Lingkar bawah mataku menghitam, pekerjaan yang tak rampung di kantor terpaksa ku bawa pulang dan melanjutkan itu di rumah hingga larut. Ya, karena kekosongan posisi jabatan asisten direktur aku yang notabene seorang menejer harus merangkap jobdesk sebagai asisten direktur juga. Aku beharap akan ada seseorang yang segera mengisi kekosongan itu, setidaknya aku bisa tidur kurang dari pukul dua belas malam.
Namaku Namjoon, Kim Namjoon. Aku seorang menejer yang sekaligus merangkap sebagai asisten direktur karena direktur tampan dan setengah baya itu mengidolakan hasil kinerjaku. Beberapa kali aku diberi tawaran untuk posisi kosong itu, tapi aku menolaknya. Kupikir itu pekerjaan yang lebih berat daripada menjadi seorang menejer, aku biasa menjadi pemimpin bagi bawahan bagaimana aku bisa menjadi bawahan langsung untuk pak direktur?
Seakan ditulah oleh langit, kini aku merasakan menjadi asisten direktur pada pagi hinga sore, dan aku harus melanjutkan pekerjaan 'asli' ku sebagai menejer setelahnya. Lelah sekali, setiap pagi terasa mengantuk. Untuk menjaga mataku tetap terbuka aku selalu menyempatkan diri untuk membeli segelas kopi hitam signature dari kafe yang berjarak kurang lebih tiga ratus meter dari tempat kerjaku.
Seperti pagi ini, sengaja aku berangkat lebih pagi. Aku punya waktu sekitar setengah jam sebelum jam masuk kantor. Memutuskan untuk santai sejenak menikmati kopi pagi dengan kue tiramisu yang memiliki rasa khas. Yang ku rasa hanya kafe ini yang bisa membuatnya.
Dari jendela terlihat pemandangan pohon menghijau, dipayungi langit yang sedikit sendu. Mungkin beberapa menit lagi awan akan menumpahkan segala yang ditampungnya. Di dalam kafe juga hanya ada aku dan dua pasangan saling menyuapi kue, sudah tepat aku memilih bangku dengan pemandangan luar kafe.
Ku sesap cairan hitam pahit saat seorang karyawan dengan tubuh tinggi tegap, berhidung mancung membersihkan meja tepat disebelah kananku yang telah ditinggal pengunjung.
Krompyang
Refleks yang kumilki luar biasa cepat, aku menangkap sebuah gelas berisi es vanilla latte yang tinggal separuh isinya membasahi setengah bagian jas yang kukenakan.
"Maaf, saya mohon maaf" itu seorang pelayan yang mengusap vanilla latte pada lengan kanan dengan celemeknya, aku pun mengusap dengan telapak tanganku es batu yang menempel pada pundak.
"Ah iya, lain kali berhati-hatilah" aku memang jengkel, tapi arlojiku menunjukan pukul delapan kurang lima belas tidak mungkin aku kembali ke apartmen mengganti pakaian, karena pada hari hujan seperti ini bus akan melaju lambat dikarenakan jalanan licin. Naik taksi? Ah, sama saja. Akan susah karena pasti banyak orang berpikiran sama sepertiku, akan lama jika naik bus.
"Maafkan saya Tuan, biar saya cuci kering jas Anda" kata pemuda yang mungkin berusia dua puluhan, berulang kali membungkukan punggung untuk mendapat kata maaf dariku.
"Tidak perlu"
"Tidak Tuan, saya yang bersalah saya tidak ingin mendapat teguran di hari pertama saya bekerja", ternyata dia anak baru, raut mukanya kini berubah menjadi sangat sedih dan benar-benar tulus ingin menebus kesalahannya. Tak ku hiraukan budi baik, ku lepas jas ku dan memberi padanya "Baiklah, saya ambil jika saya kesini. Setiap hari saya kesini" aku pun berdiri menuju toilet untuk membersihkan sisa noda yang menciprat pada kemeja dan dasi yang kukenakan.
Noda pada dasi mungkin bisa tersamar karena memiliki warna gelap, ada beberapa bercak pada kemeja bagian dada, susah sekali. Aku menggosok beberapa kali menggunakan sabun tangan yang tersedia, mengeringkan dengan tisu. Berulang kali, tetap saja noda itu hanya menghilang lima puluh persen.
"Ah sial sekali, ngga pakai jas gimana kalau aku nanti dikira anak magang?" gerutuku "Tidak mungkin. Mereka semua sudah mengenalku" aku menenangkan diri sendiri.
"Tapi gimana kalau aku disuruh ke ruang Pak Bang Shiyuk? Aiiissshh sial banget deh. Mana hujan lagi"
Bahkan ini adalah kesalahan orang lain, meski ia sudah meminta maaf tapi tetep saja kesal. Aku sudah biasa berpenampilan rapih menggunakan setelan jas yang aku pesan pada penjahit ternama.
Sudahlah, mengingat raut muka karyawan itu aku tak bisa terus menyalahkan. Ini hari pertamanya, mungkin ia gugup dan diawasi oleh senior. Memikirkannya saja sudah membuatku kembali merasakan bagaimana aku pertama bekerja dan diawasi senior.
Aku mencuci tanganku, merapihkan tatanan rambutku. Berjalan keluar dari toilet untuk segera menuju kantor, karena waktu sudah menunjukan delapan kurang enam menit. Saat aku sampai pada ambang pintu, karyawan itu berdiri memegang jas berwarna senada dengan celana yang kukenakan.
"Tuan, pakailah ini untuk bekerja. Ah, ini punya pemilik kafe yang sengaja ditinggal untuk menejer kami. Tuan bisa memakainya" katanya sambil menyodorkan jas itu padaku.
"Tidak perlu, saya akan ke kantor seperti ini saja. Nodanya sudah sedikit menghilang, jangan khawatir" namun ia tidak menerima penolakanku, dia menyodorkan jas itu dengan meminta maaf berulang kali dan menawarkan banyak hal-hal yang menguntungkan. Dia akan memberi ku segelas kopi hitam untuk dibawa, dia juga akan meminjamkan payung untuk berjalan sampai kantor karena hujan turun lumayan deras.
"Terimakasih karena tidak menolak Tuan"
"Sungguh, kau tak perlu sejauh ini"
"Ah tidak tidak, saya harus menebus salah saya"
Aku hanya mengangguk dan memasang jas pada tubuhku, yang ditunggui olehnya. Menyodorkan tangan kanan untuk dijabat "Nama saya Taehyung, Kim Taehyung"
Aku menjabat tangannya, menggoyang sedikit dan tersenyum padanya. Anak ini sungguh polos dan tulus pikirku, "Siapa nama Anda?"
"Oh iya, aku Namjoon, Kim Namjoon"
"Marga kita sama Tuan, kata orang marga ini memiliki garis keturunan pria yang gagah dan tampan. Kupikir ini mitos, ternyata terbukti dengan kita"
"Hahaha.. kau bisa saja. Baiklah Kim Taehyung, terimakasih bantuanmu" aku melepas jabat tanganku, berpamitan untuk segera berangkat ke kantor memulai segala penat dan kesibukan yang akan aku kerjakan hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENERVATE - Bagian 1
FanfictionKim Namjoon menyukai pria manis pemilik sebuah caffe dekat dengan kantornya. Mungkin ini adalah cinta pertama karena ia sungguh tidak berani menyatakan pada pria tampan bernama Kim Seokjin itu. Beruntungnya Namjoon ia dibantu oleh cupid bernama Taeh...