyeon terbangun karena hal lain. Sebenarnya ia masih ingin bermalas-malasan di kasurnya tapi ia mendengar suara bising yang membuatnya terganggu. Ia membuka matanya dan sedikit menggeliat di kasurnya. Setelah akhirnya mengumpulkan nyawanya ia bangun dan duduk di pinggiran ranjang.

"aku bilang aku tidak mau"

Jeongyeon kembali mendengar suara itu. Suara itu berasal dari luar kamarnya dan sepertinya ia mengenali itu. Ia pergi ke pintunya dan membuka sedikit mengintip ke luar. Dan benar saja dugaannya ia melihat Jihyo di ruang tengah yang sedang menelpon seseorang.

"kau sendiri yang bilang kalau kau sibuk, jadi jangan salahkan aku kalau aku pergi sendiri"

Jeongyeon kembali menutup pintu itu, ia tidak mau menguping tentang urusan orang. Entah siapa orang yang ditelponnya, tapi Jihyo terlihat sedang kesal.

"sudah ya Daniel, kau gak usah nyari aku kemana. kau urus saja pekerjaanmu itu dan aku urus diriku sendiri"

Tetap saja walau sudah ditutup ia masih bisa mendengar jelas. Tak ada suara lagi setelah itu tapi Jeongyeon menunggu sekitar lima menit di sana sebelum akhirnya keluar dari kamarnya. Ia melihat Jihyo yang tertunduk duduk di sofa.

"morning Jihyo"

Jihyo menghadap ke atas sedikit terkejut. "oh, morning"

Jeongyeon duduk di samping Jihyo. "pagi-pagi mukamu sudah seperti ikan kering saja ji" canda Jeongyeon.

Jihyo tertawa kecil tapi setelah itu ia menghembuskan nafasnya panjang. "tadi tunganganku menelpon"

"apa dia mencarimu?"

Jihyo mengangguk. "dia menanyai keberadaanku. saat dia mengetahui kalau aku pergi liburan sendiri dia malah memarahiku. dan saat aku mencoba membela diriku dia sama sekali gak merasa bersalah, dia lagi-lagi membawa pekerjaannya sebagai alasan"

Jeongyeon bisa melihat mata Jihyo yang berkaca-kaca, mata yang menggambarkan kekesalan.

"aku sudah lelah sejak awal mencoba ngertiin dia dan pekerjaannya. tapi aku gak mendapat balasan yang setimpal, dia sama sekali gak pernah ngertiin aku. yang ku mau cuma satu dan itu mudah, aku cuma mau dia ngasi perhatian ke aku"

Jihyo tidak bisa menahan air matanya lagi dan mulai menangis. Jeongyeon yang melihatnya mengusap punggung gadis di sebelahnya itu berusaha menenangkan.

Jihyo menyeka air matanya. "sepertinya aku mau membatalkan pertunangan ini saja"

"ehh!?" Jeongyeon langsung terkejut mendengar perkataan Jihyo yang tiba-tiba.

"m-maksudku, kau jangan asal menentukan ji"

Jihyo menggelengkan kepalanya. "aku sudah memikirkan ini bahkan jauh sebelum kejadian ini. aku sama sekali belum memberitahu siapapun termasuk orang tuaku tentang masalah ini. aku sudah lelah jeong karena hanya aku yang mempertahankan hubungan ini. aku selalu berusaha memperbaiki ini tapi dia sama sekali tidak pernah berubah. lebih baik aku mau sudahi ini saja sebelum terlalu jauh"

Tangis Jihyo semakin jadi. Jeongyeon sekarang tau mengapa kemarin Jihyo terlihat seperti orang yang sedang bersedih.

"tapi tetap jangan cepat memilih pilihan ne? pikirkan lagi saat kau sudah baikan" ucap Jeongyeon.

December | JeonghyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang