Bittersweet

292 48 35
                                    

Bad ending adalah hal yang paling tidak diinginkan oleh semua orang. Semua orang pasti ingin good ending. Tapi tetap saja kita tidak bisa memilih bagaimana akhirnya walaupun kita sudah berusaha dengan keras.

Jeongyeon hanya berdiri memandang keluar jendela dengan tangan yang dilipat. Salju sudah tidak terlihat lagi turun dan mobil sudah mondar mandir melewati jalan karena jalan sudah kembali dibuka.

Untuk kesekian kalinya helaan nafas keluar dari mulut Jeongyeon. Ada sesuatu di hatinya yang membuat sangat berat. Akhirnya hari ini tiba. Hari dimana ia berharap jika tidak pernah terjadi. Hari dimana Jeongyeon dan Jihyo akan berpisah.

Tidak ada diantara Jeongyeon dan Jihyo yang ingin hari ini terjadi. Tidak ada.

Jeongyeon mengecek jam di ponselnya dan ini hampir waktunya. Ini sudah menjelang siang dan itu artinya sebentar lagi ia harus meninggalkan penginapan ini. Jeongyeon pergi ke kamarnya. Ia melihat sekeliling untuk memastikan kembali jika tidak ada yang tertinggal.

Karena tidak ada, Jeongyeon keluar dari kamarnya sambil menyeret kopernya menuju kamar satunya lagi yang ada di sebelahnya.

'tok, tok, tok'

"ji, apa kau sudah siap?"

Terdengar suara langkah yang mendekati pintu dari dalam dan setelah itu pintu terbuka memperlihatkan gadis yang sudah rapih dengan wajah datarnya. Hati Jeongyeon ternyata belum siap melihat gadis itu.

"ayo kita berangkat?" ucapnya tersenyum.

Jihyo hanya mengangguk sebagai jawaban.

Mereka berdua membawa koper mereka ke luar penginapan dan memasukannya ke dalam mobil. Jeongyeon kembali tersenyum melihat penginapan itu. Ini sudah saatnya mengucapkan selamat tinggal kepada penginapan yang sudah memberinya kenangan indah. Setelah semuanya sudah rapih mereka masuk ke dalam mobil dan melajukan mobil mereka.

Sepanjang perjalanan sangat sepi. Tidak ada diantara mereka berdua yang berani membuka pembicaraan. Rasanya sangat canggung. Satu satunya pembicaraan yang terjadi adalah ketika Jeongyeon menanyakan alamat rumah Jihyo karena ia akan mengantarnya pulang dulu. Setelah itu tak ada lagi dan kembali hening.

Sama seperti berangkat, perjalanan pulang memakan waktu selama tiga jam. Jeongyeon memarkirkan mobilnya di basement salah satu apartement yang Jihyo katakan.

"apa kau akan langsung ke bandara?" Jihyo akhirnya berbicara.

"umm, iya" jawab Jeongyeon ragu.

Jihyo menghela nafasnya lalu turun dari mobil diikuti Jeongyeon. Jihyo mengambil kopernya dan Jeongyeon membantu membawa barang Jihyo yang lain. Mereka membawa semua barangnya naik ke atas menuju lantai rumah Jihyo.

Pintu terbuka setelah Jihyo menekan pin rumahnya dan ia masuk ke dalam. Jeongyeon hanya berdiri di depan pintu sambil memberikan barang kepada pemiliknya.

"uhh... sepertinya sampai di sini saja ji. kalau begitu aku akan per-"

"masuk" Jihyo langsung memotong perkataan Jeongyeon.

"ne?" ucap Jeongyeon bingung.

"aku rasa kau tidak tuli, ayo masuk"

Jihyo sedikit minggir memberikan jalan. Jeongyeon menatap Jihyo dengan ragu. Tapi akhirnya ia mengikuti saja apa mau Jihyo saat ini.

Jeongyeon berjalan ke ruang tengah sambil sedikit mengedarkan pandangannya. Ternyata apartementnya tidak terlalu besar, tidak lebih besar dari punyanya dulu. Ia rasa Jihyo lama tak tinggal di sini karena ada beberapa barang yang sedikit berdebu.

December | JeonghyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang